Arus Kas Pertamina Dinilai Buruk Selama Dipimpin Karen
A
A
A
JAKARTA - Mantan Komisaris PT Pertamina (Persero) Umar Said menilai, kinerja Pertamina selama dipimpin Karen Agustiawan tidak sebagus yang diberitakan.
Pasalnya, meskipun perolehan laba cukup bagus, namun arus kasnya bobrok dan bahkan nihil. "Dari laba Bagus. Tapi dari arus kas saya lihat berbahaya. Arus kas enggak ada. Perusahaan enggak mungkin jalan tanpa arus kas. Arus kasnya jelek sekali," tuturnya di Grand Sahid Hotel, Jakarta, Senin (8/9/2014).
Dia mengatakan, arus kas perusahaan pelat merah ini sangat berbahaya lantaran terlalu sedikit. Menurutnya, jika Pertamina memiliki arus kas yang cukup, maka bisa melakukan bisnis dengan lincah.
"Perusahaan yang baik, di mana-mana kalau punya laba 100, dipeti besinya harus ada tiga kali dari itu, 300. Jadi dia bisa melakukan bisnisnya lincah," jelas dia.
Menurut Umar, sedikitnya arus kas Pertamina yang sedikit lantaran perusahaan pelat merah tersebut terlalu banyak melakukan ekspansi.
"Mungkin terlalu banyak ekspansi. Ekspansinya terlalu meledak. Pertamina pernah mengalami ekspansi terlalu gede, kemudian terlibat utang USD10 miliar, diselesaikan para menteri ekonomi. Pertamina bukan sekali ini arus kasnya jelek. Pernah, dan itu harus dijaga arus kasnya membaik," jelasnya.
Pasalnya, meskipun perolehan laba cukup bagus, namun arus kasnya bobrok dan bahkan nihil. "Dari laba Bagus. Tapi dari arus kas saya lihat berbahaya. Arus kas enggak ada. Perusahaan enggak mungkin jalan tanpa arus kas. Arus kasnya jelek sekali," tuturnya di Grand Sahid Hotel, Jakarta, Senin (8/9/2014).
Dia mengatakan, arus kas perusahaan pelat merah ini sangat berbahaya lantaran terlalu sedikit. Menurutnya, jika Pertamina memiliki arus kas yang cukup, maka bisa melakukan bisnis dengan lincah.
"Perusahaan yang baik, di mana-mana kalau punya laba 100, dipeti besinya harus ada tiga kali dari itu, 300. Jadi dia bisa melakukan bisnisnya lincah," jelas dia.
Menurut Umar, sedikitnya arus kas Pertamina yang sedikit lantaran perusahaan pelat merah tersebut terlalu banyak melakukan ekspansi.
"Mungkin terlalu banyak ekspansi. Ekspansinya terlalu meledak. Pertamina pernah mengalami ekspansi terlalu gede, kemudian terlibat utang USD10 miliar, diselesaikan para menteri ekonomi. Pertamina bukan sekali ini arus kasnya jelek. Pernah, dan itu harus dijaga arus kasnya membaik," jelasnya.
(izz)