Harga Minyak di Perdagangan Asia Terus Menguat
A
A
A
SINGAPURA - Harga minyak di perdagangan Asia hari ini terus naik menjelang rilis indikator kunci permintaan energi Amerika Serikat (AS) dan pertemuan Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC).
Patokan AS, minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli naik 13 sen menjadi USD104,48 per barel. Sementara minyak mentah Brent North Sea untuk Juli bertambah 22 sen menjadi USD109,74 per barel.
OPEC, yang memompa sekitar sepertiga minyak dunia, diperkirakan akan mempertahankan output produksi pada pertemuan di Wina, Rabu (11/6/2014) waktu setempat.
"Pertemuan OPEC mungkin akan mengkonfirmasi target produksi resmi 30 juta barel per hari," kata lembaga penelitian Capital Economics, seperti di lansir dari GMA News.
OPEC telah nyaman dengan tingkat harga saat ini di lebih USD100 per barel, setelah Menteri Perminyakan Arab Saudi Ali al-Naimi menggambarkan pasar "stabil dan seimbang".
Para analis menyebutkan, gangguan output di Libya berarti tidak ada tekanan terhadap anggota OPEC lainnya untuk memotong produksi.
Pasar juga memantau pembicaraan antara Ukraina dan Rusia untuk menyelesaikan sengketa gas alam. Di sisi lain, investor mengawasi laporan mingguan Departemen Energi AS atas persediaan minyak.
Data minyak sebagai petunjuk penting permintaan di konsumen terbesar dunia tersebut. Di mana analis memperkirakan laporan menunjukkan penurunan sebesar 1,7 juta barel (survei Dow Jones Newswires).
Patokan AS, minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli naik 13 sen menjadi USD104,48 per barel. Sementara minyak mentah Brent North Sea untuk Juli bertambah 22 sen menjadi USD109,74 per barel.
OPEC, yang memompa sekitar sepertiga minyak dunia, diperkirakan akan mempertahankan output produksi pada pertemuan di Wina, Rabu (11/6/2014) waktu setempat.
"Pertemuan OPEC mungkin akan mengkonfirmasi target produksi resmi 30 juta barel per hari," kata lembaga penelitian Capital Economics, seperti di lansir dari GMA News.
OPEC telah nyaman dengan tingkat harga saat ini di lebih USD100 per barel, setelah Menteri Perminyakan Arab Saudi Ali al-Naimi menggambarkan pasar "stabil dan seimbang".
Para analis menyebutkan, gangguan output di Libya berarti tidak ada tekanan terhadap anggota OPEC lainnya untuk memotong produksi.
Pasar juga memantau pembicaraan antara Ukraina dan Rusia untuk menyelesaikan sengketa gas alam. Di sisi lain, investor mengawasi laporan mingguan Departemen Energi AS atas persediaan minyak.
Data minyak sebagai petunjuk penting permintaan di konsumen terbesar dunia tersebut. Di mana analis memperkirakan laporan menunjukkan penurunan sebesar 1,7 juta barel (survei Dow Jones Newswires).
(dmd)