Srikandi Khayangan dari Pangkalan Susu

Jum'at, 30 Mei 2014 - 14:36 WIB
Srikandi Khayangan dari Pangkalan Susu
Srikandi Khayangan dari Pangkalan Susu
A A A
SUMATERA UTARA - Keriuhan tawa dan canda para Srikandi di Pusat Pemberdayaan Masyarakat Pertamina (PPMP) Pangkalan Susu menjadi pengisi waktu di sore hari ini.

Tampak beberapa remaja dengan serius memperhatikan para Ibu di sampingnya memasang pita payet dan aksesoris ke atas kain yang akan disulap menjadi sarung bantal. Sesekali bertanya ini dan itu sambil mengangguk sebagai tanda mengerti.

Sekolompok wanita usia 20-40 tahun ini, salah satu kelompok binaan PT Pertamina EP Pangkalan Susu dengan sebutan Srikandi Khayangan.

Pada awalnya, perusahaan bekerja sama dengan Yayasan Srikandi Medan mengadakan pelatihan pemanfaatan limbah konveksi, sulam pita, dan payet pada 20 Juni 2012, kegiatan ini menjaring 16 peserta yang memiliki latar belakang sebagai penjahit di Kelurahan Bukit Jengkol, Kecamatan Pangkalan Susu.

"Kami memilih peserta yang berprofesi sebagai penjahit agar mereka lebih mudah menangkap materi yang diberikan selama seminggu penuh, serta mampu merekrut tenaga lainnya menjadi bagian dari pengembangan program," ujar Staff CSR Pertamina EP, Victorio, Jumat (30/5/2014).

Dua tahun perjalanan kelompok ini bukanlah tanpa hambatan, bukan hal mudah untuk dapat memperkenalkan sulam payet khas Melayu ini. Semangat para Srikandi untuk terus berinovasi menciptakan kreasi baru terus bertumbuh, kesulitan hasil pemasaran dan modal menjadi hambatan lain berkembangnya usaha ini.

"Jumlah anggota sudah bertambah, dari yang semula 20 menjadi 30 orang, Ibu Rumah Tangga dan siswa lulusan SMA menjadi anggota kami, pengembangan usaha dan berbagi ilmu adalah mimpi kami," ujar Ratna, Ketua Kelompok Srikandi Khayangan.

Cita-cita mulia lain dari Kelompok Srikandi Khayangan ini adalah memperkenalkan sulam pita payet agar menjadi produk unggulan khas daerah. Khususnya untuk Sumatera Utara, salah satu upaya yang telah ditempuh adalah mengikuti kegiatan Pekan Raya Lingkungan Hidup tahun 2012 di Universitas Sumatera Utara dan Pameran Internal Perusahaan 2013.

"Walau motif sulam pita dan payet di Indonesia beragam, tapi motif Melayu cukup digemari di pameran ini, ada beberapa permintaan selama pameran berlangsung," katanya.

Saat ini, Srikandi Khayangan masih terus dikuatkan baik secara kemampuan, keterampilan, hingga keorganisasian. Inovasi yang dikembangkan kelompok Srikandi Khayangan antara lain pemanfaatan pakaian bekas dan kain percaik menjadi suatu produk yang memiliki nilai.

Limbah konveksi yang berasal dari para penjahit di Pangkalan Susu mereka kumpulkan untuk kemudian dimanfaatkan sesuai produk yang akan mereka hasilkan, seperti tas, bros, kalung, dan lain sebagainya.

"Kami sadar bahwa barang bekas pun memiliki nilai jika bisa dimanfaatkan dengan baik, walau hasilnya belum maksimal. Tapi, kami masih terus berkreasi agar mendapatkan hasil maksimal, upaya kami terus berkembang untuk menjadi lebih baik," jelasnya.

Sulam pita dan payet memang belum terdengar popular di kalangan masyarakat, upaya mereka tidak berhenti sampai di sini saja.

"Kami ingin Ibu Negara bisa pakai produk sulam pita Melayu buatan kami, bukan hanya batik saja tapi Sulam Melayu. Kami juga berencana mendaftarkan diri ke Dinas Koperasi sebagai UKM di Pangkalan Susu," ujar Maulida, salah satu anggota Srikandi Khayangan.

Kelompok Srikandi Khayangan paham, bahwa perlu usaha keras untuk memasarkan produk buatan tangan terampil mereka, walau masih sebatas pemasaran door to door, produk mereka mulai dikenal masyarakat Pangkalan Susu. "Tunggu produk kami hadir di media sosial, ya," tutup Maulida.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4831 seconds (0.1#10.140)