Pertamina Antisipasi Kelangkaan Elpiji 3 kg
A
A
A
JAKARTA - PT Pertamina (persero) menegaskan telah mengatisipasi kelangkaan elpiji 3 kilogram (kg) akibat kenaikan elpiji 12 kg seiring terjadinya migrasi dari elpiji kemasan 12 kg ke elpiji 3 kg.
Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Hanung Budya mengatakan bahwa pasokan elpiji 3 kg dalam kondisi aman dan tidak akan melampaui kuota yang disediakan oleh pemerintah sebesar 5,013 juta metrik ton (mt).
“Migrasi pelanggan 12 kg ke tabung 3 kg hanya sekitar 2%,” kata dia di Jakarta, Selasa (16/9/2014).
Dia menjelaskan, untuk menjaga kuota elpiji 3 kg, pemerintah juga telah menerapkan sistem monitoring elpiji 3 kg atau dikenal dengan SIMOL3K. Sistem ini telah diluncurkan sejak Juni 2014.
Sementara Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) ad interim Chairul Tanjung mengakui adanya dampak migrasi dari konsumen elpiji 12 kg ke 3 kg. Hal itu karena disparitas harga elpiji yang masih tinggi.
“Tapi kami sudah lakukan kontrol. Gas rumah tangga kita harapkan jadi primadona ke depan karena akan mengurangi subsidi BBM,” ungkap CT.
Pertamina menargetkan, penjualan elpiji bersubsidi maupun non-subsidi hingga akhir 2014 mencapai 6,1 juta ton atau naik 9,1% di banding realisasi penjualan 2013 sebesar 5,59 juta ton. Adapun penjualan elpiji Pertamina tahun ini terdiri dari 5,01 juta ton elpiji bersubsidi dan 1,09 juta ton elpiji non-subsidi.
Sebagai informasi, Pertamina atas persetujuan pemerintah pada 10 September lalu telah menaikan harga elpiji non subsidi 12 kg sebesar 1.500 per kg menjadi Rp7.569 per kg dari sebelumnya Rp6.069.
Apabila ditambahkan dengan komponen biaya lain, seperti biaya transportasi, filling fee margin agen dan PPN harga jual sampai kea gen menjadi Rp9.519 per kg atau menjadi Rp114.300 per tabung.
Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Hanung Budya mengatakan bahwa pasokan elpiji 3 kg dalam kondisi aman dan tidak akan melampaui kuota yang disediakan oleh pemerintah sebesar 5,013 juta metrik ton (mt).
“Migrasi pelanggan 12 kg ke tabung 3 kg hanya sekitar 2%,” kata dia di Jakarta, Selasa (16/9/2014).
Dia menjelaskan, untuk menjaga kuota elpiji 3 kg, pemerintah juga telah menerapkan sistem monitoring elpiji 3 kg atau dikenal dengan SIMOL3K. Sistem ini telah diluncurkan sejak Juni 2014.
Sementara Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) ad interim Chairul Tanjung mengakui adanya dampak migrasi dari konsumen elpiji 12 kg ke 3 kg. Hal itu karena disparitas harga elpiji yang masih tinggi.
“Tapi kami sudah lakukan kontrol. Gas rumah tangga kita harapkan jadi primadona ke depan karena akan mengurangi subsidi BBM,” ungkap CT.
Pertamina menargetkan, penjualan elpiji bersubsidi maupun non-subsidi hingga akhir 2014 mencapai 6,1 juta ton atau naik 9,1% di banding realisasi penjualan 2013 sebesar 5,59 juta ton. Adapun penjualan elpiji Pertamina tahun ini terdiri dari 5,01 juta ton elpiji bersubsidi dan 1,09 juta ton elpiji non-subsidi.
Sebagai informasi, Pertamina atas persetujuan pemerintah pada 10 September lalu telah menaikan harga elpiji non subsidi 12 kg sebesar 1.500 per kg menjadi Rp7.569 per kg dari sebelumnya Rp6.069.
Apabila ditambahkan dengan komponen biaya lain, seperti biaya transportasi, filling fee margin agen dan PPN harga jual sampai kea gen menjadi Rp9.519 per kg atau menjadi Rp114.300 per tabung.
(rna)