Wujudkan Mimpi Pertamia Menjadi Penguasa Asia
A
A
A
JAKARTA - PT Pertamina (Persero) terus menyiapkan diri untuk untuk mencapai target menjadi Asian Energy Champions pada 2025 mendatang.
Keberadaan Pertamina sebagai Badan Usaha Miik Negara (BUMN) membuat perusahaan ini memiliki peran yang sangat strategis. Tak hanya dituntut sebagai ujung tombak ketahanan energi nasional, tetapi juga sebagai pelaku utama bisnis energi di tataran regional dan global.
Di sektor hulu migas, dengan semangat Aggressive Upstream, BUMN ini terus menargetkan peningkatan produksi minyak setiap tahun. Saat ini, dengan produksi migas 520.390 barel oil equivalent per day (boepd) selama semester I 2014, semakin mengukuhkan posisi Pertamina sebagai perusahaan produsen migas terbesar di Indonesia. Produksi tersebut naik sebesar 14% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
"Posisi Pertamina sangat strategis bagi sektor migas nasional sehingga kinerjanya harus terus ditingkatkan," ujar Direktur Pusat Studi Kebijakan Publik (Puskepi), Sofyano Zakaria, Jumat (31/10/2014).
Dia menuturkan, Pertamina mampu menunjukkan komitmen yang tinggi untuk mencapai cita-cita sebagai World Class Energy Company yang dapat bersaing dan berdiri sejajar dengan perusahaan global. Salah satu komitmennya yakni melakukan eksplorasi migas tiak hanya di dalam negeri tetapi juga di luar negeri.
Perkuat Sektor Hilir
Tak hanya di sektor hulu migas, Pertamina juga memperkuat sektor hilir. Perusahaan menambah infrastruktur niaga migas mulai dari kapal hingga terminal penampungan migas. Total investasi yang digelontorkan mencapai USD340 juta.
Pengembangan infrastruktur migas ini dilakukan untuk memerkuat bisnis hilir migas Pertamina sekaligus dalam rangka mendukung upaya Pertamina menjadi perusahaan kelas dunia.
Manajemen Pertamina sendiri telah menyusun strategi jangka menengah dn jangka panjang panjang untuk meningkatkan kinerja perusahaan agar bisa bersaing dengan perusahaamigaslan di kancah global.
Ada beberapa proyek hilir migas yang diperkuat Pertamina. Di antaranya pengembagan Terminal BBM Pulau Sambu dengan meningkatkan kapasitas tangki penampungan terminal menjadi 300 ribu kiloliter yang dilengkapi dengan terminal automatic system dan fasilitas berstandar internasional. Juga terminal BBM Tanjung Uban dengan meningkatkan kapasitas tangki timbun menjadi 200 ribu kilo liter.
Pengembangan terminal BBM itu untuk menjaga ketahanan energi nasional. Sebab, konsumsi BBM nasional naik sekitar 9% per tahun seiring membaiknya perekonomian nasional.
Tak hanya terminal BBM, Pertamina juga memperkuat infrastruktur untuk bisnis elpiji. Di antaranya pengembagan terminal elpiji Lampung dan penambahan aramada very large gas carrier (VLGC), berkapasitas 50 ribu ton elpiji.
Sementara untuk bisnis aviasi, Pertamina telah merampungkan pengembangan Depot Pengisian Pesawat Udara (DPPU) di Bandar Udara (bandara) Kualanamu Sumatera Utara, Sultan Hassanudin Makassar serta bandara Internasional Lombok.
Pertamina juga melakukan ekspor pelumas sehingga menjadi pelumas terkemuka di wilayah Asia. Ekspansi Internasional Avtur Pertamina dilakukan melalui skema Contracting Company Delivering Company (CONCODELCO).
Direktur Perencanaan Investasi & Management Risiko Pertamina, M Afdal Bahaudin mengatakan, untuk mencapai target sebagai world class energy company, Pertamina melakukan strategi partner, merger dan akuisisi dalam rangka peningkatan kapabilitas Pertamina, serta ekspansi lapangan minyak untuk meningkatkan produksi dan cadangan minyak Pertamina dan Indonesia. “Kami berpartner, juga melakukan akuisisi lapangan minyak produksi di beberapa area,” ungkap Afdal.
Produksi minyak Pertamina di luar negeri ada di Algeria dan Irak. Hingga 2018 mendatang diperkirakan produksi minyak di dua kawasan tersebut akan meningkat 7%.
Pengamat Energi dari Reforminer Instiute Pri Agung Rakhmanto mengatakan, selain melakukan ekspansi ke luar negeri, Pertamina juga diharapkan memberikan perhatian terhadap pengembangan infrastruktur di dalam negeri khususnya infrastuktur gas.
"Dana pemerintah untuk pengembangan infrastruktur gas di dalam negeri terbatas. Karena itu butuh peran pihak lain, termasuk Pertamina sebagai BUMN," ujarnya.
Penghematan Bahan Bakar
Selain meningkatkan kinerja di sektor hulu dan hilir migas, Pertamina juga terlibat dalam upaya peghematan penggunaan bahan bakar di dalam negeri. Baru-baru ini, Pertamina melakukan ujicoba penggunaan gas alam cair (liquefied natural gas/LNG) sebagai campuran bahan bakar untuk kendaraan.
Program konversi BBM ke LNG ini diproyeksikan akan menghasilkan penghematan sekitar USD3,6 miliar per tahun. Penggunaan LNG ini melengkapi program konversi jenis gas lainnya, seperti BBG, CNG, dan LGV.
"Jika dulu orientasi LNG adalah untuk ekspor, kini digunakan untuk dalam negeri," tegas Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Hanung Budya.
Pemanfaatan LNG sebagai bahan bakar memiliki tingkat keekonomian yang tinggi dibanding BBM non subsidi. Harga LNG, saat ini ekuivalen dengan Rp 8.900 per liter sementara solar non subsidi Rp 11.000 per liter
Ujicoba penggunaan LNG ini dilakukan untuk mobil-mobil tangki Pertamina di Balikpapan. Dari hasil uji coba dengan kombinasi 43% solar dan 57% LNG dihasilkan efisiensi di atas 14% jika dibandingkan dengan penggunaan solar 100%. Setelah Balikpapan, ujicoba akan dilakukan di Jakarta, dengan komposisi LNG 100%.
Hanung mengatakan, Pertamina juga bertekad untuk terus menjadi pemain utama dalam penyediaan gas bumi di Indonesia melalui penyelesaian berbagai proyek infrastruktur gas bumi.
Saat ini, beberapa proyek, seperti seperti Arun LNG Regasification, pipa transmisi gas Arun-Belawan dan Gresik-Semarang, kilang LNG Donggi Senoro dalam tahap pekerjaan konstruksi yang segera tuntas dalam waktu dekat. Sementara itu, di bisnis hilir, Pertamina terus memperkokohkan posisinya sebagai tulang punggung bagi penyediaan energi di Tanah Air.
Pola distribusi yang paling rumit dan canggih di dunia, Pertamina mendedikasikan 70% aktifitas perusahaan untuk mengantarkan energi ke 2.352 pulau berpenghuni di Indonesia.
Untuk menjangkaunya, tidak kurang 200 kapal ukuran kecil, sedang, dan besar berseliweran di lautan Indonesia, 118 terminal BBM, 513 LPG filling plant, dan 5.095 unit SPBU dilibatkan. Selain itu, ikut terlibat sekitar 1.500-an Agen Premium dan Minyak Solar (APMS), Agen Minyak Tanah (AMT), Solar Packed Dealer Nelayan (SPDN) dll serta ribuan Mobil Tangki BBM di seantero negeri.
Belum lagi, sekitar 1600-an kilometer pipa transmisi BBM yang tertanam di bawah tanah, demi menjamin seluruh penduduk Indonesia berhasil terjamah tangan Pertamina.
Pertamina juga terus berupaya meningkatkan penguasaan pangsa pasar BBM non subsidi dan pelumas di pasar domestik dan gencarnya ekspansi pasar beberapa produk, seperti aviasi, pelumas dan BBM retail dan industri ke luar negeri. Ekspor pelumas produk Pertamina telah berhasil menembus 24 negara dan tetap memperkokoh penguasaan pangsa pasar pelumas dalam negeri sebesar 60%.
Manajemen Pertamina semakin bersemangat untuk menjadikan Pertamina sebgai world class oil company. Apalagi pad 2013 silam, Pertamina berhasil menembus Fortune Global 500 di posisi 122. Pertamina menembus urutan 122, dan menjadi perusahaan pertama di Indonesia yang masuk dalam daftar prestisius tersebut.
Pemeringkatan “Fortune Global 500” adalah pemeringkatan tahunan yang dilakukan majalah Fortune, sebagai parameter keberhasilan korporasi yang diakui dunia. Untuk masuk dalam daftar pemeringkatan global, perusahaan disyaratkan telah mempublikasikan laporan keuangannya.
Keberadaan Pertamina sebagai Badan Usaha Miik Negara (BUMN) membuat perusahaan ini memiliki peran yang sangat strategis. Tak hanya dituntut sebagai ujung tombak ketahanan energi nasional, tetapi juga sebagai pelaku utama bisnis energi di tataran regional dan global.
Di sektor hulu migas, dengan semangat Aggressive Upstream, BUMN ini terus menargetkan peningkatan produksi minyak setiap tahun. Saat ini, dengan produksi migas 520.390 barel oil equivalent per day (boepd) selama semester I 2014, semakin mengukuhkan posisi Pertamina sebagai perusahaan produsen migas terbesar di Indonesia. Produksi tersebut naik sebesar 14% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
"Posisi Pertamina sangat strategis bagi sektor migas nasional sehingga kinerjanya harus terus ditingkatkan," ujar Direktur Pusat Studi Kebijakan Publik (Puskepi), Sofyano Zakaria, Jumat (31/10/2014).
Dia menuturkan, Pertamina mampu menunjukkan komitmen yang tinggi untuk mencapai cita-cita sebagai World Class Energy Company yang dapat bersaing dan berdiri sejajar dengan perusahaan global. Salah satu komitmennya yakni melakukan eksplorasi migas tiak hanya di dalam negeri tetapi juga di luar negeri.
Perkuat Sektor Hilir
Tak hanya di sektor hulu migas, Pertamina juga memperkuat sektor hilir. Perusahaan menambah infrastruktur niaga migas mulai dari kapal hingga terminal penampungan migas. Total investasi yang digelontorkan mencapai USD340 juta.
Pengembangan infrastruktur migas ini dilakukan untuk memerkuat bisnis hilir migas Pertamina sekaligus dalam rangka mendukung upaya Pertamina menjadi perusahaan kelas dunia.
Manajemen Pertamina sendiri telah menyusun strategi jangka menengah dn jangka panjang panjang untuk meningkatkan kinerja perusahaan agar bisa bersaing dengan perusahaamigaslan di kancah global.
Ada beberapa proyek hilir migas yang diperkuat Pertamina. Di antaranya pengembagan Terminal BBM Pulau Sambu dengan meningkatkan kapasitas tangki penampungan terminal menjadi 300 ribu kiloliter yang dilengkapi dengan terminal automatic system dan fasilitas berstandar internasional. Juga terminal BBM Tanjung Uban dengan meningkatkan kapasitas tangki timbun menjadi 200 ribu kilo liter.
Pengembangan terminal BBM itu untuk menjaga ketahanan energi nasional. Sebab, konsumsi BBM nasional naik sekitar 9% per tahun seiring membaiknya perekonomian nasional.
Tak hanya terminal BBM, Pertamina juga memperkuat infrastruktur untuk bisnis elpiji. Di antaranya pengembagan terminal elpiji Lampung dan penambahan aramada very large gas carrier (VLGC), berkapasitas 50 ribu ton elpiji.
Sementara untuk bisnis aviasi, Pertamina telah merampungkan pengembangan Depot Pengisian Pesawat Udara (DPPU) di Bandar Udara (bandara) Kualanamu Sumatera Utara, Sultan Hassanudin Makassar serta bandara Internasional Lombok.
Pertamina juga melakukan ekspor pelumas sehingga menjadi pelumas terkemuka di wilayah Asia. Ekspansi Internasional Avtur Pertamina dilakukan melalui skema Contracting Company Delivering Company (CONCODELCO).
Direktur Perencanaan Investasi & Management Risiko Pertamina, M Afdal Bahaudin mengatakan, untuk mencapai target sebagai world class energy company, Pertamina melakukan strategi partner, merger dan akuisisi dalam rangka peningkatan kapabilitas Pertamina, serta ekspansi lapangan minyak untuk meningkatkan produksi dan cadangan minyak Pertamina dan Indonesia. “Kami berpartner, juga melakukan akuisisi lapangan minyak produksi di beberapa area,” ungkap Afdal.
Produksi minyak Pertamina di luar negeri ada di Algeria dan Irak. Hingga 2018 mendatang diperkirakan produksi minyak di dua kawasan tersebut akan meningkat 7%.
Pengamat Energi dari Reforminer Instiute Pri Agung Rakhmanto mengatakan, selain melakukan ekspansi ke luar negeri, Pertamina juga diharapkan memberikan perhatian terhadap pengembangan infrastruktur di dalam negeri khususnya infrastuktur gas.
"Dana pemerintah untuk pengembangan infrastruktur gas di dalam negeri terbatas. Karena itu butuh peran pihak lain, termasuk Pertamina sebagai BUMN," ujarnya.
Penghematan Bahan Bakar
Selain meningkatkan kinerja di sektor hulu dan hilir migas, Pertamina juga terlibat dalam upaya peghematan penggunaan bahan bakar di dalam negeri. Baru-baru ini, Pertamina melakukan ujicoba penggunaan gas alam cair (liquefied natural gas/LNG) sebagai campuran bahan bakar untuk kendaraan.
Program konversi BBM ke LNG ini diproyeksikan akan menghasilkan penghematan sekitar USD3,6 miliar per tahun. Penggunaan LNG ini melengkapi program konversi jenis gas lainnya, seperti BBG, CNG, dan LGV.
"Jika dulu orientasi LNG adalah untuk ekspor, kini digunakan untuk dalam negeri," tegas Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Hanung Budya.
Pemanfaatan LNG sebagai bahan bakar memiliki tingkat keekonomian yang tinggi dibanding BBM non subsidi. Harga LNG, saat ini ekuivalen dengan Rp 8.900 per liter sementara solar non subsidi Rp 11.000 per liter
Ujicoba penggunaan LNG ini dilakukan untuk mobil-mobil tangki Pertamina di Balikpapan. Dari hasil uji coba dengan kombinasi 43% solar dan 57% LNG dihasilkan efisiensi di atas 14% jika dibandingkan dengan penggunaan solar 100%. Setelah Balikpapan, ujicoba akan dilakukan di Jakarta, dengan komposisi LNG 100%.
Hanung mengatakan, Pertamina juga bertekad untuk terus menjadi pemain utama dalam penyediaan gas bumi di Indonesia melalui penyelesaian berbagai proyek infrastruktur gas bumi.
Saat ini, beberapa proyek, seperti seperti Arun LNG Regasification, pipa transmisi gas Arun-Belawan dan Gresik-Semarang, kilang LNG Donggi Senoro dalam tahap pekerjaan konstruksi yang segera tuntas dalam waktu dekat. Sementara itu, di bisnis hilir, Pertamina terus memperkokohkan posisinya sebagai tulang punggung bagi penyediaan energi di Tanah Air.
Pola distribusi yang paling rumit dan canggih di dunia, Pertamina mendedikasikan 70% aktifitas perusahaan untuk mengantarkan energi ke 2.352 pulau berpenghuni di Indonesia.
Untuk menjangkaunya, tidak kurang 200 kapal ukuran kecil, sedang, dan besar berseliweran di lautan Indonesia, 118 terminal BBM, 513 LPG filling plant, dan 5.095 unit SPBU dilibatkan. Selain itu, ikut terlibat sekitar 1.500-an Agen Premium dan Minyak Solar (APMS), Agen Minyak Tanah (AMT), Solar Packed Dealer Nelayan (SPDN) dll serta ribuan Mobil Tangki BBM di seantero negeri.
Belum lagi, sekitar 1600-an kilometer pipa transmisi BBM yang tertanam di bawah tanah, demi menjamin seluruh penduduk Indonesia berhasil terjamah tangan Pertamina.
Pertamina juga terus berupaya meningkatkan penguasaan pangsa pasar BBM non subsidi dan pelumas di pasar domestik dan gencarnya ekspansi pasar beberapa produk, seperti aviasi, pelumas dan BBM retail dan industri ke luar negeri. Ekspor pelumas produk Pertamina telah berhasil menembus 24 negara dan tetap memperkokoh penguasaan pangsa pasar pelumas dalam negeri sebesar 60%.
Manajemen Pertamina semakin bersemangat untuk menjadikan Pertamina sebgai world class oil company. Apalagi pad 2013 silam, Pertamina berhasil menembus Fortune Global 500 di posisi 122. Pertamina menembus urutan 122, dan menjadi perusahaan pertama di Indonesia yang masuk dalam daftar prestisius tersebut.
Pemeringkatan “Fortune Global 500” adalah pemeringkatan tahunan yang dilakukan majalah Fortune, sebagai parameter keberhasilan korporasi yang diakui dunia. Untuk masuk dalam daftar pemeringkatan global, perusahaan disyaratkan telah mempublikasikan laporan keuangannya.
(dmd)