Belalang yang Tak Bisa Melompat Tinggi
A
A
A
Belalang adalah binatang yang sangat hebat dalam urusan melompat. Dengan ukuran badan yang kecil dan kakinya yang panjang, konon ia bisa melompat hingga jarak 100 kali lebih dari panjang badannya.
Demi menguji kehebatan si belalang, suatu ketika seorang peneliti mencoba menangkap seekor belalang. Pada awalnya, ia cukup kesulitan menangkap belalang saking gesit, lincah, dan jauhnya lompatan sang belalang. Namun dengan kerja keras, akhirnya ia berhasil menangkapnya dan dimasukkannya ke dalam sebuah plastik yang telah disiapkan.
Sesampai di rumah, belalang dipindahkannya ke dalam sebuah kotak yang cukup besar. Namun, meski besar, kotak itu tak seluas alam di mana belalang biasa bebas bergerak ke sana kemari. Hari pertama, sang belalang mencoba melompat setinggi yang biasa ia lakukan. Namun, ia mendapatkan rintangan dari tutup kotak tersebut sehingga lompatannya tak bisa maksimal.
Dalam kotak itu, ia hanya bisa melompat 10 kali panjang badannya. Berkali-kali ia mencoba, namun tetap saja tinggi lompatannya hanya mencapai maksimal seluas kotak tersebut. Bahkan, tubuhnya kesakitan karena ia selalu terbentur tutup kotak itu. Karena itu, lama kelamaan, belalang itu pun melompat hanya setinggi kotak itu. Kali ini ia tak lagi terbentur dengan tutup kotak itu.
Setelah sekian lama, si peneliti pun memindahkan belalang ke tempat lain berupa bejana yang lebih kecil. Sejak saat itu, belalang pun kembali mengalami hal yang sama saat ia kali pertama dipindahkan dari alam bebas ke dalam kotak. Berkalikali ia mencoba melompat, tapi terbentur tutup bejana yang tingginya tak lebih dari lima kali tubuhnya.
Lama-lama, belalang pun hanya melompat setinggi tutup bejana. Setelah beberapa waktu, si peneliti kembali memindahkan belalang. Kali ini, meski tetap terjamin oleh makanan berupa dedaunan lezat, belalang hanya ditempatkan pada tempat yang nyaris seukuran tubuhnya. Akibatnya, ia sama sekali tak bisa melompat lagi.
Berkali-kali mencoba, ia hanya bisa bergeser karena di atas dan depannya sudah ada penghalang. Akhirnya karena tak bisa melompat namun merasa tercukupi makanannya, si belalang justru malas melompat. Hingga setelah beberapa lama, si peneliti melepaskan belalang itu ke ruangan yang luas.
Ternyata karena sudah terbiasa tidak melompat, si belalang hanya berjalan ke sana kemari. Ia berusaha mencari makanannya, namun tidak lagi dengan melompat tinggi, namun hanya bergerak ke kiri dan ke kanan, ke depan dan ke belakang seperti kebingungan.
Meski sudah berada di alam bebas pun, karena sering menghadapi penghalang sehingga tak bisa melompat, serta terbiasa dengan kenyamanan akibat diberi makanan setiap hari, belalang yang dulunya bisa melompat tinggi, kini tak mampu lagi melakukannya. Adanya penghalang dan kenyamanan yang dimiliki, rupanya telah membuat belalang tak bisa lagi memaksimalkan potensi lompatannya.
The Cup of Wisdom
Hidup kita sebenarnya laksana belalang dalam kisah tersebut. Pasalnya, kita sering kali menghadapi halangan dan tantangan yang kadang membuat kita merasa tak bisa “melompat” tinggi.
Selain itu, kenyamanan yang kita terima setiap hari, malah sering “menjebak” kita dalam zona nyaman yang sulit kita tinggalkan. Padahal sejatinya, jika menilik masa-masa kecil dahulu, saat belajar berjalan, kita tak pernah mengenal rasa takut. Ketika jatuh, meski menangis, tetapi segera bangkit dan belajar lagi.
Sayang, seiring dengan tumbuh kembangnya kita, kadang ada banyak pengaruh lingkungan yang membuat kita jadi takut, jengah, atau cemas saat menghadapi tantangan. Saat gagal, kita pun merasa sulit bangkit. Jika dibiarkan terus menerus, hal ini akan menjadi “kotak penghalang belalang” bagi diri kita.
Kita terkungkung dalam keadaan yang seterusnya bisa membatasi kemampuan dan potensi kita. Begitu juga saat kita sudah merasa nyaman dengan posisi atau kedudukan kita. Saat itulah, jika kita hanya “menikmati” masa tersebut tanpa mau belajar dan berusaha mengembangkan diri, bisa jadi kita akan terjebak dalam stagnasi yang ujungnya, akan membuat kita jadi miskin mental.
Karena itu, saat berada dalam zona nyaman, justru itulah saat kita harus terus belajar dan berjuang, agar kenikmatan yang didapat lebih punya arti. Tentu, kita tak ingin jadi belalang yang tak bisa lagi melompat tinggi, sebab kita sebagai manusia sebenarnya diciptakan dengan berbagai kelebihan dibanding makhluk lainnya. Keistimewaan kita itulah yang perlu terus kita gali dan pelihara.
Caranya yakni dengan terus mencoba mendobrak segala halangan dan rintangan yang ada. Jangan pula, kita terjebak dalam zona nyaman yang melenakan. Mari, terus gali potensi. Kembangkan semangat juang untuk menang. Maka, kita akan terus bisa melompat tinggi menggapai segala cita-cita. Salam sukses, luar biasa!
Demi menguji kehebatan si belalang, suatu ketika seorang peneliti mencoba menangkap seekor belalang. Pada awalnya, ia cukup kesulitan menangkap belalang saking gesit, lincah, dan jauhnya lompatan sang belalang. Namun dengan kerja keras, akhirnya ia berhasil menangkapnya dan dimasukkannya ke dalam sebuah plastik yang telah disiapkan.
Sesampai di rumah, belalang dipindahkannya ke dalam sebuah kotak yang cukup besar. Namun, meski besar, kotak itu tak seluas alam di mana belalang biasa bebas bergerak ke sana kemari. Hari pertama, sang belalang mencoba melompat setinggi yang biasa ia lakukan. Namun, ia mendapatkan rintangan dari tutup kotak tersebut sehingga lompatannya tak bisa maksimal.
Dalam kotak itu, ia hanya bisa melompat 10 kali panjang badannya. Berkali-kali ia mencoba, namun tetap saja tinggi lompatannya hanya mencapai maksimal seluas kotak tersebut. Bahkan, tubuhnya kesakitan karena ia selalu terbentur tutup kotak itu. Karena itu, lama kelamaan, belalang itu pun melompat hanya setinggi kotak itu. Kali ini ia tak lagi terbentur dengan tutup kotak itu.
Setelah sekian lama, si peneliti pun memindahkan belalang ke tempat lain berupa bejana yang lebih kecil. Sejak saat itu, belalang pun kembali mengalami hal yang sama saat ia kali pertama dipindahkan dari alam bebas ke dalam kotak. Berkalikali ia mencoba melompat, tapi terbentur tutup bejana yang tingginya tak lebih dari lima kali tubuhnya.
Lama-lama, belalang pun hanya melompat setinggi tutup bejana. Setelah beberapa waktu, si peneliti kembali memindahkan belalang. Kali ini, meski tetap terjamin oleh makanan berupa dedaunan lezat, belalang hanya ditempatkan pada tempat yang nyaris seukuran tubuhnya. Akibatnya, ia sama sekali tak bisa melompat lagi.
Berkali-kali mencoba, ia hanya bisa bergeser karena di atas dan depannya sudah ada penghalang. Akhirnya karena tak bisa melompat namun merasa tercukupi makanannya, si belalang justru malas melompat. Hingga setelah beberapa lama, si peneliti melepaskan belalang itu ke ruangan yang luas.
Ternyata karena sudah terbiasa tidak melompat, si belalang hanya berjalan ke sana kemari. Ia berusaha mencari makanannya, namun tidak lagi dengan melompat tinggi, namun hanya bergerak ke kiri dan ke kanan, ke depan dan ke belakang seperti kebingungan.
Meski sudah berada di alam bebas pun, karena sering menghadapi penghalang sehingga tak bisa melompat, serta terbiasa dengan kenyamanan akibat diberi makanan setiap hari, belalang yang dulunya bisa melompat tinggi, kini tak mampu lagi melakukannya. Adanya penghalang dan kenyamanan yang dimiliki, rupanya telah membuat belalang tak bisa lagi memaksimalkan potensi lompatannya.
The Cup of Wisdom
Hidup kita sebenarnya laksana belalang dalam kisah tersebut. Pasalnya, kita sering kali menghadapi halangan dan tantangan yang kadang membuat kita merasa tak bisa “melompat” tinggi.
Selain itu, kenyamanan yang kita terima setiap hari, malah sering “menjebak” kita dalam zona nyaman yang sulit kita tinggalkan. Padahal sejatinya, jika menilik masa-masa kecil dahulu, saat belajar berjalan, kita tak pernah mengenal rasa takut. Ketika jatuh, meski menangis, tetapi segera bangkit dan belajar lagi.
Sayang, seiring dengan tumbuh kembangnya kita, kadang ada banyak pengaruh lingkungan yang membuat kita jadi takut, jengah, atau cemas saat menghadapi tantangan. Saat gagal, kita pun merasa sulit bangkit. Jika dibiarkan terus menerus, hal ini akan menjadi “kotak penghalang belalang” bagi diri kita.
Kita terkungkung dalam keadaan yang seterusnya bisa membatasi kemampuan dan potensi kita. Begitu juga saat kita sudah merasa nyaman dengan posisi atau kedudukan kita. Saat itulah, jika kita hanya “menikmati” masa tersebut tanpa mau belajar dan berusaha mengembangkan diri, bisa jadi kita akan terjebak dalam stagnasi yang ujungnya, akan membuat kita jadi miskin mental.
Karena itu, saat berada dalam zona nyaman, justru itulah saat kita harus terus belajar dan berjuang, agar kenikmatan yang didapat lebih punya arti. Tentu, kita tak ingin jadi belalang yang tak bisa lagi melompat tinggi, sebab kita sebagai manusia sebenarnya diciptakan dengan berbagai kelebihan dibanding makhluk lainnya. Keistimewaan kita itulah yang perlu terus kita gali dan pelihara.
Caranya yakni dengan terus mencoba mendobrak segala halangan dan rintangan yang ada. Jangan pula, kita terjebak dalam zona nyaman yang melenakan. Mari, terus gali potensi. Kembangkan semangat juang untuk menang. Maka, kita akan terus bisa melompat tinggi menggapai segala cita-cita. Salam sukses, luar biasa!
(ars)