Irak Memanas, Harga Minyak Dunia Mendidih
A
A
A
MELBOURNE - Harga minyak dunia mendidih akibat kekhawatiran mememanasnya ketegangan di Irak, yang dapat mengancam terganggunya pasokan minyak dari negara produsen terbesar di dunia tersebut.
Harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) naik untuk hari keempat. Harga WTI kontrak berjangka di New York naik 0,6% setelah melambung 4,1% dalam sepekan pada 13 Juni 2014.
"Irak adalah pemicu utama. Ini adalah situasi yang sangat tidak pasti. Cepatnya serangan pemberontak ke Irak menunjukkan rapuhnya negara itu," kata Kepala Analis CMC Markets Ric Spooner seperti dilansir dari Bloomberg, Senin (16/6/2014).
Harga minyak WTI di New York Mercantile Exchange untuk pengiriman Juli naik sebanyak 63 sen menjadi USD107,54 per barel dan berada di harga USD107,06 pada pukul 12.24 siang waktu Sydney.
Sementara harga minyak brent di ICE Futures Europe, London untuk pengiriman Agustus naik sebanyak 82 sen menjadi USD113,28 per barel. Kontrak Juli berakhir 13 Juni setelah naik 0,4 persen menjadi USD113,41. Selisih harga minyak mentah patokan Eropa terhadap WTI sebesar USD6,39.
Militer Irak menyerang pemberontak yang masuk wilayah utara Baghdad. Tentara Irak menewaskan lebih dari 279 orang dari kelompok negara Islam Irak dan Levant (ISIL).
"Ini merupakan situasi yang serius bagi pasar minyak global. Situasi di Irak ini benar-benar mengancam pertumbuhan pasokan potensial ke depan," kata Wakil Presiden IHS Energy Insight Victor Shum.
Pertempuran itu belum menyebar ke selatan, yang memperkirakan tempat sekitar tiga-perempat produksi minyak mentah Irak. Berdasarkan data Energy Information Administration (EIA) Amerika Serikat (AS), Irak mengekspor sekitar 2,58 juta barel per hari (bph) pada Mei dan semua dikirim dari selatan.
Juru Bicara Kementerian Perminyakan Irak Asim Jihad sebelumnya menuturkan, pengiriman utara melalui pipa Kirkuk-Ceyhan telah dihentikan sejak 2 Maret 2014.
ISIL mengontrol sekitar 310 ribu bph minyak dari kilang Baiji, yang merupakan kilang terbesar negara itu. Para pemberontak juga mengambil Mosul, kota terbesar kedua di negara tersebut.
Sementara itu, pasukan Kurdi pindah ke Kirkuk untuk melindungi ladang minyak utara dari militan. Pipa utama dari ladang minyak itu ke Turki belum beroperasi sejak awal Maret karena serangan.
Harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) naik untuk hari keempat. Harga WTI kontrak berjangka di New York naik 0,6% setelah melambung 4,1% dalam sepekan pada 13 Juni 2014.
"Irak adalah pemicu utama. Ini adalah situasi yang sangat tidak pasti. Cepatnya serangan pemberontak ke Irak menunjukkan rapuhnya negara itu," kata Kepala Analis CMC Markets Ric Spooner seperti dilansir dari Bloomberg, Senin (16/6/2014).
Harga minyak WTI di New York Mercantile Exchange untuk pengiriman Juli naik sebanyak 63 sen menjadi USD107,54 per barel dan berada di harga USD107,06 pada pukul 12.24 siang waktu Sydney.
Sementara harga minyak brent di ICE Futures Europe, London untuk pengiriman Agustus naik sebanyak 82 sen menjadi USD113,28 per barel. Kontrak Juli berakhir 13 Juni setelah naik 0,4 persen menjadi USD113,41. Selisih harga minyak mentah patokan Eropa terhadap WTI sebesar USD6,39.
Militer Irak menyerang pemberontak yang masuk wilayah utara Baghdad. Tentara Irak menewaskan lebih dari 279 orang dari kelompok negara Islam Irak dan Levant (ISIL).
"Ini merupakan situasi yang serius bagi pasar minyak global. Situasi di Irak ini benar-benar mengancam pertumbuhan pasokan potensial ke depan," kata Wakil Presiden IHS Energy Insight Victor Shum.
Pertempuran itu belum menyebar ke selatan, yang memperkirakan tempat sekitar tiga-perempat produksi minyak mentah Irak. Berdasarkan data Energy Information Administration (EIA) Amerika Serikat (AS), Irak mengekspor sekitar 2,58 juta barel per hari (bph) pada Mei dan semua dikirim dari selatan.
Juru Bicara Kementerian Perminyakan Irak Asim Jihad sebelumnya menuturkan, pengiriman utara melalui pipa Kirkuk-Ceyhan telah dihentikan sejak 2 Maret 2014.
ISIL mengontrol sekitar 310 ribu bph minyak dari kilang Baiji, yang merupakan kilang terbesar negara itu. Para pemberontak juga mengambil Mosul, kota terbesar kedua di negara tersebut.
Sementara itu, pasukan Kurdi pindah ke Kirkuk untuk melindungi ladang minyak utara dari militan. Pipa utama dari ladang minyak itu ke Turki belum beroperasi sejak awal Maret karena serangan.
(rna)