Pengembangan Bandara Halim Diundur Tahun Depan
A
A
A
JAKARTA - PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI) menyatakan pengembangan Bandara Halim Perdanakusuma yang seharusnya mulai melakukan konstruksi pada November 2014 diundur hingga tahun depan.
Direktur Pengembangan Usaha Adhi Karya Pundjung Setya Brata mengatakan, dalam proyek tersebut perseroannya memang bertindak sebagai pembuat desain dan membangun konstruksinya, namun untuk penyelesaian izin maupun legalitas di luar kapasitas perseroan dalam kontrak yang telah disepakati.
”Bandara Halim masih dalam pematangan detail and build yang akan terus disesuaikan, untuk pengerjaannya mulai dilaksanakan tahun depan,” kata Pundjung dalam jumpa pers di Jakarta kemarin. AdhiKaryamemperolehkontrak pengembangan Bandara Halim dari anak usaha Lion Group, yaitu PT Angkasa Transportindo Selaras (ATS), dan Induk Koprasi TNI AU (Inkopau).
Nilai investasi pengembangan bandara sebesar Rp5 triliun tersebut seharusnya dilakukan mulai November 2014 lalu. Meski demikian, karena masih belum rampungnya masalah legalitas di bandara tersebut, akibatnya proyek pengembangannya harus tertunda. Mahkamah Agung (MA) sebelumnya memutuskan dan memerintahkan Inkopau dan PT Angkasa Pura II (APII) untuk mengosongkan aset penerbangan sipil di Bandara Halim Perdanakusuma.
MA menyerahkan pengelolaan kepada PT Angkasa Transportindo Selaras. Lion Group menguasai saham 80% di ATS, sedangkan Inkopau memiliki 20% saham di ATS. Dalam perjanjian itu, Inkopau memberi restu kepada Lion Group untuk mengelola lahan seluas 21 hektare itu di Bandara Halim.
”Informasi terakhir (legalitasnya) masih sedang diupayakan, kepada Lion Group kami harap dengan adanya pemerintahan baru ini mereka dapat mengeksekusi (proyek) ini lebih cepat,” harapnya. Corporate Communication Adhi Karya, Ki Syahgolang Permata, menambahkan, pada tahun depan perseroan membidik kontrak baru sebesar Rp15,2 triliun dengan pendapatan sekitar Rp13,2 triliun.
Adapun laba bersih ADHI hingga akhir 2015 diproyeksikan mencapai Rp440,1 miliar. ”Sampai dengan akhir November 2014 kami telah memperoleh kontrak baru sebesar Rp6,3 triliun atau setara 39% dari target Rp15,2 triliun,” paparnya.
Heru febrianto
Direktur Pengembangan Usaha Adhi Karya Pundjung Setya Brata mengatakan, dalam proyek tersebut perseroannya memang bertindak sebagai pembuat desain dan membangun konstruksinya, namun untuk penyelesaian izin maupun legalitas di luar kapasitas perseroan dalam kontrak yang telah disepakati.
”Bandara Halim masih dalam pematangan detail and build yang akan terus disesuaikan, untuk pengerjaannya mulai dilaksanakan tahun depan,” kata Pundjung dalam jumpa pers di Jakarta kemarin. AdhiKaryamemperolehkontrak pengembangan Bandara Halim dari anak usaha Lion Group, yaitu PT Angkasa Transportindo Selaras (ATS), dan Induk Koprasi TNI AU (Inkopau).
Nilai investasi pengembangan bandara sebesar Rp5 triliun tersebut seharusnya dilakukan mulai November 2014 lalu. Meski demikian, karena masih belum rampungnya masalah legalitas di bandara tersebut, akibatnya proyek pengembangannya harus tertunda. Mahkamah Agung (MA) sebelumnya memutuskan dan memerintahkan Inkopau dan PT Angkasa Pura II (APII) untuk mengosongkan aset penerbangan sipil di Bandara Halim Perdanakusuma.
MA menyerahkan pengelolaan kepada PT Angkasa Transportindo Selaras. Lion Group menguasai saham 80% di ATS, sedangkan Inkopau memiliki 20% saham di ATS. Dalam perjanjian itu, Inkopau memberi restu kepada Lion Group untuk mengelola lahan seluas 21 hektare itu di Bandara Halim.
”Informasi terakhir (legalitasnya) masih sedang diupayakan, kepada Lion Group kami harap dengan adanya pemerintahan baru ini mereka dapat mengeksekusi (proyek) ini lebih cepat,” harapnya. Corporate Communication Adhi Karya, Ki Syahgolang Permata, menambahkan, pada tahun depan perseroan membidik kontrak baru sebesar Rp15,2 triliun dengan pendapatan sekitar Rp13,2 triliun.
Adapun laba bersih ADHI hingga akhir 2015 diproyeksikan mencapai Rp440,1 miliar. ”Sampai dengan akhir November 2014 kami telah memperoleh kontrak baru sebesar Rp6,3 triliun atau setara 39% dari target Rp15,2 triliun,” paparnya.
Heru febrianto
(ars)