Aliran Modal Asing Terus Berlanjut
A
A
A
JAKARTA - Bursa Efek Indonesia (BEI) optimistis aliran modal asing ke pasar modal akan berlanjut tahun depan, terutama dari Korea Selatan dan Jepang.
Menurut Direktur Utama BEI Ito Warsito, kedua negara tersebut membutuhkan pertumbuhan yang cukup tinggi bagi investasinya.
Mereka melirik pasar saham di Indonesia karena dinilai sebagai tempat berinvestasi yang prospektif. Kendati demikian, Ito mengakui bahwa tahun depan akan ada kekhawatiran akibat bayang-bayang kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (Federal Reserve/ The Fed). Namun, dia menilai rencana tersebut tidak akan mengakibatkan turunnya likuiditas di pasar saham.
“Biasanya yang banyak terpengaruh itu di fixed income. Kalau di saham tidak banyak berpengaruh,” kata dia kepada wartawan di Jakarta akhir pekan lalu . Menurut Ito, aliran dana asing dari Jepang ke pasar modal Indonesia dinilai wajar karena saat ini di perekonomian Negeri Sakura itu sedang mengalami resesi. Karenapengelolaanportofolio harus memberikan hasil positif, para investor Jepang mencari tempat investasi yang memberikan return baik.
Dia mencontohkan, para pengelola dana pensiun di Jepang yang terus mencari tempat-tempat berinvestasi yang memberikan pertumbuhan tinggi. “Begitu juga Korea Selatan. Meski populasi jumlah kaum pensiunan belum sebanyak di Jepang, jumlahpendudukdisana jugaterusbertambah,” terangdia.
Di sisi lain, ujar Ito, pemerintah Jepang juga sudah memberi arahan di mana dana pensiun di negara itu boleh diinvestasikan di luar negeri hingga 25% dari total portofolio. Karena itulah, Ito optimistis Indonesia pasti kebagian aliran dana asing dari Jepang. “Investasi foreign direct investmentdari Jepang dan Korea akan semakin mengalir tahun depan. Juga memberi pengaruh positif ke investasi di bursa,” ucap dia.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) per 28 November 2014, pembelian investor asing sepanjang 2014 mencapai Rp50,55 triliun. Jumlah tersebut seiring dengan pertumbuhan indeks harga saham gabungan (IHSG) yang mencatatkan pertumbuhan tertinggi kelima di dunia.
Menurut BEI, hingga akhir pekan lalu IHSG tumbuh 875,71 poin atau 20,49%, di bawah S&P Sensex (India) yang tumbuh 35,57%, SSE Comp (China) 26,79%, PSE Index (Filipina) 23,85%, serta SET Index (Thailand) 22,72%. Sebelumnya, PT Bahana Securities memproyeksikan tahun depan IHSG akan tumbuh dibandingkan tahun ini. Bahana memprediksi IHSG bakal berada pada kisaran 5.900.
”Tahun ini ekspektasi IHSG di level 5.300 dan 5.900 pada tahun depan,” kata Kepala Riset Bahana Securities Harry Su. Menurut dia, indeks saham di BEI akan ditopang oleh pertumbuhan earning per share (EPS) hingga angka 11,6%, di mana sektor telekomunikasi dan konsumer menjadi penopang utama.
Hermansah
Menurut Direktur Utama BEI Ito Warsito, kedua negara tersebut membutuhkan pertumbuhan yang cukup tinggi bagi investasinya.
Mereka melirik pasar saham di Indonesia karena dinilai sebagai tempat berinvestasi yang prospektif. Kendati demikian, Ito mengakui bahwa tahun depan akan ada kekhawatiran akibat bayang-bayang kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (Federal Reserve/ The Fed). Namun, dia menilai rencana tersebut tidak akan mengakibatkan turunnya likuiditas di pasar saham.
“Biasanya yang banyak terpengaruh itu di fixed income. Kalau di saham tidak banyak berpengaruh,” kata dia kepada wartawan di Jakarta akhir pekan lalu . Menurut Ito, aliran dana asing dari Jepang ke pasar modal Indonesia dinilai wajar karena saat ini di perekonomian Negeri Sakura itu sedang mengalami resesi. Karenapengelolaanportofolio harus memberikan hasil positif, para investor Jepang mencari tempat investasi yang memberikan return baik.
Dia mencontohkan, para pengelola dana pensiun di Jepang yang terus mencari tempat-tempat berinvestasi yang memberikan pertumbuhan tinggi. “Begitu juga Korea Selatan. Meski populasi jumlah kaum pensiunan belum sebanyak di Jepang, jumlahpendudukdisana jugaterusbertambah,” terangdia.
Di sisi lain, ujar Ito, pemerintah Jepang juga sudah memberi arahan di mana dana pensiun di negara itu boleh diinvestasikan di luar negeri hingga 25% dari total portofolio. Karena itulah, Ito optimistis Indonesia pasti kebagian aliran dana asing dari Jepang. “Investasi foreign direct investmentdari Jepang dan Korea akan semakin mengalir tahun depan. Juga memberi pengaruh positif ke investasi di bursa,” ucap dia.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) per 28 November 2014, pembelian investor asing sepanjang 2014 mencapai Rp50,55 triliun. Jumlah tersebut seiring dengan pertumbuhan indeks harga saham gabungan (IHSG) yang mencatatkan pertumbuhan tertinggi kelima di dunia.
Menurut BEI, hingga akhir pekan lalu IHSG tumbuh 875,71 poin atau 20,49%, di bawah S&P Sensex (India) yang tumbuh 35,57%, SSE Comp (China) 26,79%, PSE Index (Filipina) 23,85%, serta SET Index (Thailand) 22,72%. Sebelumnya, PT Bahana Securities memproyeksikan tahun depan IHSG akan tumbuh dibandingkan tahun ini. Bahana memprediksi IHSG bakal berada pada kisaran 5.900.
”Tahun ini ekspektasi IHSG di level 5.300 dan 5.900 pada tahun depan,” kata Kepala Riset Bahana Securities Harry Su. Menurut dia, indeks saham di BEI akan ditopang oleh pertumbuhan earning per share (EPS) hingga angka 11,6%, di mana sektor telekomunikasi dan konsumer menjadi penopang utama.
Hermansah
(ars)