Tonasa Gelontorkan Rp20 Miliar untuk CSR
A
A
A
MAKASSAR - Komitmen PT Semen Tonasa untuk senantiasa peduli dengan lingkungan yang ada di areal pabrik baik terhadap lingkungan sekitar maupun masyarakatnya terus dilakukan.
Sejak hadir 46 tahun silam mengeksplorasi potensi tambang dengan membangun pabrik semen, perusahaan ini tak sedikitpun melupakan lingkungan sekitarnya.
Bahkan, secara serius untuk menunjukkan komitmennya di program Corporate Social Responsibility (CSR) setiap tahunnya Raja penghasil semen terbesar di Kawasan Indonesia Timur (KTI) ini terus mengucurka dana khusus dibidang tanggungjawab sosialnya.
Tahun ini saja, demi mewujudkan lima pilar dalam program CSR tersebut, Tonasa menghadirkan program, TonasaSehat (bidang Kesehatan), Tonasa Cerdas (Bidang Pendidikan), Tonasa Mandiri (Bidang ekonomi; bina mitra dan UMKM),Tonasa Bersahaja (Bidang Sosisal Budaya dan HAM) serta Tonasa Hijau (Bidang lingkungan hidup dan infratruktur sederhana).
Untuk memuluskan lima pilar tersebut, manajemen Semen Tonasa menggelontorkan dana Rp20 miliar, termasuk membentuk structural khusus yang mengurus persoalan CSR, yakni General Manager (GM) CSR demi menjaga agar program terus berkesinambungan.
Hal inilah yang menjadi komitmen manajemen PT Semen Tonasa (ST) untuk terus mengembangkan sejumlah program demi menjaga agar lingkungan sekitar tempat beroperasi terjaga ekosistem, lingkungan maupun aktifitas warga sekitar sehingga memberikan efek positif bagi semuanya.
Tak hanya itu program dihadirkan untuk semakin mendekatkan perusahaan ke masyarakat tidak dalam dalam segi bisnis dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam yang ada, tapi juga memberdayakan masyarakat sekitar agar memiliki potensi dalam meningkatkan kesejahterannya.
Pilar Tonasa Hijau inilah yang menjadi salah satu prioritas utama dalam mengembangkan perusahaan ke depan melalui dukungan masyarakat yang dibentuk dalam Forum Lingkar Desa yang menanungi sembilan desa berlokasi dekat dari area Pabrik Semen Tonasa berkantor pusat di kecamatan Bungoro.
Menurut Direktur Utama PT Semen Tonasa Unggul Attas, sudah sejak 46 tahun program CSR gencar dilakukan demi menunjukkan komitmen jika perusahaan tak hanya memikirkan bisnis semata, tapi juga memperhatikan warga sekitar pabrik. Namun, sifatnya lebih menglobal dan tidak spesifik, barulah di 2012 kemudian dihadirkan secara detail melalui lima pilar program CSR.
Khusus untuk program Tonasa Hijau, kata Unggul Attas, sudah dirintis sejak tiga empat tahun, dimana komitmen penghijauan yang dimaksudkan tidak saja dalam wujud penanaman pohon, pembagian bibit produktif bagi masyarakat. Tapi juga, senantiasa menjaga dan memelihara kualitas lingkungan sehingga kondisi masyarakat baik dari segi kesehatan maupun kesejahteraan terus membaik dan meningkat.
“Kami selalu memikirkan bagaimana kondisi masyarakat sekitar pabrik dengan operasional perusahaan, makanya tidak saja program CSR yang dikedepankan. Tapi juga menerapkan peralatan ramah lingkungan dalam menjalankan operasional industri pabrik,” ujarnya, Kamis (6/11/2014).
Unggul Attas mengungkapkan, seluruh mesin-mesin pabrik yang dipakai ramah lingkungan, termasuk energy yang dimanfaatkan dalam menjalankan operasional pabrik dalam bentuk energy alternative tidak saja memanfaatkan PLN.
Melainkan, memanfaatkan sekam padi sebagai pengganti batu bara untuk meningkatkan efisiensi perusahaan sekaligus menjaga kualitas lingkungan apalagi dengan teknologi tersebut dapat mengurangi gas Co2.
Tak hanya itu, dari segi pembuangan asap pabrik seluruhnya sudah dilengkapi dengan alat penangkap debu yang dipasang di seluruh cerobong pabrik.
Alat tersebut dinamai "electro static precipitator dan dust collector yang berfungsi mensterilisasi asap yang keluar sehingga asap yang dibuang ke udara dalam kondisi bersih.Bahkan, sama sekali tidak ada polusi udara yang ditimbulkan dipembuangan cerobong pabrik. Untuk menghadirkan alat tersebut investasi mulai Rp1o miliar hingga Rp50 miliar.
“Impian saya terbesar ingin menjadikan pabrik-pabrik milik Tonasa seolah-olah berada di dalam hutan, dimana kondisi itu terjadi dari hasil komitmen penanaman pohon masyarakat dan karyawan. Makanya, pohon-pohon yang ditanam menyesuaikan kebutuhan lingkungan dari pohon produktif dan non produktif,” terangnya.
Sejak hadir 46 tahun silam mengeksplorasi potensi tambang dengan membangun pabrik semen, perusahaan ini tak sedikitpun melupakan lingkungan sekitarnya.
Bahkan, secara serius untuk menunjukkan komitmennya di program Corporate Social Responsibility (CSR) setiap tahunnya Raja penghasil semen terbesar di Kawasan Indonesia Timur (KTI) ini terus mengucurka dana khusus dibidang tanggungjawab sosialnya.
Tahun ini saja, demi mewujudkan lima pilar dalam program CSR tersebut, Tonasa menghadirkan program, TonasaSehat (bidang Kesehatan), Tonasa Cerdas (Bidang Pendidikan), Tonasa Mandiri (Bidang ekonomi; bina mitra dan UMKM),Tonasa Bersahaja (Bidang Sosisal Budaya dan HAM) serta Tonasa Hijau (Bidang lingkungan hidup dan infratruktur sederhana).
Untuk memuluskan lima pilar tersebut, manajemen Semen Tonasa menggelontorkan dana Rp20 miliar, termasuk membentuk structural khusus yang mengurus persoalan CSR, yakni General Manager (GM) CSR demi menjaga agar program terus berkesinambungan.
Hal inilah yang menjadi komitmen manajemen PT Semen Tonasa (ST) untuk terus mengembangkan sejumlah program demi menjaga agar lingkungan sekitar tempat beroperasi terjaga ekosistem, lingkungan maupun aktifitas warga sekitar sehingga memberikan efek positif bagi semuanya.
Tak hanya itu program dihadirkan untuk semakin mendekatkan perusahaan ke masyarakat tidak dalam dalam segi bisnis dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam yang ada, tapi juga memberdayakan masyarakat sekitar agar memiliki potensi dalam meningkatkan kesejahterannya.
Pilar Tonasa Hijau inilah yang menjadi salah satu prioritas utama dalam mengembangkan perusahaan ke depan melalui dukungan masyarakat yang dibentuk dalam Forum Lingkar Desa yang menanungi sembilan desa berlokasi dekat dari area Pabrik Semen Tonasa berkantor pusat di kecamatan Bungoro.
Menurut Direktur Utama PT Semen Tonasa Unggul Attas, sudah sejak 46 tahun program CSR gencar dilakukan demi menunjukkan komitmen jika perusahaan tak hanya memikirkan bisnis semata, tapi juga memperhatikan warga sekitar pabrik. Namun, sifatnya lebih menglobal dan tidak spesifik, barulah di 2012 kemudian dihadirkan secara detail melalui lima pilar program CSR.
Khusus untuk program Tonasa Hijau, kata Unggul Attas, sudah dirintis sejak tiga empat tahun, dimana komitmen penghijauan yang dimaksudkan tidak saja dalam wujud penanaman pohon, pembagian bibit produktif bagi masyarakat. Tapi juga, senantiasa menjaga dan memelihara kualitas lingkungan sehingga kondisi masyarakat baik dari segi kesehatan maupun kesejahteraan terus membaik dan meningkat.
“Kami selalu memikirkan bagaimana kondisi masyarakat sekitar pabrik dengan operasional perusahaan, makanya tidak saja program CSR yang dikedepankan. Tapi juga menerapkan peralatan ramah lingkungan dalam menjalankan operasional industri pabrik,” ujarnya, Kamis (6/11/2014).
Unggul Attas mengungkapkan, seluruh mesin-mesin pabrik yang dipakai ramah lingkungan, termasuk energy yang dimanfaatkan dalam menjalankan operasional pabrik dalam bentuk energy alternative tidak saja memanfaatkan PLN.
Melainkan, memanfaatkan sekam padi sebagai pengganti batu bara untuk meningkatkan efisiensi perusahaan sekaligus menjaga kualitas lingkungan apalagi dengan teknologi tersebut dapat mengurangi gas Co2.
Tak hanya itu, dari segi pembuangan asap pabrik seluruhnya sudah dilengkapi dengan alat penangkap debu yang dipasang di seluruh cerobong pabrik.
Alat tersebut dinamai "electro static precipitator dan dust collector yang berfungsi mensterilisasi asap yang keluar sehingga asap yang dibuang ke udara dalam kondisi bersih.Bahkan, sama sekali tidak ada polusi udara yang ditimbulkan dipembuangan cerobong pabrik. Untuk menghadirkan alat tersebut investasi mulai Rp1o miliar hingga Rp50 miliar.
“Impian saya terbesar ingin menjadikan pabrik-pabrik milik Tonasa seolah-olah berada di dalam hutan, dimana kondisi itu terjadi dari hasil komitmen penanaman pohon masyarakat dan karyawan. Makanya, pohon-pohon yang ditanam menyesuaikan kebutuhan lingkungan dari pohon produktif dan non produktif,” terangnya.
(gpr)