Penjualan Pertamax Akan Naik Empat Kali Lipat
A
A
A
JAKARTA - PT Pertamina menyatakan bahwa naiknya harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi akan mendongkrak penjualan BBM non-subsidi jenis pertamax hingga empat kali lipat dalam 2-3 bulan ke depan. Sementara untuk pertamax plus belum terlihat peningkatannya karena masih kecil.
"Saya hitung penjualan pertamax itu 2.500 kiloliter per hari. Maka bisa 10.000 kiloliter per hari dalam 2-3 bulan ke depan," kata Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Hanung Budya di Jakarta, Selasa (18/11/2014).
Untuk bersaing dengan SPBU asing, Pertamina akan menurunkan harga pertamax di bawah Rp10.000 per liter. Hal itu dilakukan untuk mendorong masyarakat untuk beralih dari BBM bersubsidi ke non-subsidi.
"Kalau harga November Rp8.500 dengan harga keekonomian Rp10.200, saya pikir bisa diturunkan lagi supaya mendorong perpindahan ke non-subsidi dan bisa meringankan subsidi," jelas Hanung.
Dalam mengantisipasi lonjakan pembelian pertamax, Hanung mengatakan bahwa Pertamina telah menambah pasokan pertamax dengan nozzle sebesar 40% untuk BBM non-subsidi di SPBU. Saat ini, sudah berjalan 1,3%.
"Kalau nozzle premium 2,5%, non-subsidi 1%. Ini akan dinaikan sampai 40%," ungkapnya.
Hanung mengaku, ke depan akan ada perbaikan untuk BBM bersubsidi dengan menggunakan RON 90 setara pertamax. Sedangkan untuk saat ini masih menggunakan RON88.
"Kalau ini harus komprehensif, harus sustainable. Arahnya ke sana, tapi perlu kesiapan kilang setelah roadmap jalan bisa ke RON 90," ujarnya.
terkait BBM bersubsidi, Hanung menjelaskan, dengan kenaikan harga BBM bersubsidi sebesar Rp2.000, dengan rincian premium harga sebelumnya sebesar Rp6.500 menjadi Rp8.500 dan solar dari harga Rp5.500 menjadi Rp7.500 maka pemerintah masih memberikan subsidi.
Harga subsidi diambil dari harga keekonomian yang digunakan pada November berbasis mean of plats Singapore (MOPS) pada Oktober. "Itu yang dipakai untuk penggantiam subsidi Pertamina," jelasnya.
Dia menyebut, rata-rata pada Oktober harga BBM masih USD96 per barel dengan kurs Rp12.100, sehingga menghasilkan harga keekonomian BBM sebesar Rp9.200 untuk jenis premium dan Rp9.700 jenis solar.
"Jadi masih ada subsidi (Rp5.500 premium). Sedangkan solar juga masih ada Rp1.700," ungkapnya.
"Saya hitung penjualan pertamax itu 2.500 kiloliter per hari. Maka bisa 10.000 kiloliter per hari dalam 2-3 bulan ke depan," kata Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Hanung Budya di Jakarta, Selasa (18/11/2014).
Untuk bersaing dengan SPBU asing, Pertamina akan menurunkan harga pertamax di bawah Rp10.000 per liter. Hal itu dilakukan untuk mendorong masyarakat untuk beralih dari BBM bersubsidi ke non-subsidi.
"Kalau harga November Rp8.500 dengan harga keekonomian Rp10.200, saya pikir bisa diturunkan lagi supaya mendorong perpindahan ke non-subsidi dan bisa meringankan subsidi," jelas Hanung.
Dalam mengantisipasi lonjakan pembelian pertamax, Hanung mengatakan bahwa Pertamina telah menambah pasokan pertamax dengan nozzle sebesar 40% untuk BBM non-subsidi di SPBU. Saat ini, sudah berjalan 1,3%.
"Kalau nozzle premium 2,5%, non-subsidi 1%. Ini akan dinaikan sampai 40%," ungkapnya.
Hanung mengaku, ke depan akan ada perbaikan untuk BBM bersubsidi dengan menggunakan RON 90 setara pertamax. Sedangkan untuk saat ini masih menggunakan RON88.
"Kalau ini harus komprehensif, harus sustainable. Arahnya ke sana, tapi perlu kesiapan kilang setelah roadmap jalan bisa ke RON 90," ujarnya.
terkait BBM bersubsidi, Hanung menjelaskan, dengan kenaikan harga BBM bersubsidi sebesar Rp2.000, dengan rincian premium harga sebelumnya sebesar Rp6.500 menjadi Rp8.500 dan solar dari harga Rp5.500 menjadi Rp7.500 maka pemerintah masih memberikan subsidi.
Harga subsidi diambil dari harga keekonomian yang digunakan pada November berbasis mean of plats Singapore (MOPS) pada Oktober. "Itu yang dipakai untuk penggantiam subsidi Pertamina," jelasnya.
Dia menyebut, rata-rata pada Oktober harga BBM masih USD96 per barel dengan kurs Rp12.100, sehingga menghasilkan harga keekonomian BBM sebesar Rp9.200 untuk jenis premium dan Rp9.700 jenis solar.
"Jadi masih ada subsidi (Rp5.500 premium). Sedangkan solar juga masih ada Rp1.700," ungkapnya.
(rna)