Ini Saran CT Agar RI Keluar dari Middle Income Trap

Selasa, 24 Juni 2014 - 19:25 WIB
Ini Saran CT Agar RI Keluar dari Middle Income Trap
Ini Saran CT Agar RI Keluar dari Middle Income Trap
A A A
JAKARTA - Bank Dunia dalam laporan terbarunya bertajuk "Indonesia: Menghindari Perangkap" mengungkapkan bahwa perekonomian Indonesia harus tumbuh sekitar 9% untuk keluar dari predikat middle income trap.

Menanggapi hal itu, Menteri Koordinator (Menko) bidang Perekonomian Chairul Tandjung mengatakan, yang bisa mengeluarkan Indonesia dari predikat untuk negara kelas menengah tersebut adalah dengan mentransformasikan ekonomi Indonesia dari yang berbasis sumber daya alam (SDA) menuju ekonomi yang berbasis sumber daya manusia (SDM).

"Bukan begitu, jadi yang bisa mengeluarkan Indonesia dari middle income trap kalau kita berhasil mentransformasi ekonomi kita dari ekonomi berbasis SDA dan buruh murah ke ekonomi berbasis SDM yang memiliki inovasi dan dibantu dengan teknologi. Itu yang memungkinkan kita keluar dari middle income trap," ujar dia di Gedung Kementerian Perdagangan (Kemendag), Jakarta, Selasa (24/6/2014).

Karena dengan begitu, sambung dia, maka tingkat produktivitas, dan daya saing Indonesia menjadi meningkat. "Karena SDA kita kualitasnya sudah jauh lebih tinggi," terangnya.

Sementara terkait anggaran infrastruktur yang dinilai masih kurang, bos Transcorp Media itu pun menyetujuinya. Menurutnya, pembangunan infrastruktur tidak bisa dibiayai 100% oleh Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN). "APBN hanya harus diberikan prioritasnya kepada infrastruktur primer," imbuh CT.

Sedangkan untuk infrastruktur sekunder, seperti jalan tol atau bandara, dia mengatakan seharusnya hal ini diberikan kepada dunia usaha untuk menjalankannya. Tentunya tetap dengan dukungan dari pemerintah.

"Tugas pemerintah memberikan kepastian, memberikan iklim yang baik. Karena infrastrukture seperti airport, jalan tol, enggak usah pakai APBN. Biarkan dunia usaha yang menjalankan, tapi pemerintah ngasih guidance-nya. Ngasih jalan, kepastian hukumnya. Makanya jangan salah membaca laporan," tegas dia.
(gpr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.0579 seconds (0.1#10.140)