Kredit Perbankan Tetap Tumbuh
A
A
A
JAKARTA - Penyaluran kredit perbankan tetap tumbuh meski kondisi makroekonomi Indonesia mengalami perlambatan. Hingga kuartal III tahun ini pertumbuhan kredit berada di atas dua digit.
PT Bank Permata Tbk (BNLI) misalnya dalam sembilan bulan kredit perseroan, termasuk pembiayaan syariah, tumbuh 12% menjadi Rp130 triliun pada akhir September 2014. Pertumbuhan kredit tetap didorong oleh pertumbuhan dalam sektor UKM dan local and middle market corporate melalui bisnis trade financedan produkproduk pinjaman bank.
"Dibandingkan dengan posisi akhir Desember 2013, kredit tumbuh 10% yang mencerminkan kondisi likuiditas yang masih ketat. Total aset per 30 September 2014 mencapai Rp185 triliun dibandingkan Rp155 triliun pada tahun sebelumnya," ungkap Direktur Keuangan Bank Permata Sandeep Jain dalam keterangan tertulisnya kemarin.
Dia mengungkapkan, di tengah persaingan untuk mendapatkan pendanaan dan penurunan permintaan atas pinjaman, Bank Permata berhasil mengelola likuiditasnya dengan mencatat pertumbuhan dana pihak ketiga sebesar 20% menjadi Rp147 triliun sehingga rasio loan-to-deposit (LDR) membaik menjadi 88,1% dibandingkan 94,5% tahun lalu.
Sementara pendapatan operasional perseroan di kuartal III sebesar Rp5,32 triliun. Nilai ini meningkat7% dari Rp4,98triliun dalam periode yang sama pada 2013. Kinerja positif ini mendorong laba bersih setelah pajak yang mencapai Rp1,24 triliun. Sandeep mengatakan, peningkatan pendapatan operasional tersebut didorong oleh pertumbuhan pada pendapatan bunga bersih (NIM) yang tipis mengingat tekanan pada biaya pendanaan yang tinggi. Namun, juga di sisi lain didukung pertumbuhan yang kuat pada pendapatan berbasis biaya (fee based income).
"Pendapatan berbasis biaya naik 28% menjadi Rp1,2 triliun. Didukung kinerja yang lebih kuat di bisnis bancassurance dan trade finance serta aktivitas transaksi berbasis biaya lainnya," katanya. Sementara itu, PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) mencatatkan total kredit yang berakhir September 2014 sebesar Rp166,84 triliun atau tumbuh 7,3%. Dari total kredit tersebut, kredit di sektor korporasi tumbuh 14,0% menjadi Rp48,51 triliun dan kredit small medium micro enterprise (SMME) naik 10,8% menjadi Rp33,61 triliun.
Presiden Direktur CIMB Niaga Arwin Rasyid mengatakan, kredit di sektor konsumer masih mengalami perlambatan, tumbuh 1,6% menjadi Rp48,75 triliun. Meski mengalami perlambatan di kredit Konsumer, sejumlah segmen bisnis mampu mencatatkan pertumbuhan yang menggembirakan.
Personal loan tumbuh sebesar 34,5% menjadi Rp2,06 triliun, sedangkan kartu kredit naik 30,6% menjadi Rp4,95 triliun. "Peluncuran CIMB Niaga Air Asia BIG Card, yang merupakan hasil kerja sama CIMB Niaga, AirAsia Indonesia, dan Think BIG Digital di kuartal ketiga tahun ini diharapkan dapat mendukung pertumbuhan bisnis kartu kredit CIMB Niaga," ungkapnya dalam keterangan tertulisnya kemarin.
Di samping itu, perseroan juga berhasil mencatatkan laba bersih konsolidasi (tidak diaudit) sebesar Rp2,30 triliun atau turun sebesar 28,5% dari periode yang sama tahun 2013 yang mencapai Rp3,21 triliun. Menurutnya, penurunan laba bersih tersebut disebabkan oleh rendahnya pertumbuhan pendapatan bunga bersih yang tercatat sebesar 3,6% akibat meningkatnya beban bunga, penurunan pada fee income sebesar 21,5% yang disebabkan oleh melambatnya bisnis foreign exchange (forex), capital market, dan turunnya kontribusi dari bisnis bancassurance akibat dari adanya perubahan peraturan, serta meningkatnya biaya pencadangan.
Hingga September 2014, PT Bank Bukopin Tbk (BBKP) mencatat penyaluran kredit ritel hingga Rp32,33 triliun, tumbuh 23,83% dibandingkan dengan pencapaian pada periode yang sama tahun lalu senilai Rp26,11 triliun. Direktur Utama Bank Bukopin Glen Glenardi menjelaskan, peningkatan penyaluran kredit ritel merupakan bagian dari strategi perusahaan untuk mempertajam fokus bisnis ke segmen yang menawarkan margin lebih baik.
"Pertumbuhan kredit Bank Bukopin hingga September 2014 dimotori oleh segmen ritel yang terdiri atas kredit UKM, mikro, dan konsumer yang meningkat 23,83% menjadi Rp32,33 triliun dibandingkan dengan posisi September 2013 yang mencapai Rp26,1 triliun," sebutnya dalam keterangan tertulisnya kemarin. Dia menjelaskan, dari total kredit ritel yang disalurkan, segmen UKM tumbuh 18,39% menjadi Rp19,9 triliun, segmen mikro sebesar 61,63% menjadi Rp4,8 triliun, dan segmen konsumer sebesar 20,52% menjadi Rp7,6 triliun.
Pada periode yang sama, penyaluran kredit komersial Bank Bukopin mencapai Rp18,09 triliun. Dengan pencapaian tersebut, total kredit yang disalurkan Bank Bukopin selama sembilan bulan pertama 2014 mencapai Rp- 50,4 triliun, meningkat 2,44% secara year-on-year.
Direktur Keuangan dan Perencanaan Bank Bukopin Tri Joko Prihanto menjelaskan hingga September 2014 perseroan berhasil membukukan pertumbuhan aset menjadi Rp77,9 triliun, meningkat 12,68% dibandingkan dengan pencapaian pada periode yang sama tahun lalu. Dia mengungkapkan, pertumbuhan aset perseroan tersebut ditopang oleh kenaikan dana pihak ketiga.
"Selama sembilan bulan pertama pada 2014 Bank Bukopin berhasil meningkatkan mobilisasi dana pihak ketiga menjadi Rp64,1 triliun, meningkat sebesar 14,44% secara year-on-year," ungkapnya. Menurut dia, pertumbuhan DPK tersebut didorong oleh kenaikan tabungan sebesar 12,74% menjadi Rp14,9 triliun dan deposito sebesar 19,55% menjadi Rp40,37 triliun.
Hafid fuad/Kunthi fahmar sandy
PT Bank Permata Tbk (BNLI) misalnya dalam sembilan bulan kredit perseroan, termasuk pembiayaan syariah, tumbuh 12% menjadi Rp130 triliun pada akhir September 2014. Pertumbuhan kredit tetap didorong oleh pertumbuhan dalam sektor UKM dan local and middle market corporate melalui bisnis trade financedan produkproduk pinjaman bank.
"Dibandingkan dengan posisi akhir Desember 2013, kredit tumbuh 10% yang mencerminkan kondisi likuiditas yang masih ketat. Total aset per 30 September 2014 mencapai Rp185 triliun dibandingkan Rp155 triliun pada tahun sebelumnya," ungkap Direktur Keuangan Bank Permata Sandeep Jain dalam keterangan tertulisnya kemarin.
Dia mengungkapkan, di tengah persaingan untuk mendapatkan pendanaan dan penurunan permintaan atas pinjaman, Bank Permata berhasil mengelola likuiditasnya dengan mencatat pertumbuhan dana pihak ketiga sebesar 20% menjadi Rp147 triliun sehingga rasio loan-to-deposit (LDR) membaik menjadi 88,1% dibandingkan 94,5% tahun lalu.
Sementara pendapatan operasional perseroan di kuartal III sebesar Rp5,32 triliun. Nilai ini meningkat7% dari Rp4,98triliun dalam periode yang sama pada 2013. Kinerja positif ini mendorong laba bersih setelah pajak yang mencapai Rp1,24 triliun. Sandeep mengatakan, peningkatan pendapatan operasional tersebut didorong oleh pertumbuhan pada pendapatan bunga bersih (NIM) yang tipis mengingat tekanan pada biaya pendanaan yang tinggi. Namun, juga di sisi lain didukung pertumbuhan yang kuat pada pendapatan berbasis biaya (fee based income).
"Pendapatan berbasis biaya naik 28% menjadi Rp1,2 triliun. Didukung kinerja yang lebih kuat di bisnis bancassurance dan trade finance serta aktivitas transaksi berbasis biaya lainnya," katanya. Sementara itu, PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) mencatatkan total kredit yang berakhir September 2014 sebesar Rp166,84 triliun atau tumbuh 7,3%. Dari total kredit tersebut, kredit di sektor korporasi tumbuh 14,0% menjadi Rp48,51 triliun dan kredit small medium micro enterprise (SMME) naik 10,8% menjadi Rp33,61 triliun.
Presiden Direktur CIMB Niaga Arwin Rasyid mengatakan, kredit di sektor konsumer masih mengalami perlambatan, tumbuh 1,6% menjadi Rp48,75 triliun. Meski mengalami perlambatan di kredit Konsumer, sejumlah segmen bisnis mampu mencatatkan pertumbuhan yang menggembirakan.
Personal loan tumbuh sebesar 34,5% menjadi Rp2,06 triliun, sedangkan kartu kredit naik 30,6% menjadi Rp4,95 triliun. "Peluncuran CIMB Niaga Air Asia BIG Card, yang merupakan hasil kerja sama CIMB Niaga, AirAsia Indonesia, dan Think BIG Digital di kuartal ketiga tahun ini diharapkan dapat mendukung pertumbuhan bisnis kartu kredit CIMB Niaga," ungkapnya dalam keterangan tertulisnya kemarin.
Di samping itu, perseroan juga berhasil mencatatkan laba bersih konsolidasi (tidak diaudit) sebesar Rp2,30 triliun atau turun sebesar 28,5% dari periode yang sama tahun 2013 yang mencapai Rp3,21 triliun. Menurutnya, penurunan laba bersih tersebut disebabkan oleh rendahnya pertumbuhan pendapatan bunga bersih yang tercatat sebesar 3,6% akibat meningkatnya beban bunga, penurunan pada fee income sebesar 21,5% yang disebabkan oleh melambatnya bisnis foreign exchange (forex), capital market, dan turunnya kontribusi dari bisnis bancassurance akibat dari adanya perubahan peraturan, serta meningkatnya biaya pencadangan.
Hingga September 2014, PT Bank Bukopin Tbk (BBKP) mencatat penyaluran kredit ritel hingga Rp32,33 triliun, tumbuh 23,83% dibandingkan dengan pencapaian pada periode yang sama tahun lalu senilai Rp26,11 triliun. Direktur Utama Bank Bukopin Glen Glenardi menjelaskan, peningkatan penyaluran kredit ritel merupakan bagian dari strategi perusahaan untuk mempertajam fokus bisnis ke segmen yang menawarkan margin lebih baik.
"Pertumbuhan kredit Bank Bukopin hingga September 2014 dimotori oleh segmen ritel yang terdiri atas kredit UKM, mikro, dan konsumer yang meningkat 23,83% menjadi Rp32,33 triliun dibandingkan dengan posisi September 2013 yang mencapai Rp26,1 triliun," sebutnya dalam keterangan tertulisnya kemarin. Dia menjelaskan, dari total kredit ritel yang disalurkan, segmen UKM tumbuh 18,39% menjadi Rp19,9 triliun, segmen mikro sebesar 61,63% menjadi Rp4,8 triliun, dan segmen konsumer sebesar 20,52% menjadi Rp7,6 triliun.
Pada periode yang sama, penyaluran kredit komersial Bank Bukopin mencapai Rp18,09 triliun. Dengan pencapaian tersebut, total kredit yang disalurkan Bank Bukopin selama sembilan bulan pertama 2014 mencapai Rp- 50,4 triliun, meningkat 2,44% secara year-on-year.
Direktur Keuangan dan Perencanaan Bank Bukopin Tri Joko Prihanto menjelaskan hingga September 2014 perseroan berhasil membukukan pertumbuhan aset menjadi Rp77,9 triliun, meningkat 12,68% dibandingkan dengan pencapaian pada periode yang sama tahun lalu. Dia mengungkapkan, pertumbuhan aset perseroan tersebut ditopang oleh kenaikan dana pihak ketiga.
"Selama sembilan bulan pertama pada 2014 Bank Bukopin berhasil meningkatkan mobilisasi dana pihak ketiga menjadi Rp64,1 triliun, meningkat sebesar 14,44% secara year-on-year," ungkapnya. Menurut dia, pertumbuhan DPK tersebut didorong oleh kenaikan tabungan sebesar 12,74% menjadi Rp14,9 triliun dan deposito sebesar 19,55% menjadi Rp40,37 triliun.
Hafid fuad/Kunthi fahmar sandy
(bbg)