Tiga Tantangan Perbankan Menurut Dirut Bank Mandiri
A
A
A
JAKARTA - Direktur Utama Bank Mandiri Budi Gunadi Sadikin mengatakan, perbankan untuk kedepannya memiliki tantangan yang cukup berat yakni soal likuiditas, modal dan regulasi.
Menurutnya, ketiga tantangan ini dibuktikan dengan likuditas perbankan 10-15 tahun yang lalu, akan sangat berbeda dengan 10-15 tahun kedepan.
"Untuk perbankan, likuditasnya kalau cashflow itu sulit, dengan kata lain, likuiditasnya susah. Nah, perbankan pada era sekarang hidupnya sulit karena sistem likuditasnya melemah. Kemudian, jika satu bank besar ada yang mengalami likuiditas, tentu akan membuat sulit bank-bank yang lainnya," jelas Budi dalam acara workshop bertajuk "Economic Outlook Pasca Pemilu 2014", di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, Senin (18/8/2014).
Oleh sebab itu, pihaknya sangat menjaga agar cashflow Bank Mandiri ada dalam posisi di angka 85-90%. Sedangkan, kedua pasang capres dan cawapres yang lalu menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia di angka 7% bahkan 10%.
"Kredit harus tumbuh 150%, kalau ingin tumbuh di kisaran angka segitu. Nah, untuk dananya, sekarang nominal kredit kan masih Rp3.300 triliun. Sedangkan Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuhnya 9% hingga 11%, ya mana bisa," jelasnya.
Dari jumlah penduduk di Indonesia yang jumlahnya 240 juta hanya ada 50 juta yang memiliki rekening di bank. Budi mengakui likuiditas di luar bank masih besar yakni sekitar Rp500 triliun hingga Rp600 triliun.
"Yang nabung di bank baru 30% dari GDP. Karena kekayaan Indonesia tidak masuk ke perbankan Indonesia tapi ke asing," ujarnya.
Karenanya, dia berharap pemerintah saat ini bisa membuat program yang bisa menarik penabung baru. Seperti saat masa pemerintahan Soeharto dengan adanya tabungan nasional (tabanas), yang menurutnya mampu menarik rekening baru secada masif.
Menurutnya, ketiga tantangan ini dibuktikan dengan likuditas perbankan 10-15 tahun yang lalu, akan sangat berbeda dengan 10-15 tahun kedepan.
"Untuk perbankan, likuditasnya kalau cashflow itu sulit, dengan kata lain, likuiditasnya susah. Nah, perbankan pada era sekarang hidupnya sulit karena sistem likuditasnya melemah. Kemudian, jika satu bank besar ada yang mengalami likuiditas, tentu akan membuat sulit bank-bank yang lainnya," jelas Budi dalam acara workshop bertajuk "Economic Outlook Pasca Pemilu 2014", di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, Senin (18/8/2014).
Oleh sebab itu, pihaknya sangat menjaga agar cashflow Bank Mandiri ada dalam posisi di angka 85-90%. Sedangkan, kedua pasang capres dan cawapres yang lalu menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia di angka 7% bahkan 10%.
"Kredit harus tumbuh 150%, kalau ingin tumbuh di kisaran angka segitu. Nah, untuk dananya, sekarang nominal kredit kan masih Rp3.300 triliun. Sedangkan Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuhnya 9% hingga 11%, ya mana bisa," jelasnya.
Dari jumlah penduduk di Indonesia yang jumlahnya 240 juta hanya ada 50 juta yang memiliki rekening di bank. Budi mengakui likuiditas di luar bank masih besar yakni sekitar Rp500 triliun hingga Rp600 triliun.
"Yang nabung di bank baru 30% dari GDP. Karena kekayaan Indonesia tidak masuk ke perbankan Indonesia tapi ke asing," ujarnya.
Karenanya, dia berharap pemerintah saat ini bisa membuat program yang bisa menarik penabung baru. Seperti saat masa pemerintahan Soeharto dengan adanya tabungan nasional (tabanas), yang menurutnya mampu menarik rekening baru secada masif.
(gpr)