Dirut BTN Tak Permasalahkan Merger Bank BUMN
A
A
A
JAKARTA - Direktur Utama Bank Tabungan Negara (BTN) Maryono mengatakan, tidak ada ruginya ada rencana penggabungan (merger) bank BUMN. Sementara BTN akan tetap sebagai bank fokus yang mengurusi perumahan.
"Kami tidak mempermasalahkan dan tidak ada ruginya kalau ada merger, kami hanya pelaksana saja. Kami kan selama ini sebagai bank fokus yang mengurusi perumahan," tegasnya di Pacifik Place, Jakarta, Kamis (16/10/2014).
Seperti diketahui, Kementerian BUMN berencana menggabungkan antara Bank Mandiri dan Bank Negara Indonesia (BNI) dan renananaya akan mengakuisisi BTN.
Menurut Maryono, pembentukan bank yang kuat memang diperlukan dalam menghadapi persaingan pasar tunggal ASEAN pada tahun depan. Akan tetapi, dirinya menilai diperlukan suatu bank yang fokus dalam bisnisnya, sehingga tidak ada pelebaran usaha yang nantinya malah menumbangkan bisnis utamanya.
"Kenapa BTN akan masuk sini karena BTN akan fokus ke pembiayaan perumahan," ucapnya.
Lebih lanjut dikatakannya, pembiayaan perusahaan ke depan akan berkembang dengan sangat pesat, mengingat kebutuhan akan rumah terus meningkat.
"Pembiayaan perumahan luar biasa, ini merupakan potensi, rakyat ini kapan mendapatkan rumah yang layak, makanya kita bantu, memberikan upaya tersebut," tuturnya.
Menurutnya, hingga saat ini kebutuhan perumahan sekitar 15 juta unit, namun BTN sebagai bank yang fokus untuk perumahan belum bisa memenuhi kebutuhan itu, bahkan BTN hanya bisa sekitar 50% pada 2019.
"Kalau yang lain mau ikutan penyediaan rumah silakan karena BTN tidak bisa memenuhi kebutuhan rumah seperti yang ditetapkan pemerintah 15 juta unit, BTN hanya sanggup memenuhi sekitar 50% hingga tahun 2019," tegasnya.
Maryono mengaku, konsumen perumahan mengalami perlambatan, perlambatan bukan karena faktor dari regulasi laond to veluew yang bisa dirasakan dalam waktu 1-2 tahun kemudian.
Maryono mengaku, target 2014 untuk kredit perumahan sekitar 17%, dan untuk 2015 belum bisa diperkirakan. "Untuk tahun depan kita tidak bisa bilang sekarang, karena melihat kondisi ekonomi kita tahun depan, tapi mormal samalah dengan tahun ini," tegasnya.
"Kami tidak mempermasalahkan dan tidak ada ruginya kalau ada merger, kami hanya pelaksana saja. Kami kan selama ini sebagai bank fokus yang mengurusi perumahan," tegasnya di Pacifik Place, Jakarta, Kamis (16/10/2014).
Seperti diketahui, Kementerian BUMN berencana menggabungkan antara Bank Mandiri dan Bank Negara Indonesia (BNI) dan renananaya akan mengakuisisi BTN.
Menurut Maryono, pembentukan bank yang kuat memang diperlukan dalam menghadapi persaingan pasar tunggal ASEAN pada tahun depan. Akan tetapi, dirinya menilai diperlukan suatu bank yang fokus dalam bisnisnya, sehingga tidak ada pelebaran usaha yang nantinya malah menumbangkan bisnis utamanya.
"Kenapa BTN akan masuk sini karena BTN akan fokus ke pembiayaan perumahan," ucapnya.
Lebih lanjut dikatakannya, pembiayaan perusahaan ke depan akan berkembang dengan sangat pesat, mengingat kebutuhan akan rumah terus meningkat.
"Pembiayaan perumahan luar biasa, ini merupakan potensi, rakyat ini kapan mendapatkan rumah yang layak, makanya kita bantu, memberikan upaya tersebut," tuturnya.
Menurutnya, hingga saat ini kebutuhan perumahan sekitar 15 juta unit, namun BTN sebagai bank yang fokus untuk perumahan belum bisa memenuhi kebutuhan itu, bahkan BTN hanya bisa sekitar 50% pada 2019.
"Kalau yang lain mau ikutan penyediaan rumah silakan karena BTN tidak bisa memenuhi kebutuhan rumah seperti yang ditetapkan pemerintah 15 juta unit, BTN hanya sanggup memenuhi sekitar 50% hingga tahun 2019," tegasnya.
Maryono mengaku, konsumen perumahan mengalami perlambatan, perlambatan bukan karena faktor dari regulasi laond to veluew yang bisa dirasakan dalam waktu 1-2 tahun kemudian.
Maryono mengaku, target 2014 untuk kredit perumahan sekitar 17%, dan untuk 2015 belum bisa diperkirakan. "Untuk tahun depan kita tidak bisa bilang sekarang, karena melihat kondisi ekonomi kita tahun depan, tapi mormal samalah dengan tahun ini," tegasnya.
(gpr)