2015, Penerbitan Surat Utang Marak

Kamis, 04 Desember 2014 - 11:17 WIB
2015, Penerbitan Surat...
2015, Penerbitan Surat Utang Marak
A A A
JAKARTA - Penerbitan surat utang di dalam negeri tahun depan diyakini semakin marak. Selain karena kebutuhan perusahaan yang semakin besar untuk ekspansi usaha, surat utang jatuh tempo di 2015 diperkirakan mencapai Rp34,4 triliun.

Direktur Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) Wahyu Trenggono mengungkapkan penerbitan surat utang diperkirakan akan mulai marak pada kuartal II/2015. Karena, pada saat itu inflasi diperkirakan kembali stabil. “Pasca-kenaikan harga BBM yang dilakukan pemerintah beberapa waktu lalu diperkirakan membutuhkan waktu sekitar tiga hingga empat bulan bagi seluruh stakeholders untuk membiasakan diri,” katanya kepada wartawan di Jakarta kemarin.

Itulah sebabnya, jumlah surat utang yang akan diterbitkan pada 2015 bisa mencapai dua kali lipat dari jumlah surat utang yang jatuh tempo. Bahkan, jika kondisi ekonomi mendukung, tidak menutup kemungkinan jumlahnya bisa tiga kali lipat dari surat utang yang jatuh tempo. Wahyu memaparkan, yield surat utang pemerintah yang jatuh tempo 10 tahun, di 2015 diperkirakan akan berada di kisaran 9,7%.

Hal itu seiring dengan kemungkinan naiknya tingkat inflasi menjadi 6,7% pasca naiknya harga BBM. Sedangkan, yield surat utang korporasi akan sesuai dengan peringkat surat utangnya. “Tapi, kemungkinan besar yield -nya rata-rata bisa naik 2%,” ucap dia. Kepala Kantor Integrasi Ekonomi Regional Asian Development Bank (ADB) Iwan Jaya Azis mengatakan, pasar tengah bersiap-siap mengantisipasi rencana Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed) untuk menaikkan suku bunga pada Juni 2015.

Namun, data ekonomi akhir-akhir ini menunjukkan perekonomian meningkat lebih cepat dari perkiraan. Sementara, mata uang dolar AS mengalami apresiasi terhadap sebagian besar mata uang negara-negara berkembang di Asia Timur. Sehingga, pengetatan moneter kemungkinan akan meningkat kembali. Meski berisiko, pasar obligasi berdenominasi mata uang lokal terus meningkat.

Pada 30 September ada sekitar USD8,2 triliun obligasi yang beredar. Lebih tinggi 3,1% dibanding akhir Juni lalu dan 11,3% lebih banyak dibanding setahun lalu. “Pasar obligasi yang berkembang paling cepat adalah Singapura, China, dan Indonesia,” kata dia dalam keterangan tertulisnya.

Dia menjelaskan, hingga akhir September lalu, pasar obligasi Indonesia sudah mencapai USD124 miliar atau meningkat 2,7% dibanding kuartal sebelumnya atau melonjak 22,7% dibanding tahun lalu. Pada periode Juli-September 2014 Pemerintah Indonesia harus menerbitkan obligasi untuk mendanai defisit anggaran yang meningkat dari 1,7% menjadi 2,4% dari PDB.

Dalam kurun waktu tersebut, pasar obligasi pemerintah Indonesia mencapai USD105 miliar, naik 2,9% dibanding kuartal sebelumnya, atau naik 27,1% dibanding setahun lalu. Sementara, obligasi korporasi Indonesia mencapai USD18 miliar, naik 1,3% dibanding kuartal sebelumnya, atau naik 2,5% dibanding tahun lalu.

Hermansah
(bbg)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5628 seconds (0.1#10.140)