BEI Turunkan Target IPO Hanya 32 Emiten
A
A
A
JAKARTA - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menurunkan target jumlah emiten yang mencatatkan saham baru (initial public offering /IPO) menjadi 32 emiten di 2015. Jumlah tersebut sedikit lebih rendah dari yang dicanangkan pada Rapat Umum.
Pemegang Saham Luar Biasa BEI pada 29 Oktober lalu sebanyak 35 emiten baru. Direktur Penilaian Perusahaan BEI Hoesen mengatakan, penurunan target listing pada tahun depan sesuai dengan situasi dan kondisi capaian tahun ini. Sehingga target emiten baru yang dicanangkan BEI di tahun depan dianggap terlalu tinggi.
”Dari 35 menjadi 32 perusahaan,” ujar dia seusai pencatatan perdana saham PT Soechi Lines Tbk (SOCI) di Jakarta kemarin. Menurut dia, target 32 perusahaan yang masuk bursa sangat memungkinkan bisa direalisasikan karena perekonomian Indonesia tahun depan diyakini lebih baik jika dibandingkan tahun ini.
Kendati begitu, pihaknya akan terus bekerja keras agar target tersebut direalisasikan, di antaranya dengan melakukan sosialisasi dan edukasi kepada calon emiten. Menanggapi itu, Kepala Riset MNC Securities Edwin Sebayang bisa mengerti alasan otoritas pasar modal menurunkan target listing di 2015.
Menurut dia, pertumbuhan ekonomi di 2015 tidak begitu berbeda dengan 2014. ”Kuartal II di tahun depan the Fed akan naikkan bunga. Kemungkinan bisa pengaruhi likuiditas di pasar modal,” papar dia. Dengan situasi dan kondisi seperti itu, kekhawatiran minat investor, khususnya asing, berinvestasi di pasar modal menjadi berkurang. Hal itu mulai terlihat dari IPO di kuartal IV tahun ini.
Di mana, sejumlah calon emiten terpaksa menurunkan size saham yang ditawarkan dari sebelumnya. Sebut saja PT Soechi Lines Tbk (SOCI) yang menurunkan jumlah saham perdana dari sebelumnya 2,57 miliar saham atau 30% menjadi hanya sejumlah 1,05 miliar atau 15% dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO.
Senada dengan itu, Ketua Umum Masyarakat Investor Sekuritas Indonesia (MISSI), Sanusi, otoritas pasar modal harus mengantisipasi tidak terserapnya saham yang dilepas pada pelaksanaan IPO. Karena itu, perlu perbaikan aturan agar minat investor untuk membeli saham perdana kembali bergairah.
”Ini adalah dampak dari kebijakan fraksi. Kita rasakan sekarang,” ucap dia. Jika pada 2015 otoritas pasar modal tidak melakukan perbaikan regulasi. Dikhawatirkan, pelaksanaan penawaran saham perdana akan sering mengalami kekurangan permintaan. Hal itu dikhawatirkan berdampak negatif bagi perusahaan yang hendak melepaskan sebagian saham perdananya.
Hermansah
Pemegang Saham Luar Biasa BEI pada 29 Oktober lalu sebanyak 35 emiten baru. Direktur Penilaian Perusahaan BEI Hoesen mengatakan, penurunan target listing pada tahun depan sesuai dengan situasi dan kondisi capaian tahun ini. Sehingga target emiten baru yang dicanangkan BEI di tahun depan dianggap terlalu tinggi.
”Dari 35 menjadi 32 perusahaan,” ujar dia seusai pencatatan perdana saham PT Soechi Lines Tbk (SOCI) di Jakarta kemarin. Menurut dia, target 32 perusahaan yang masuk bursa sangat memungkinkan bisa direalisasikan karena perekonomian Indonesia tahun depan diyakini lebih baik jika dibandingkan tahun ini.
Kendati begitu, pihaknya akan terus bekerja keras agar target tersebut direalisasikan, di antaranya dengan melakukan sosialisasi dan edukasi kepada calon emiten. Menanggapi itu, Kepala Riset MNC Securities Edwin Sebayang bisa mengerti alasan otoritas pasar modal menurunkan target listing di 2015.
Menurut dia, pertumbuhan ekonomi di 2015 tidak begitu berbeda dengan 2014. ”Kuartal II di tahun depan the Fed akan naikkan bunga. Kemungkinan bisa pengaruhi likuiditas di pasar modal,” papar dia. Dengan situasi dan kondisi seperti itu, kekhawatiran minat investor, khususnya asing, berinvestasi di pasar modal menjadi berkurang. Hal itu mulai terlihat dari IPO di kuartal IV tahun ini.
Di mana, sejumlah calon emiten terpaksa menurunkan size saham yang ditawarkan dari sebelumnya. Sebut saja PT Soechi Lines Tbk (SOCI) yang menurunkan jumlah saham perdana dari sebelumnya 2,57 miliar saham atau 30% menjadi hanya sejumlah 1,05 miliar atau 15% dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO.
Senada dengan itu, Ketua Umum Masyarakat Investor Sekuritas Indonesia (MISSI), Sanusi, otoritas pasar modal harus mengantisipasi tidak terserapnya saham yang dilepas pada pelaksanaan IPO. Karena itu, perlu perbaikan aturan agar minat investor untuk membeli saham perdana kembali bergairah.
”Ini adalah dampak dari kebijakan fraksi. Kita rasakan sekarang,” ucap dia. Jika pada 2015 otoritas pasar modal tidak melakukan perbaikan regulasi. Dikhawatirkan, pelaksanaan penawaran saham perdana akan sering mengalami kekurangan permintaan. Hal itu dikhawatirkan berdampak negatif bagi perusahaan yang hendak melepaskan sebagian saham perdananya.
Hermansah
(bbg)