Masyarakat Indonesia Timur Sambut Tol Laut
A
A
A
JAKARTA - Mantan Gubernur Maluku Karel Rahilatu mengatakan, rakyat Maluku menyambut baik pembangunan tol laut yang dicanangkan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Pasalnya, ada beberapa masalah yang menimpa wilayah Indonesia Timur. Sehingga, masyarakat di sana sangat membutuhkan transportasi kelautan yang memadai, salah satunya tol laut.
"Kami sangat perjuangkan tol laut. Karena, kita sudah terlalu lama mengalami kondisi yang mengharuskan kita membeli dengan harga beberapa kali lipat lebih tinggi dibanding harga di Jakarta," ujarnya di Jakarta, Selasa (4/11/2014).
Dia mencontohkan, harga semen di pulau Jawa satu sak sebesar Rp70 ribu. Namun, di Papua atau Maluku, harganya bisa sampai Rp1 juta. Sedangkan untuk minyak Rp7 ribu di pulau Jawa, sedangkan di Papua mencapai Rp20 ribu.
"Kita terbiasa dengan harga seperti itu. Jadi kalau naiknya harga BBM yang nanti diinstruksikan Jokowi, itu ya tidak apa-apa. Karena kami sudah biasa beli mahal," katanya.
Jika kondisi ini dibiarkan berlaru-larut, akan membebani nelayan pesisir di Indonesia. Pasalnya, mereka harus membeli bahan bakar dengan harga tinggi.
Sementara, hasil tangkap mereka tidak memungkinkan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari karena penghasilan mereka hanya cukup untuk membeli bahan bakar saja.
Pasalnya, ada beberapa masalah yang menimpa wilayah Indonesia Timur. Sehingga, masyarakat di sana sangat membutuhkan transportasi kelautan yang memadai, salah satunya tol laut.
"Kami sangat perjuangkan tol laut. Karena, kita sudah terlalu lama mengalami kondisi yang mengharuskan kita membeli dengan harga beberapa kali lipat lebih tinggi dibanding harga di Jakarta," ujarnya di Jakarta, Selasa (4/11/2014).
Dia mencontohkan, harga semen di pulau Jawa satu sak sebesar Rp70 ribu. Namun, di Papua atau Maluku, harganya bisa sampai Rp1 juta. Sedangkan untuk minyak Rp7 ribu di pulau Jawa, sedangkan di Papua mencapai Rp20 ribu.
"Kita terbiasa dengan harga seperti itu. Jadi kalau naiknya harga BBM yang nanti diinstruksikan Jokowi, itu ya tidak apa-apa. Karena kami sudah biasa beli mahal," katanya.
Jika kondisi ini dibiarkan berlaru-larut, akan membebani nelayan pesisir di Indonesia. Pasalnya, mereka harus membeli bahan bakar dengan harga tinggi.
Sementara, hasil tangkap mereka tidak memungkinkan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari karena penghasilan mereka hanya cukup untuk membeli bahan bakar saja.
(izz)