Nilai Tukar Petani Sulbar Medio Agustus Turun 0,11%

Minggu, 07 September 2014 - 19:18 WIB
Nilai Tukar Petani Sulbar Medio Agustus Turun 0,11%
Nilai Tukar Petani Sulbar Medio Agustus Turun 0,11%
A A A
MAMUJU - Nilai Tukar Petani (NTP) di Sulawesi Barat (Sulbar), pada Agustus 2014 mengalami penurunan 0,11% dari 102,85 menjadi 102,74%.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sulbar Setianto mengatakan, penurunan NTP Sulbar terjadi dipicu naiknya indeks harga seluruh kelompok pengeluaran.

Hasil pemantauan BPS, harga konsumen pedesaan saat itu menunjukkan terjadinya inflasi pada medio Agustus 2014 sebesar 0,66%

Setianto menuturkan, NTP menurut subsektor tercatat pada subsektor pangan sebesar 91,27, subsektor hortikultura 99,88, subsektor perkebunan rakyat sebesar 112,92, subsektor peternakan sebesar 101,91, dan subsektor perikanan sebesar 97,83.

"Khusus subsektor perikanan terdiri dari perikanan tangkap dan budidaya yang memiliki nilai masing-masing sebesar 96,95 dan 99,39," ujar Setianto.

Dia menyebutkan, pada medio Juli, NTP Sulbar menurut subsektor tercatat untuk subsektor pangan 91,67, subsektor hortikultura 100,79, subsektor tanaman perkebunan rakyat 112,54, subsektor peternakan 101,86 dan subsektor perikanan 97,93.

Dia menuturkan, adapun indeks harga kelompok pengeluaran bahan makanan meningkat sebesar 1,06%, kelompok pengeluaran makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau meningkat sebesar 0,10%, dan kelompok pengeluaran perumahan sebesar 0,40%.

Kemudian, kelompok pengeluaran sandang sebesar 0,96%, kelompok pengeluaran kesehatan sebesar 0,11%, kelompok pengeluaran pendidikan, rekreasi dan olah raga sebesar 0,39%, dan kelompok pengeluaran transportasi dan komunikasi 0,57%.

Menurut Setianto, inflasi di daerah pedesaan tersebut tidak hanya di Sulbar, tetapi di terjadi di 29 provinsi. Bahkan, inflasi tertinggi terjadi di Sumatera Barat 1,00% dan terendah di DKI Jakarta 0,07%.

Sementara itu, empat provinsi mengalami deflasi, tertinggi di Sulawesi Utara 0,48% dan terendah Kalimantan Selatan 0,03%.

"Untuk Sulbar, mengalami inflasi sebesar 0,66 menempati urutan kedelapan,” imbuh Setianto.
(rna)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7360 seconds (0.1#10.140)