BI Dorong Keuangan Syariah
A
A
A
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) terus mendorong pengembangan ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia dan menjadikan Indonesia sebagai pusat perekonomian global.
Hal tersebut dilakukan karena ekonomi keuangan syariah dianggap lebih tahan terhadap krisis global dibandingkan dengan konvensional."Selain itu, karena potensi ekonomi Indonesia sangat besar, masyarakat muslim juga sangat besar sehingga kita ingin menjadikan Indonesia sebagai pusat pengembangan ekonomi syariah global," kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara dalam diskusi bersama media terkait Penyelenggaraan OIC Central Banks Meeting dan Festival Ekonomi & Keuangan Syariah di Jakarta kemarin.
Dia melanjutkan, Bank Indonesia akan melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat dengan menggelar Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) 2014 yang akan berlangsung sejak 3 November hingga 9 November 2014 di Surabaya, Jawa Timur. Menurut Tirta, kegiatan yang berlangsung tujuh hari tersebut untuk mengenalkan dan mendekatkan masyarakat pada bentuk-bentuk kegiatan ekonomi dan produk-produk keuangan syariah.
Selain itu, menjadikan Indonesia sebagai pusat pengembangan ekonomi syariah global. Dia pun mengatakan, pemilihan kegiatan ISEF di Surabaya karena kota pusat santri. Setidaknya dari 27.000 pesantren di Indonesia, sekitar 6.000 pesantren ada di Jawa Timur. "Nah, kita ingin mencanangkan ini di sana. Karena di Surabaya punya potensi yang besar. Nanti akan kita kenalkan keuangan syariah di sana," ucapnya.
Tirta melanjutkan, ini salah satu tujuan dari ISEF untuk meningkatkan peran sektor pendidikan, khususnya pesantren. Pihaknya juga ingin mengenalkan kepada masyarakat bentukbentuk kegiatan dan produk keuangan syariah. Dalam kesempatan yang sama Direktur Eksekutif Departemen Internasional Bank Indonesia Aida S Budiman menambahkan, sebenarnya secara global, ekonomi keuangan syariah sudah mulai dilirik.
Sejak 2007 hingga 2013 aset keuangan syariah mengalami peningkatan yakni dari Rp600 miliar ke Rp1,8 triliun. Tetapi, menurut Aida, angka tersebut baru sekitar 1% lebih dari total finansial yang ada di global. "Di Indonesia sendiri juga sama, tumbuh cepat, tapi berbagai macam angka terkini dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk kuartal dua hingga kuartal tiga masih di bawah 5%," papar dia.
Kunthi fahmar sandy
Hal tersebut dilakukan karena ekonomi keuangan syariah dianggap lebih tahan terhadap krisis global dibandingkan dengan konvensional."Selain itu, karena potensi ekonomi Indonesia sangat besar, masyarakat muslim juga sangat besar sehingga kita ingin menjadikan Indonesia sebagai pusat pengembangan ekonomi syariah global," kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara dalam diskusi bersama media terkait Penyelenggaraan OIC Central Banks Meeting dan Festival Ekonomi & Keuangan Syariah di Jakarta kemarin.
Dia melanjutkan, Bank Indonesia akan melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat dengan menggelar Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) 2014 yang akan berlangsung sejak 3 November hingga 9 November 2014 di Surabaya, Jawa Timur. Menurut Tirta, kegiatan yang berlangsung tujuh hari tersebut untuk mengenalkan dan mendekatkan masyarakat pada bentuk-bentuk kegiatan ekonomi dan produk-produk keuangan syariah.
Selain itu, menjadikan Indonesia sebagai pusat pengembangan ekonomi syariah global. Dia pun mengatakan, pemilihan kegiatan ISEF di Surabaya karena kota pusat santri. Setidaknya dari 27.000 pesantren di Indonesia, sekitar 6.000 pesantren ada di Jawa Timur. "Nah, kita ingin mencanangkan ini di sana. Karena di Surabaya punya potensi yang besar. Nanti akan kita kenalkan keuangan syariah di sana," ucapnya.
Tirta melanjutkan, ini salah satu tujuan dari ISEF untuk meningkatkan peran sektor pendidikan, khususnya pesantren. Pihaknya juga ingin mengenalkan kepada masyarakat bentukbentuk kegiatan dan produk keuangan syariah. Dalam kesempatan yang sama Direktur Eksekutif Departemen Internasional Bank Indonesia Aida S Budiman menambahkan, sebenarnya secara global, ekonomi keuangan syariah sudah mulai dilirik.
Sejak 2007 hingga 2013 aset keuangan syariah mengalami peningkatan yakni dari Rp600 miliar ke Rp1,8 triliun. Tetapi, menurut Aida, angka tersebut baru sekitar 1% lebih dari total finansial yang ada di global. "Di Indonesia sendiri juga sama, tumbuh cepat, tapi berbagai macam angka terkini dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk kuartal dua hingga kuartal tiga masih di bawah 5%," papar dia.
Kunthi fahmar sandy
(bbg)