Sakit adalah Introspeksi

Minggu, 16 November 2014 - 08:28 WIB
Sakit adalah Introspeksi
Sakit adalah Introspeksi
A A A
Dokter Tan Shot Yen punya cara agak berbeda dalam berinteraksi dengan pasiennya.

Pendekatannya selalu lebih pada sisi preventif dan promotif sehingga pasti ada sesi mengulas kronologi penyebab seseorang bisa terjangkit penyakit. Dia menomorsatukan penerapan pola hidup sehat sesuai kondisi si pasien daripada menuliskan resep. Menyembuhkan, bukan mengobati.

Bagi Yen, penting untuk memosisikan pasien sebagai subjek sehingga mereka benar-benar bertanggungjawab atas pemeliharaan kesehatan dirinya sendiri. Dia juga sering menjadi pembicara dalam berbagai seminar kesehatan dan mengisi program konsultasi kesehatan di sejumlah media cetak. Bagaimana visinya tentang sakit, orang sakit, dan penyakit?

Apa obsesinya tentang Indonesia? Berikut wawancara dengan ibu satu anak ini.

Jadi Anda dokter tanpa obat?

Saya tetap member resep obat tapi rasional. Hal yang saya tolak adalah penggunaan obat yang tidak rasional dengan tujuan menyembuhkan penyakit secara instan. Belum apa-apa su-dah “dihajar” pakai obat. Itu sama saja dengan menzalimi tubuh kita. Tubuh harus didekati secara manusiawi. Istilahnya, kita tanya ada apa? Apa yang bisa saya lakukan? Apa yang sudah saya lakukan selama ini padamu? Yuk, kita beresin lagi!

Jika sudah telanjur sakit, bagaimana cara “membereskannya”?

Sebelum masuk ke fase penyembuhan, pasien perlu dididik “kenapa” mereka bisa sakit. Oleh karena itu, dokter dan pasien harus bekerjasama. Sudah sepatutnya dokter mengedukasi pasien dengan informasi lengkap tentang kenapa bisa sakit sekaligus bagaimana pasien -sebagai kontributor utama dirinya bisa sakit- berdaya mengambil peran aktif untuk kembali sehat karena paham.

Maka, aktivitas seluruh pasien baru di ruang praktik saya adalah tentang pendidikan. Selepas itu mudah sekali karena pasien sudah tahu apa yang harus dilakukan dan tahu akibatnya jika tidak dikerjakan. Ibaratnya, dokter adalah seorang pelatih sementara pasien adalah atletnya.

Di balik seorang atlet, selalu ada pelatih. Pelatih tahu caranya untuk menang, tapi semua kembali lagi kepada si atlet. Pekerjaan saya adalah memberikan refleksi atau cermin kepada si pasien. Jika sudah diberitahu akibatnya namun masih terus dilakukan, itu bergantung si pasien.

Kenapa seseorang bisa terjangkit penyakit?

Orang dengan gaya hidup yang sama, perilaku yang sama, cara makan yang sama, maka penyakitnya sama. Persoalannya, kita bisa sakit karena kita memakan apa yang kita doyan padahal tubuh tidak butuh.

Banyak orang makan untuk lidah bukan untuk saraf, paru, atau kandungan. Anda makan untuk si “anak emas” yaitu lidah. Menariknya, mereka selalu menunggu sesuatu yang “menyentil” baru memutuskan mengubah pola hidup. Itulah konsep manusia. Sakit adalah introspeksi. Yang namanya sakit adalah ketika saraf, paru, tulang, dan organ tubuh lainnya mulai berteriak meminta jatahnya.

Sementara sembuh adalah keberhasilan introspeksi dan menemukan cara untuk lebih maju lagi. Nah, bagaimana pasien bisa introspeksi bila tak dibimbing menemukan kesembuhannya dan hanya dininabobokan oleh obat?Karena itu saya ingin mengubah lingkaran setan tersebut menjadi lingkaran sehat.

Apa maksudnya lingkaran setan menjadi lingkaran sehat?

Orang dengan pola makan yang kacau cenderung mengantuk, tidak berprestasi, tubuh membesar sehingga malas bergerak. Dengan malas bergerak akhirnya dia mencari gaya hidup yang membuat dia tak perlu banyak bergerak seperti bekerja di belakang komputer, menonton televisi, atau chatting.

Dengan malas bergerak maka dia mengonsumsi makanan praktis yang keluar dari lemari. Tidak ke pasar, tidak dimasak hingga akhirnya dia jadi tambah gemuk. Itu yang dinamakan lingkaran setan. Saya ingin mengubah lingkaran setan ini menjadi lingkaran sehat. Caranya, mulai mengonsumsi makanan sehat. Makanan sehat akan memengaruhi respons tubuh.

Misalnya, siklus pencernaan menjadi teratur, tidur dan bangun lebih awal. Dengan bangun lebih awal, ada waktu untuk berolahraga. Dengan berolahraga, tubuh jadi sehat dengan bonus wajah lebih segar, rambut bersinar, kuku kuat. Dengan merasa lebih segar, otomatis seseorang memilih untuk mengonsumsi makanan lebih sehat karena termotivasi.

Plus, cara berpikirnya lebih positif, lebih passionate menjalani hidup, sehingga mereka otomatis terus memilih makanan sehat. Setelah merasakan manfaatnya, dia ingin menularkan ke orang lain dan terbentuklah komunitas yang lebih sehat.

Apa yang dimaksud makanan sehat?

Saat ini sudah terjadi salah adopsi pola makan sehat, misalnya makan tanpa garam. Orang tidak makan garam menyebabkan natriumnya anjlok yang mengakibatkan kalium naik sehingga ginjal rusak.

Fenomena ini merupakan feedbackbagi dokter. Mungkin dokter tidak punya waktu untuk mendidik orang. Sekarang sudah saatnya dokter harus maju untuk bisa bicara. Istilah saya, “laku jual”. Jika dokternya tidak laku jual alias membosankan siapa yang mau mendengarkan. Makanan sehat bukan hanya tidak mengandung pewarna dan pengawet.

Tidak sesederhana itu! Makanan sehat adalah apa yang tersaji di piring bentuknya hampir mirip dengan bentuk aslinya. Hal lainnya adalah minim campur tangan manusia dari bentuk aslinya hingga siap santap. Makanan itu pilihan Anda dan Anda juga yang mengontrol asupan makanan ke tubuh. Makan tak cukup sehat saja tapi juga harus seimbang yang mencakup karbohidrat, protein, dan lemak.

Tiga serangkai ini disebut makro-nutrien, bahan gizi yang diasup terbanyak sehari-hari. Sayur dan buah adalah karbohidrat terbaik di dunia. Sementara istilah “makanan pokok” merupakan sebutan yang muncul dari sosial ekonomi politik pangan. Bagaimana dengan beras?Beras kita yang putih seperti kristal, terpoles pulen, bukan lagi disebut sebagai bulir utuh atau whole grain sebagaimana anjuran gizi.

Beras kita sudah terafinasi sebagai makanan budaya yang dalam waktu dua jam akan berubah menjadi gula. Gula memang dibutuhkan tubuh tapi kenaikan kadar gula darah akibat produk rafinasi -termasuk berbagai macam tepungsangat cepat, mengakibatkan insulin melonjak untuk menekan kenaikan kadar gula darah. Bersama insulin, keluar pula hormon eicosanoid buruk.

Akibatnya, pembuluh darah menyempit, darah kental, daya tahan buruk, tubuh memelihara bakteri, jamur, kista, tumor, dan kanker, serta timbul nyeri dan memperburuk peradangan.

Bukankah sayur dan buah juga menghasilkan gula?

Gula yang dihasilkan dari buah dan sayur memiliki ikatan dengan serat. Serat berfungsi mengikat gula agar tidak dicerna dan diserap terlalu cepat. Dengan demikian kadar gula darah tetap stabil di dalam metabolisme. Siapa bilang tidak makan nasi jadi lemas?Manusia menjadi lemas karena asupan kalori terlalu rendah. Selama sayur dan buah utuh bisa dimakan sesuai dengan kalori yang dibutuhkan bersama dengan lauk yang enak tapi sehat, justru bukan hanya menjadikan kita bertenaga tapi juga berkualitas!

Apa yang dimaksud dengan pola makan yang kacau?

Kacau bisa berarti banyak. Kacau sumbernya, kacau jumlahnya, kacau komposisinya. Banyak orang tidak paham ada perbedaan jelas antara makanan sesungguhnya dan ‘makanan budaya atau fesyen. Yang tubuh kita butuhkan adalah makanan sesungguhnya yaitu makanan yang Tuhan ciptakan dan disediakan melimpah oleh alam.

Tujuan dari makan adalah bertahan hidup dan merupakan kebutuhan mutlak. Makanan budaya?Manusia yang menciptakannya dari kemajuan teknologi hingga kerakusan mencari keuntungan ekonomi. Apakah itu kebutuhan?Bukan, justru itu kecanduan. Mereka pikir semua yang bisa dimakan itu okeasal kenyang dan enak.

Padahal, gangguan kesehatan karena makanan yang salah tidak timbul dengan segera, melainkan melalui perjalanan panjang setelah sekian tahun. Banyak pasien saya yang masih remaja tapi memiliki kadar kolesterol mengerikan bahkan berisiko penyakit kardiovaskuler. Kita perlu bersyukur hidup di Bumi Pertiwi yang kaya akan hasil pangan. Tapi apa yang terjadi? Makanan kita begitu banyak yang diimpor! Tanah kita tidak tumbuh gandum, tapi anak-anak kita makan roti dan mengunyah mi seperti orang asing.

Bolehlah kita berpenghasilan seperti orang luar negeri, tapi jangan sampai gaya makan pun seperti orang luar negeri, hingga punya penyakit seperti orang luar negeri lalu pakai obatobatan luar negeri dan masuk ke rumah sakit luar negeri. Indonesia sudah saatnya melakukan pembenahan operasional makanan yang berpihak pada kearifan pangan lokal. Ini bukan perkara sok nasionalis tapi konteksnya lebih pada apa yang dibutuhkan tubuh.

Apa target jangka panjang Anda?

Saya ingin mendirikan institusi untuk continuing health educationbagi siapa saja. Arahnya, orang yang sebelumnya menjadi pasien di sini nantinya justru menjadi role model. Saya berharap dengan cara ini bangsa kita tidak hanya pintar dan sehat, tapi semakin berdaya. Terlebih, menghadapi AFTA 2015 sehingga tidak dibodoh-bodohi dokter asing.

Ema malini
(ars)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0842 seconds (0.1#10.140)