Dibutuhkan Strategi yang Komprehensif

Jum'at, 21 November 2014 - 13:27 WIB
Dibutuhkan Strategi...
Dibutuhkan Strategi yang Komprehensif
A A A
JAKARTA - Asosiasi Perusahaan Migas Nasional (Aspermigas) berharap penataan ulang sektor migas oleh pemerintah dilakukan secara komprehensif.

Untuk itu, Aspermigas menilai upaya tersebut perlu didahului dengan dialog nasional untuk memperoleh pemahaman menyeluruh terhadap kondisi faktual sektor migas saat ini. ”Kita menyambut baik pembentukan Tim Reformasi Tata Kelola Migas sebagai upaya memperbaiki situasi pengelolaan migas. Tapi itu harus didasarkan pada pemahaman yang komprehensif,” ujar Ketua Umum Aspermigas Effendi Siradjuddin di Jakarta, kemarin.

Dia mencontohkan isu mafia migas yang saat ini seakan menjadi fokus semua pihak. Padahal, kata dia, permasalahan mendasar saat ini adalah semakin tingginya ketergantungan Indonesia terhadap impor minyak dan bahan bakar minyak (BBM). Timpangnya sisi produksi dan konsumsi menyebabkan Indonesia harus mengimpor minyak sekitar 1 juta barel per hari (bph) dan BBM sekitar 850.000 bph.

Saat ini, lanjut dia, dari produksi minyak dunia sebesar 95 juta bph, sekitar separuh dikonsumsi sendiri oleh negara-negara produsen. Hanya sekitar 45-50 juta bph yang diperdagangkan di pasardunia, dan setengah dari jumlah itu disedot oleh lima negara pengimpor minyak terbesar yakni Amerika Serikat (AS), China, Jepang, India dan Korea.

Dalam kondisi itu, Indonesia harus berkompetisi dengan sekitar 200 negara pengimpor minyak lainnya di dunia. ”Tanpa strategi yang tepat, skenario terburuknya dalam beberapa dekade ke depan Indonesia akan memasuki era tanpa minyak,” tambah Penasehat Aspermigas John Karamoy.

Kondisi tersebut, sambung dia, sangat kritikal dan bahkan bisa dikualifikasikan sebagai membahayakan keamanan dan kesatuan nasional. Sebab, tanpa mengimpor, ketersediaan pasokan BBM negara ini menurutnya hanya bertahan 2-3 minggu. Hal itu, tegas dia, tidak terlepas dari fakta bahwa kemampuan produksi minyak nasional saat ini relatif minim, hanya sekitar 800.000 bph.

”Itu pun setengahnya notabene adalah bagian milik perusahaan asing yang beroperasi di sini,” imbuhnya. Terkait dengan itu, dia mengatakan ada tiga hal yang perlu digenjot dalam jangka pendek dan menengah. Pertama, keberhasilan dalam menemukan cadangan migas baru. Kedua, keberhasilan dalam mengembangkan sumber energi nonfosil. Ketiga, menggeser gaya hidup masyarakat yang boros dan bergantung pada energi fosil menjadi lebih efisien dengan model portofolio energi.

Nanang wijayanto
(bbg)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5466 seconds (0.1#10.140)