Harga Minyak Dunia Tertinggi dalam 9 Bulan
A
A
A
LONDON - Harga minyak di perdagangan dunia hari ini melonjak ke titik tertinggi dalam 9 bulan, setelah kekerasan di Irak meningkat. Di mana para militan dilaporkan telah menyerang kilang minyak terbesar di negara tersebut.
Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Agustus tercatat menguat USD114,80 per barel, level yang terakhir terlihat pada September 2013. Kemudian berdiri di angka USD114,50, naik 24 sen dari penutupan kemarin.
Sementara patokan AS, minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli bertambah 40 sen menjadi USD106,37 per barel.
"Minyak mentah Brent telah menguat hari ini, didukung kemajuan berkelanjutan dari pemberontakan militan Islam di Irak," kata analis Inenco, Dorian Lucas, seperti dilansir dari News Daily, Kamis (19/6/2014).
Pasukan Irak kembali mengontrol penuh kilang minyak terbesar di negara itu setelah terjadi pertempuran sengit dengan militan Sunni, yang berusaha merebut wilayah tersebut. "Pasukan keamanan di kilang Baiji berada dalam kendali penuh," klaim Letnan Jenderal Qassem Atta, juru bicara keamanan Perdana Menteri Nuri al-Maliki.
Serangan cepat dari pejuang yang dipimpin Negara Islam Irak dan Levant (ISIL) telah memicu peringatan internasional, di mana PBB memperingatkan krisis di Irak mengancam jiwa.
"Situasi di Irak akan diawasi ketat oleh investor yang cemas, dan gangguan bisa membuat kontrak (Brent) memperpanjang di atas USD115 per barel, sebuah level yang terakhir dicapai pada awal September tahun lalu," ujar analis Sucden, London, Kash Kamal.
Krisis telah mengguncang pasar minyak dunia karena Irak adalah produsen terbesar kedua di 12 anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC).
Menurut Badan Energi Internasional (IEA), dunia membutuhkan minyak Irak, yang diperkirakan memberikan kontribusi 60% dari peningkatan produksi global, yang diramalkan lima tahun ke depan.
Irak memiliki lebih dari 11% sumber daya dunia yang saat ini memproduksi 3,4 juta barel per hari. Pada pertemuan OPEC di Wina, pekan lalu, Irak sendiri telah menargetkan meningkatkan produksi 8,4 juta barel per hari pada 2018.
Di sisi lain, para pedagang mengesampingkan berita dari laporan data persediaan minyak Amerika Serikat (AS). Laporan persediaan mingguan Administrasi Informasi Energi AS menunjukkan stok minyak mentah komersial di konsumen minyak terbesar dunia tersebut turun 600.000 barel dalam pekan sampai 13 Juni.
Namun, ini masih kurang dari proyeksi penurunan para analis sebesar 1,1 juta barel yang disurvei The Wall Street Journal. Laporan itu juga menunjukkan peningkatan lebih besar perkiraan persediaan bensin AS.
Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Agustus tercatat menguat USD114,80 per barel, level yang terakhir terlihat pada September 2013. Kemudian berdiri di angka USD114,50, naik 24 sen dari penutupan kemarin.
Sementara patokan AS, minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli bertambah 40 sen menjadi USD106,37 per barel.
"Minyak mentah Brent telah menguat hari ini, didukung kemajuan berkelanjutan dari pemberontakan militan Islam di Irak," kata analis Inenco, Dorian Lucas, seperti dilansir dari News Daily, Kamis (19/6/2014).
Pasukan Irak kembali mengontrol penuh kilang minyak terbesar di negara itu setelah terjadi pertempuran sengit dengan militan Sunni, yang berusaha merebut wilayah tersebut. "Pasukan keamanan di kilang Baiji berada dalam kendali penuh," klaim Letnan Jenderal Qassem Atta, juru bicara keamanan Perdana Menteri Nuri al-Maliki.
Serangan cepat dari pejuang yang dipimpin Negara Islam Irak dan Levant (ISIL) telah memicu peringatan internasional, di mana PBB memperingatkan krisis di Irak mengancam jiwa.
"Situasi di Irak akan diawasi ketat oleh investor yang cemas, dan gangguan bisa membuat kontrak (Brent) memperpanjang di atas USD115 per barel, sebuah level yang terakhir dicapai pada awal September tahun lalu," ujar analis Sucden, London, Kash Kamal.
Krisis telah mengguncang pasar minyak dunia karena Irak adalah produsen terbesar kedua di 12 anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC).
Menurut Badan Energi Internasional (IEA), dunia membutuhkan minyak Irak, yang diperkirakan memberikan kontribusi 60% dari peningkatan produksi global, yang diramalkan lima tahun ke depan.
Irak memiliki lebih dari 11% sumber daya dunia yang saat ini memproduksi 3,4 juta barel per hari. Pada pertemuan OPEC di Wina, pekan lalu, Irak sendiri telah menargetkan meningkatkan produksi 8,4 juta barel per hari pada 2018.
Di sisi lain, para pedagang mengesampingkan berita dari laporan data persediaan minyak Amerika Serikat (AS). Laporan persediaan mingguan Administrasi Informasi Energi AS menunjukkan stok minyak mentah komersial di konsumen minyak terbesar dunia tersebut turun 600.000 barel dalam pekan sampai 13 Juni.
Namun, ini masih kurang dari proyeksi penurunan para analis sebesar 1,1 juta barel yang disurvei The Wall Street Journal. Laporan itu juga menunjukkan peningkatan lebih besar perkiraan persediaan bensin AS.
(dmd)