Inflasi Sulut Lebih Tinggi dari Nasional
A
A
A
MANADO - Badan Pusat Statistik mencatat inflasi di Sulawesi Utara (Sulut) pada Juni 2014 mencapai 0,67% lebih tinggi dibandingkan angka inflasi nasional, yakni 0,43%. Inflasi tahun year to date, tahun kalender Januari-Juni 2013, mencapai 1,97%.
"Revisi target inflasi tahun ini 6,26% sudah terlewati," kata Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS Sulut Faizal Anwar, di kantornya, Selasa, (1/7/2014).
Menurut dia, sepertiga efek kenaikan BBM terhadap inflasi sudah muncul sejak Juni 2013. Saat itu inflasi Sulut tercatat 0,21%. Puncak efek langsung kenaikan BBM terjadi pada Juli 2013. Penyumbangnya didominasi oleh kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan, serta kelompok bahan makanan.
"Dua pertiga efek langsung kenaikan BBM terjadi Juli. Belum lagi tarif listrik yang sudah mulai naik Juli tahun ini," katanya.
Komoditas yang menyumbang kenaikan inflasi adalah bahan makanan sebesar 1,43%, seperti tomat, sayur, angkutan udara, bawang merah, bawang putih, dan lainnya.
Sementara komoditas yang mengalami penurunan harga adalah cabai rawit, cakalang asap, anggur, daging ayam ras, dan lain-lain.
Menurut dia, hasil hitungan inflasi Juli 2014 bisa lebih besar lagi jika komponen biaya pendidikan masuk dalam perhitungan bulan ini. Mayoritas semua kabupaten/kota yang dihitung BPS belum melaporkan hasil hitungan survei komponen biaya pendidikan.
Sebagian komponen biaya pendidikan sudah naik mengikuti tahun ajaran baru, tapi penghitungan inflasinya baru akan digabungkan dalam hitungan inflasi Juli nanti.
Dia berharap, inflasi tahun ini tidak tembus dua digit. Inflasi yang terjadi bulan ini masih lumayan dibandingkan dengan inflasi pada bulan yang sama saat pemerintah menaikkan harga BBM pada 2005 lalu.
Dia mengatakan kemungkinan inflasi Juli atau awal Ramadan ini memang diprediksi naik, tapi tak separah tahun lalu yang berada di 3,96% Juli 2013.
Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS Sulut Albert Nicolaas mengatakan, pemerintah harus mewaspadai keseimbangan antara supply dan demand untuk produk hortikultura jika ingin menekan kenaikan inflasi hingga akhir tahun ini.
BPS mencatat inflasi, semua kota di wilayah Pulau Sulawesi pada Juni ini semua mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Palu sebesar 0,94% dengan IHK 113,64 dan Kendari sebesar 0,94% dengan IHK 108,71. Sedangkan inflasi terendah terjadi di Makassar 0,25% dengan IHK 109,26.
Menanggapi hal demikian, Pemerhati Ekonomi Ellen Pakasi dari Universitas Sam Ratulangi Manado ini mengatakan, inflasi pada Juli ini dipastikan lebih tinggi dibanding Juni ini.
"Hal ini diakibatkan masih terpengaruh pada kampanye. Tingkat konsumsi dan lainnya masih tinggi, belum lagi liburan pada Idul Fitri nanti," ungkapnya.
"Revisi target inflasi tahun ini 6,26% sudah terlewati," kata Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS Sulut Faizal Anwar, di kantornya, Selasa, (1/7/2014).
Menurut dia, sepertiga efek kenaikan BBM terhadap inflasi sudah muncul sejak Juni 2013. Saat itu inflasi Sulut tercatat 0,21%. Puncak efek langsung kenaikan BBM terjadi pada Juli 2013. Penyumbangnya didominasi oleh kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan, serta kelompok bahan makanan.
"Dua pertiga efek langsung kenaikan BBM terjadi Juli. Belum lagi tarif listrik yang sudah mulai naik Juli tahun ini," katanya.
Komoditas yang menyumbang kenaikan inflasi adalah bahan makanan sebesar 1,43%, seperti tomat, sayur, angkutan udara, bawang merah, bawang putih, dan lainnya.
Sementara komoditas yang mengalami penurunan harga adalah cabai rawit, cakalang asap, anggur, daging ayam ras, dan lain-lain.
Menurut dia, hasil hitungan inflasi Juli 2014 bisa lebih besar lagi jika komponen biaya pendidikan masuk dalam perhitungan bulan ini. Mayoritas semua kabupaten/kota yang dihitung BPS belum melaporkan hasil hitungan survei komponen biaya pendidikan.
Sebagian komponen biaya pendidikan sudah naik mengikuti tahun ajaran baru, tapi penghitungan inflasinya baru akan digabungkan dalam hitungan inflasi Juli nanti.
Dia berharap, inflasi tahun ini tidak tembus dua digit. Inflasi yang terjadi bulan ini masih lumayan dibandingkan dengan inflasi pada bulan yang sama saat pemerintah menaikkan harga BBM pada 2005 lalu.
Dia mengatakan kemungkinan inflasi Juli atau awal Ramadan ini memang diprediksi naik, tapi tak separah tahun lalu yang berada di 3,96% Juli 2013.
Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS Sulut Albert Nicolaas mengatakan, pemerintah harus mewaspadai keseimbangan antara supply dan demand untuk produk hortikultura jika ingin menekan kenaikan inflasi hingga akhir tahun ini.
BPS mencatat inflasi, semua kota di wilayah Pulau Sulawesi pada Juni ini semua mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Palu sebesar 0,94% dengan IHK 113,64 dan Kendari sebesar 0,94% dengan IHK 108,71. Sedangkan inflasi terendah terjadi di Makassar 0,25% dengan IHK 109,26.
Menanggapi hal demikian, Pemerhati Ekonomi Ellen Pakasi dari Universitas Sam Ratulangi Manado ini mengatakan, inflasi pada Juli ini dipastikan lebih tinggi dibanding Juni ini.
"Hal ini diakibatkan masih terpengaruh pada kampanye. Tingkat konsumsi dan lainnya masih tinggi, belum lagi liburan pada Idul Fitri nanti," ungkapnya.
(gpr)