Pertumbuhan Kredit Bank Masih Aman
A
A
A
JAKARTA - Tren likuiditas yang mulai menurun membuat bank harus selektif dalam menyalurkan kredit. Meski demikian pertumbuhan kredit dinilai masih aman untuk melakukan ekspansi hingga akhir tahun.
Setidaknya ini terlihat dari BRI dan Bank Mandiri yang masih menyisakan ruang pertumbuhan kredit karena rasio simpanan terhadap kredit masih dalam batas aman.
Direktur Utama BRI Sofyan Basir menjelaskan pertumbuhan kredit berhasil diimbangi dengan simpanan sehingga posisi neraca yang likuid. Rasio kredit terhadap dana pihak ketiga (LDR) tercatat sebesar 85,29% pada September 2014, sedangkan kualitas aset produktif tetap terjaga dengan baik.
Ini terlihat pada rasio kredit bermasalah (NPL) netto sebesar 0,46%. Adapun NPL gross BRI tercatat sebesar 1,89% atau lebih baik apabila dibandingkan dengan NPL gross rata-rata industri perbankan nasional yang tercatat 2,31% pada Agustus 2014. Selain itu, Bank BRI juga berhasil menjaga posisi permodalan yang kokoh dengan rasio kecukupan modal (CAR) tercatat sebesar 18,57% pada September 2014 dibandingkan 17,14% pada September 2013.
"Di tengah suku bunga yang melompat beberapa waktu lalu, dan sumber dana susah, namun kami berhasil turunkan LDR. Sekarang sudah stabil, nanti akhir tahun kita genjot lagi kredit dan naikin LDR hingga 90%. Karena suku bunga deposito juga mulai turun jadi 9,5%. Kitahanyacobaseimbangkan potensi yang ada, dan CAR kita juga bagus,” ujar Sofyan di Jakarta, belum lama ini.
Dari sisi pendanaan, BRI juga berhasil menumbuhkan dana pihak ketiganya. Per akhir September 2014 total DPK BRI mencapai Rp544,27 triliun atau tumbuh 19,7% yoy. Dengan rekening tabungan mencapai 46,52 juta atau meningkat 10 juta dari triwulan III/2013 yang sebesar 36,96 juta nasabah.
Pertumbuhan tabungan BRI juga secara konsisten selalu di atas rata-rata industri, dengan presentase sebesar 13,5% atau lebih tinggi jika dibandingkan rata-rata pertumbuhan tabungan industri perbankan nasional yang sebesar 8,6% per Agustus 2014.
Selain pertumbuhan kredit, BRI juga terus mengoptimalkan pemanfaatan teknologi terkini untukmendukungpertumbuhan bisnisnya, transaksi e-channel dan e-banking memberikan andil bagi kinclong -nya kinerja bisnis BRI melalui pertumbuhan fee basedincome. Feebasedincome BRI meningkat 23,8% secara yoy, dengan pertumbuhan tertinggi terjadi pada transaksi e-banking yang tumbuh 51,3% secara yoy.
Sedangkan Direktur Utama Bank Mandiri Budi G Sadikin mengatakan perseroan menjadi salah satu bank yang memiliki tingkat likuiditas yang baik. Sehingga perseroan punya kemampuan yang mendukung rencana pengembangan bisnis perusahaan, baik secara organik, maupun non organik. “Ini terlihat dari rasio pinjaman terhadap dana pihak ketiga (LDR) yang sebesar 85,31% pada September 2014. Likuiditas masih aman, di bawah batas atas ketentuan BI yaitu 92%,” ujar Budi beberapa waktu lalu.
Secara sektoral, kredit Bank Mandiri tersebar ke sektor produktif yang tercatat tumbuh 14,3% menjadi Rp389,4 triliun. Pertumbuhan kredit investasi sebesar 10,8% dan kredit modal kerja sebesar 16,4%. Sektor konstruksi mencatat akselerasi pertumbuhan 23,9%, sementara sektor industri pengolahan mencatat penyaluran terbesar yaitu Rp96,1 triliun, disusul sektor perdagangan, restoran dan hotel yang mencapai Rp82,7 triliun.
Pertumbuhan kredit juga diimbangi simpanan DPK yang tumbuh 14,9% menjadi Rp590,9 triliun pada September 2014 dari Rp514,2 triliun di September 2013.
Hafid fuad
Setidaknya ini terlihat dari BRI dan Bank Mandiri yang masih menyisakan ruang pertumbuhan kredit karena rasio simpanan terhadap kredit masih dalam batas aman.
Direktur Utama BRI Sofyan Basir menjelaskan pertumbuhan kredit berhasil diimbangi dengan simpanan sehingga posisi neraca yang likuid. Rasio kredit terhadap dana pihak ketiga (LDR) tercatat sebesar 85,29% pada September 2014, sedangkan kualitas aset produktif tetap terjaga dengan baik.
Ini terlihat pada rasio kredit bermasalah (NPL) netto sebesar 0,46%. Adapun NPL gross BRI tercatat sebesar 1,89% atau lebih baik apabila dibandingkan dengan NPL gross rata-rata industri perbankan nasional yang tercatat 2,31% pada Agustus 2014. Selain itu, Bank BRI juga berhasil menjaga posisi permodalan yang kokoh dengan rasio kecukupan modal (CAR) tercatat sebesar 18,57% pada September 2014 dibandingkan 17,14% pada September 2013.
"Di tengah suku bunga yang melompat beberapa waktu lalu, dan sumber dana susah, namun kami berhasil turunkan LDR. Sekarang sudah stabil, nanti akhir tahun kita genjot lagi kredit dan naikin LDR hingga 90%. Karena suku bunga deposito juga mulai turun jadi 9,5%. Kitahanyacobaseimbangkan potensi yang ada, dan CAR kita juga bagus,” ujar Sofyan di Jakarta, belum lama ini.
Dari sisi pendanaan, BRI juga berhasil menumbuhkan dana pihak ketiganya. Per akhir September 2014 total DPK BRI mencapai Rp544,27 triliun atau tumbuh 19,7% yoy. Dengan rekening tabungan mencapai 46,52 juta atau meningkat 10 juta dari triwulan III/2013 yang sebesar 36,96 juta nasabah.
Pertumbuhan tabungan BRI juga secara konsisten selalu di atas rata-rata industri, dengan presentase sebesar 13,5% atau lebih tinggi jika dibandingkan rata-rata pertumbuhan tabungan industri perbankan nasional yang sebesar 8,6% per Agustus 2014.
Selain pertumbuhan kredit, BRI juga terus mengoptimalkan pemanfaatan teknologi terkini untukmendukungpertumbuhan bisnisnya, transaksi e-channel dan e-banking memberikan andil bagi kinclong -nya kinerja bisnis BRI melalui pertumbuhan fee basedincome. Feebasedincome BRI meningkat 23,8% secara yoy, dengan pertumbuhan tertinggi terjadi pada transaksi e-banking yang tumbuh 51,3% secara yoy.
Sedangkan Direktur Utama Bank Mandiri Budi G Sadikin mengatakan perseroan menjadi salah satu bank yang memiliki tingkat likuiditas yang baik. Sehingga perseroan punya kemampuan yang mendukung rencana pengembangan bisnis perusahaan, baik secara organik, maupun non organik. “Ini terlihat dari rasio pinjaman terhadap dana pihak ketiga (LDR) yang sebesar 85,31% pada September 2014. Likuiditas masih aman, di bawah batas atas ketentuan BI yaitu 92%,” ujar Budi beberapa waktu lalu.
Secara sektoral, kredit Bank Mandiri tersebar ke sektor produktif yang tercatat tumbuh 14,3% menjadi Rp389,4 triliun. Pertumbuhan kredit investasi sebesar 10,8% dan kredit modal kerja sebesar 16,4%. Sektor konstruksi mencatat akselerasi pertumbuhan 23,9%, sementara sektor industri pengolahan mencatat penyaluran terbesar yaitu Rp96,1 triliun, disusul sektor perdagangan, restoran dan hotel yang mencapai Rp82,7 triliun.
Pertumbuhan kredit juga diimbangi simpanan DPK yang tumbuh 14,9% menjadi Rp590,9 triliun pada September 2014 dari Rp514,2 triliun di September 2013.
Hafid fuad
(bbg)