Ini Skema Harga Keekonomian BBM Subsidi
A
A
A
JAKARTA - VP Corporate Communications PT Pertamina Ali Mundakir mengatakan, jika Indonesia Crude Price (ICP) sebesar USD80-USD90 per barel, dengan asumsi nilai tukar rupiah Rp12.000 per USD, diperkirakan harga keekonomian BBM di kisaran Rp8.600-Rp9.100 per liter.
Seperti diketahui, ICP terus melorot belakangan ini. ICP pada Oktober USD83,72 per barel atau turun USD11,25 per barel dari September USD94,97 per barel.
Ali mengatakan, bahwa asumsi tersebut sudah mencakup ongkos distribusi BBM subsidi.
"Begini, harga produk selalu lebih mahal dari harga crude. Kalau harga minyak mentah USD80, asumsi nilai tukar Rp12.000, perkiraan harga premium itu dikisaran Rp8.600-Rp9.100. Solar lebih mahal. Harga perolehan," ujarnya di Gedung Kementerian BUMN, Jakarta, Senin (17/11/2014).
Menurutnya, penentuan harga BBM jenis tertentu termasuk premium, di Indonesia menggunakan formula Means of Plats Singapore (MoPS), yang merupakan penilaian produk trading minyak di kawasan Asia yang dibuat Platt, anak perusahaan McGraww Hill Financial dari Amerika Serikat.
Dengan acuan itu, formula harga BBM adalah MoPS plus komponen alpha (margin dan fee distribusi). Tahun ini, pemerintah menetapkan alpha Rp734,20 per liter.
"Kita kan basisnya MOPs, pemerintah bayar ke kita biasanya pakai formula MOPs," jelasnya.
Namun, tidak ada yang bisa memprediksi harga ICP secara tepat. Terlebih penurunan yang terjadi belakangan ini bersifat anomali (di luar biasanya).
"Karena kalau faktor supply dan demand saja, tidak akan drastis Seperti ini. Jadi itu yang perlu kita cermati. Jangan kita terkesima dengan harga ini, kita tetap perlu Waspada harga minyak ini yang tahu prediksinya," jelas Ali.
Sementara, jika harga ICP USD100 per barel, maka asumsi harga keekonomian BBM subsidi berikisar antara Rp9.050 hingga Rp9.100 per barel.
"Jadi harganya Rp9.000 an. Bisa Rp9.050, bisa Rp9.100," tandasnya.
Seperti diketahui, ICP terus melorot belakangan ini. ICP pada Oktober USD83,72 per barel atau turun USD11,25 per barel dari September USD94,97 per barel.
Ali mengatakan, bahwa asumsi tersebut sudah mencakup ongkos distribusi BBM subsidi.
"Begini, harga produk selalu lebih mahal dari harga crude. Kalau harga minyak mentah USD80, asumsi nilai tukar Rp12.000, perkiraan harga premium itu dikisaran Rp8.600-Rp9.100. Solar lebih mahal. Harga perolehan," ujarnya di Gedung Kementerian BUMN, Jakarta, Senin (17/11/2014).
Menurutnya, penentuan harga BBM jenis tertentu termasuk premium, di Indonesia menggunakan formula Means of Plats Singapore (MoPS), yang merupakan penilaian produk trading minyak di kawasan Asia yang dibuat Platt, anak perusahaan McGraww Hill Financial dari Amerika Serikat.
Dengan acuan itu, formula harga BBM adalah MoPS plus komponen alpha (margin dan fee distribusi). Tahun ini, pemerintah menetapkan alpha Rp734,20 per liter.
"Kita kan basisnya MOPs, pemerintah bayar ke kita biasanya pakai formula MOPs," jelasnya.
Namun, tidak ada yang bisa memprediksi harga ICP secara tepat. Terlebih penurunan yang terjadi belakangan ini bersifat anomali (di luar biasanya).
"Karena kalau faktor supply dan demand saja, tidak akan drastis Seperti ini. Jadi itu yang perlu kita cermati. Jangan kita terkesima dengan harga ini, kita tetap perlu Waspada harga minyak ini yang tahu prediksinya," jelas Ali.
Sementara, jika harga ICP USD100 per barel, maka asumsi harga keekonomian BBM subsidi berikisar antara Rp9.050 hingga Rp9.100 per barel.
"Jadi harganya Rp9.000 an. Bisa Rp9.050, bisa Rp9.100," tandasnya.
(izz)