Qantas Akan Kembali Bukukan Keuntungan
A
A
A
SYDNEY - Maskapai Qantas kemarin menyatakan telah kembali menuju jalur yang benar untuk membukukan laba pada tahun depan.
Sebelumnya maskapai Australia itu harus melakukan perubahan besarbesaran agar dapat mengurangi kerugian yang dialaminya. Rekor harga bahan bakar dan ketatnya persaingan mengakibatkan Qantas membukukan kerugian sebelum pajak sebesar USD209 juta pada semester II/2013. Meski demikian, dalam info pasar terbaru, Qantas memproyeksikan membukukan laba antara USD249 juta dan USD290 juta pada periode yang sama tahun ini.
Qantas tidak memberikan penjelasan rinci mengenai laba bersih. Chief Executive Officer (CEO) Qantas Alan Joyce menjelaskan, angka optimisme itu didorong oleh turunnya harga minyak sehingga memangkas tagihan bahan bakar dan kebijakan pemangkasan biaya secara agresif. Qantas menerapkan program transformasi senilai USD1,6 miliar sejak 12 bulan lalu.
“Saat ini kami mengonfirmasi bahwa Qantas akan melaporkan hasil semester I terbaik sejak 2010. Ini menunjukkan strategi kami untuk mengubah bisnis kami sedang bekerja. Ini perbaikan lebih dari USD456 juta dibandingkan pada semester I/2013, dengan Transformasi Qantas menjadi penggerak utama perubahan.” katanya, dikutip kantor berita AFP.
Qantas menjelaskan, semua area bisnis, termasuk divisi internasional yang mengalami krisis, diperkirakan membukukan laba pada semester I. Program transformasi Qantas itu dilakukan dengan memecat ribuan pegawai, menunda pengiriman pesawat baru dan pertumbuhan di cabang Asia maskapai Jetstar.
Maskapai itu juga diuntungkan dari harga bahan bakar pesawat yang turun, yang diperkirakan menambah USD25 juta selama periode enam bulan. Agustus lalu Qantas mengumumkan kerugian bersih tahunan mencapai USD2,65 miliar (sekitar Rp31 triliun). Meski demikian, CEO Qantas Alan Joyce yakin kondisi perusahaan akan membaik di masa depan. Data terbaru ini lebih buruk dibandingkan pendapatan laba pada tahun sebelumnya.
Lambannya proses restrukturisasi dan membengkaknya biaya tampaknya menjadi salah satu penyebab kerugian tersebut. Kendati demikian, penyebab terbesar kerugian itu berasal dari penurunan nilai armada internasional yang usianya semakin tua karena biaya pembelian pada nilai dolar Australia yang jauh lebih rendah. Kerugian sebelum pajak yang dialami Qantas dalam 12 bulan hingga 30 Juni mencapai 646 juta dolar Australia.
Sebelumnya analis memproyeksikan kerugian bersih mencapai 1 miliar dolar Australia saat maskapai itu harus menghadapi biaya bahan bakar yang tinggi dan ketatnya persaingan dari maskapai lain. Qantas pada Februari lalu mengumumkan telah merumahkan 5.000 pegawai, menunda pengiriman pesawat dan membekukan pertumbuhan di maskapai Jetstar. Joyce mengatakan, bagian terburuk saat ini telah berlalu bagi maskapai tersebut.
“Tidak ada keraguan data sekarang saling bertentangan, tapi itu mewakili tahun lalu. Kami sekarang telah melalui bagian terburuk. Dengan program Transformasi Qantas yang dipercepat, kami telah bangkit menjadi perusahaan yang lebih ramping, lebih fokus dan lebih berkelanjutan,” ujar Joyce, dikutip kantor berita AFP .
“Jelas ada pertumbuhan kapasitas domestik dan internasional yang akan menstabilkan pendapatan. Kami proyeksikan peningkatan pesat pada kinerja keuangan grup dan kembali membukukanlabasebelumpajakpada semester I tahun fiskal 2015, terlepas dari berbagai faktor di luar kontrol kami,” papar Joyce.
Syarifudin
Sebelumnya maskapai Australia itu harus melakukan perubahan besarbesaran agar dapat mengurangi kerugian yang dialaminya. Rekor harga bahan bakar dan ketatnya persaingan mengakibatkan Qantas membukukan kerugian sebelum pajak sebesar USD209 juta pada semester II/2013. Meski demikian, dalam info pasar terbaru, Qantas memproyeksikan membukukan laba antara USD249 juta dan USD290 juta pada periode yang sama tahun ini.
Qantas tidak memberikan penjelasan rinci mengenai laba bersih. Chief Executive Officer (CEO) Qantas Alan Joyce menjelaskan, angka optimisme itu didorong oleh turunnya harga minyak sehingga memangkas tagihan bahan bakar dan kebijakan pemangkasan biaya secara agresif. Qantas menerapkan program transformasi senilai USD1,6 miliar sejak 12 bulan lalu.
“Saat ini kami mengonfirmasi bahwa Qantas akan melaporkan hasil semester I terbaik sejak 2010. Ini menunjukkan strategi kami untuk mengubah bisnis kami sedang bekerja. Ini perbaikan lebih dari USD456 juta dibandingkan pada semester I/2013, dengan Transformasi Qantas menjadi penggerak utama perubahan.” katanya, dikutip kantor berita AFP.
Qantas menjelaskan, semua area bisnis, termasuk divisi internasional yang mengalami krisis, diperkirakan membukukan laba pada semester I. Program transformasi Qantas itu dilakukan dengan memecat ribuan pegawai, menunda pengiriman pesawat baru dan pertumbuhan di cabang Asia maskapai Jetstar.
Maskapai itu juga diuntungkan dari harga bahan bakar pesawat yang turun, yang diperkirakan menambah USD25 juta selama periode enam bulan. Agustus lalu Qantas mengumumkan kerugian bersih tahunan mencapai USD2,65 miliar (sekitar Rp31 triliun). Meski demikian, CEO Qantas Alan Joyce yakin kondisi perusahaan akan membaik di masa depan. Data terbaru ini lebih buruk dibandingkan pendapatan laba pada tahun sebelumnya.
Lambannya proses restrukturisasi dan membengkaknya biaya tampaknya menjadi salah satu penyebab kerugian tersebut. Kendati demikian, penyebab terbesar kerugian itu berasal dari penurunan nilai armada internasional yang usianya semakin tua karena biaya pembelian pada nilai dolar Australia yang jauh lebih rendah. Kerugian sebelum pajak yang dialami Qantas dalam 12 bulan hingga 30 Juni mencapai 646 juta dolar Australia.
Sebelumnya analis memproyeksikan kerugian bersih mencapai 1 miliar dolar Australia saat maskapai itu harus menghadapi biaya bahan bakar yang tinggi dan ketatnya persaingan dari maskapai lain. Qantas pada Februari lalu mengumumkan telah merumahkan 5.000 pegawai, menunda pengiriman pesawat dan membekukan pertumbuhan di maskapai Jetstar. Joyce mengatakan, bagian terburuk saat ini telah berlalu bagi maskapai tersebut.
“Tidak ada keraguan data sekarang saling bertentangan, tapi itu mewakili tahun lalu. Kami sekarang telah melalui bagian terburuk. Dengan program Transformasi Qantas yang dipercepat, kami telah bangkit menjadi perusahaan yang lebih ramping, lebih fokus dan lebih berkelanjutan,” ujar Joyce, dikutip kantor berita AFP .
“Jelas ada pertumbuhan kapasitas domestik dan internasional yang akan menstabilkan pendapatan. Kami proyeksikan peningkatan pesat pada kinerja keuangan grup dan kembali membukukanlabasebelumpajakpada semester I tahun fiskal 2015, terlepas dari berbagai faktor di luar kontrol kami,” papar Joyce.
Syarifudin
(ars)