Masih Berusaha Mengenal Indonesia
A
A
A
Kendati sudah tinggal di Indonesia sejak 1991 silam, CEO Acuatico Group Thomas W Shreve ternyata masih berusaha mengenal negeri ini lebih dalam.
Dia menuturkan, telah menginjakkan kaki pertama kali di Indonesia sejak awal 90-an, ketika pertama kali ditugaskan oleh sebuah perusahaan firma hukum internasional, Milbank Tweed, yang berpusat di New York, Amerika Serikat (AS). “Kira-kira tiga tahun di Jakarta, oleh firma hukum tempat saya bekerja, saya lalu diajak pindah ke kota lain di Asia, te patnya di Singapura,” ucap Thomas kepada KORAN SINDO beberapa waktu lalu.
Saat bertugas di Singapura, dia kerap ditugaskan ke kota-kota lain di Asia. Sampai akhirnya, ia memutuskan untuk tinggal lebih lama di Jakarta sampai sekarang. “Saya merasa harus mengerti betulbetul negara yang akan saya tinggali. Tapi masalahnya, sampai sekarang saya masih belum mengerti sepenuhnya tentang Indonesia. Bahasa Indonesia saya belum lancar, namun saya paham orang Indonesia itu seperti apa,” ujarnya.
Thomas yang juga merupakan salah satu eksekutif di Recapital Investment Group ini memiliki sejarah panjang di bisnis investasi. Lulusan Universitas Northwestern School of Law di Chicago tahun 1983 ini telah memegang beberapa posisi strategis di bisnis jasa keuangan dan investasi.
Sekian tahun berada di Indonesia, ia banyak berkenalan dengan tokoh-tokoh pengusaha Indonesia, seperti Rosan P Roeslani, Edwin Soeryadjaya, Sandiaga Uno, sampai akhirnya ikut bergabung dengan Recapital Group. Dia juga menjadi salah satu pelobi saat pengusaha Eric Tohir mengakuisisi mayoritas saham Inter Milan beberapa waktu lalu.
Thomas W Shreve ialah sosok dibalik berdirinya Acuatico Group. Dia juga berperan penting dalam proses akuisisi Thames Pam Jaya oleh Acuatico pada 2006-2007. Kala itu, Thames yang merupakan perusahaan asal Inggris adalah operator sekaligus investor di perusahaan air minum yang memiliki konsesi di wilayah Jakarta Timur sejak tahun 1998 melalui anak usahanya Thames Pam Jaya.
Pria yang juga menduduki jabatan sebagai salah satu anggota dewan direksi di klub sepak bola Inter Milan ini memang punya andil besar dalam pendirian Acuatico. Saat itu, sekitar tahun 2006, Thames Water, perusahaan pengendali di Thames Pam Jaya, berniat melepas sahammya di perusahaan itu.
“Waktu itu Thames di Inggris mengeluarkan kebijakan melepas semua saham di negara-negara emerging market, termasuk di Jakarta. Saat itu investasi di semua negara sudah dilepas, yang tersisa hanya Jakarta karena belum ada peminatnya. Lalu saya menghubungkan Thames dengan Recapital, akhirnya terbentuklah Acuatico,” ucap pria berusia 55 tahun ini.
Ichsan amin
Dia menuturkan, telah menginjakkan kaki pertama kali di Indonesia sejak awal 90-an, ketika pertama kali ditugaskan oleh sebuah perusahaan firma hukum internasional, Milbank Tweed, yang berpusat di New York, Amerika Serikat (AS). “Kira-kira tiga tahun di Jakarta, oleh firma hukum tempat saya bekerja, saya lalu diajak pindah ke kota lain di Asia, te patnya di Singapura,” ucap Thomas kepada KORAN SINDO beberapa waktu lalu.
Saat bertugas di Singapura, dia kerap ditugaskan ke kota-kota lain di Asia. Sampai akhirnya, ia memutuskan untuk tinggal lebih lama di Jakarta sampai sekarang. “Saya merasa harus mengerti betulbetul negara yang akan saya tinggali. Tapi masalahnya, sampai sekarang saya masih belum mengerti sepenuhnya tentang Indonesia. Bahasa Indonesia saya belum lancar, namun saya paham orang Indonesia itu seperti apa,” ujarnya.
Thomas yang juga merupakan salah satu eksekutif di Recapital Investment Group ini memiliki sejarah panjang di bisnis investasi. Lulusan Universitas Northwestern School of Law di Chicago tahun 1983 ini telah memegang beberapa posisi strategis di bisnis jasa keuangan dan investasi.
Sekian tahun berada di Indonesia, ia banyak berkenalan dengan tokoh-tokoh pengusaha Indonesia, seperti Rosan P Roeslani, Edwin Soeryadjaya, Sandiaga Uno, sampai akhirnya ikut bergabung dengan Recapital Group. Dia juga menjadi salah satu pelobi saat pengusaha Eric Tohir mengakuisisi mayoritas saham Inter Milan beberapa waktu lalu.
Thomas W Shreve ialah sosok dibalik berdirinya Acuatico Group. Dia juga berperan penting dalam proses akuisisi Thames Pam Jaya oleh Acuatico pada 2006-2007. Kala itu, Thames yang merupakan perusahaan asal Inggris adalah operator sekaligus investor di perusahaan air minum yang memiliki konsesi di wilayah Jakarta Timur sejak tahun 1998 melalui anak usahanya Thames Pam Jaya.
Pria yang juga menduduki jabatan sebagai salah satu anggota dewan direksi di klub sepak bola Inter Milan ini memang punya andil besar dalam pendirian Acuatico. Saat itu, sekitar tahun 2006, Thames Water, perusahaan pengendali di Thames Pam Jaya, berniat melepas sahammya di perusahaan itu.
“Waktu itu Thames di Inggris mengeluarkan kebijakan melepas semua saham di negara-negara emerging market, termasuk di Jakarta. Saat itu investasi di semua negara sudah dilepas, yang tersisa hanya Jakarta karena belum ada peminatnya. Lalu saya menghubungkan Thames dengan Recapital, akhirnya terbentuklah Acuatico,” ucap pria berusia 55 tahun ini.
Ichsan amin
(ars)