Premium Naik, Pengendara Motor Serbu SPBU Shell
A
A
A
JAKARTA - Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersusidi dari Rp6.500 ke Rp8.500 per liter, ternyata membuat masyarakat beralih mulai menyerbu Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Shell.
Kondisi itu terjadi di SPBU Jalan Gunung Sahari, Jakarta Pusat. Dari pengamatan sindonews di lapangan, terlihat antrean panjang di jalur sepeda motor yang lebih milih Shell. Antrean itu bahkan mengekor hingga bahu jalan Gunung Sahari.
"Bedanya tipis, mending pilih Shell saja lebih baik dari Pertamax sekalipun jadi mending," kata Rudi, salah seorang konsumen di SPBU tersebut, Jumat (21/11/2014).
Berdasarkan pantauan, hari ini di SPBU tersebut, harga Shell Super Rp10.200 per liter, Shell P Vower Rp11.700 per liter dan Shell Diesel Rp11.700 per liter. Harga tersebut membuat masyarakat beralih memilih Shell.
Ketika premium naik rupanya BBM yang paling digemari ditempati Shell Super 92. Jika dibandingkan antara Brand Pertamina dan Shell, maka Shell lebih irit di semua lini produk.
Hal ini menunjukkan bahwa beralih dari bahan bakar subsidi ke bahan bakar non-subsidi itu memiliki nilai keekonomian yang sama. Harganya beda tipis tetapi efisiennya juga mendekati dua kali lipat.
"Mesin tidak mudah kotor oleh timbal, mesin lebih responsif dan performanya meningkat sebagai diferensiasi produk bahan bakar oktan tinggi dibanding oktan rendah," tutup Rudi.
Kondisi itu terjadi di SPBU Jalan Gunung Sahari, Jakarta Pusat. Dari pengamatan sindonews di lapangan, terlihat antrean panjang di jalur sepeda motor yang lebih milih Shell. Antrean itu bahkan mengekor hingga bahu jalan Gunung Sahari.
"Bedanya tipis, mending pilih Shell saja lebih baik dari Pertamax sekalipun jadi mending," kata Rudi, salah seorang konsumen di SPBU tersebut, Jumat (21/11/2014).
Berdasarkan pantauan, hari ini di SPBU tersebut, harga Shell Super Rp10.200 per liter, Shell P Vower Rp11.700 per liter dan Shell Diesel Rp11.700 per liter. Harga tersebut membuat masyarakat beralih memilih Shell.
Ketika premium naik rupanya BBM yang paling digemari ditempati Shell Super 92. Jika dibandingkan antara Brand Pertamina dan Shell, maka Shell lebih irit di semua lini produk.
Hal ini menunjukkan bahwa beralih dari bahan bakar subsidi ke bahan bakar non-subsidi itu memiliki nilai keekonomian yang sama. Harganya beda tipis tetapi efisiennya juga mendekati dua kali lipat.
"Mesin tidak mudah kotor oleh timbal, mesin lebih responsif dan performanya meningkat sebagai diferensiasi produk bahan bakar oktan tinggi dibanding oktan rendah," tutup Rudi.
(izz)