Pesawat Buatan Perusahaan Habibie Bidik Pasar Jabar
A
A
A
BANDUNG - PT Regio Aviasi Industri (RAI) membidik pangsa pasar Jawa Barat (Jabar) yang akan memiliki Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) di Majalengka.
Perusahaan yang sebagian besar sahamnya dimiliki mantan presiden RI BJ Habibie ini akan mulai memproduksi pesawat komersial R80 awal 2019.
"Kami akan membuat pesawat kecil awal 2019, ukurannya tidak sebesar Boeing. Pesawat ini mampu mengangkut 80-90 penumpang," ungkap Komisaris PT RAI Ilham Habibie kepada wartawan, belum lama ini.
Pihaknya membidik Bandara Pangandaran yang tergolong bandara kecil untuk kemudian menghubungkannya dengan BIJB di Majalengka.
"R80 akan memiliki peran sebagai penghubung BIJB dan Pangandaran, diharapkan frekuensi penerbangannya tinggi," katanya.
Hingga kini pihaknya telah mendapat pesanan sebanyak 145 pesawat dari tiga maskapai nasional. Rinciannya 100 pesawat untuk Nam Air (anak perusahaan Sriwijaya Air), 20 pesawat untuk Kalstar dan 25 pesawat untuk Trigana Air.
"Pesawat ini dibanderol dengan harga sekitar USD22-25 juta per unit," ungkap dia.
Ilham menjelaskan, pesawat ini tergolong kelas kecil karena walaupun mampu menempuh jarak maskimal hingga 1.000 Km, pesawat ini dikhusukan untuk jarak dekat di bawah 400 Km.
"Pesawat kecil sangat cocok untuk Indonesia yang belum memiliki sistem transportasi darat terpadu," katanya.
Menurutnya, moda transportasi ini terbilang lebih efektif karena waktu tempuh yang lebih cepat jika dibandingkan dengan mobil ataupun kereta api.
Dia mencontohkan waktu tempuh transportasi darat dari Surabaya ke Banyuwangi mencapai 8 jam. Sementara dengan menggunakan pesawat hanya 45 menit.
"Pesawat kecil juga sangat cocok untuk transportasi antar pulau. Pesawat untuk angkut orang, sedangkan kapal laut untuk barang," imbuhnya.
Selain memproduksi pesawat komersial, pihaknya juga berencana membuat pesawat untuk keperluan militer. Namun mungkin baru bisa terlaksana di atas 2020.
Menyinggung kemungkinan Initial Public Offering (IPO), dia mengaku bahwa RAI belum berencana melakukannya. Pasalnya, banyak instrumen keuangan yang bisa dipilih.
"Tapi soal mana yang cocok, jangan tanyakan ke saya karena saya buka ahli keuangan. Namun begitu, tidak menutup kemungkinan kami melantai di bursa saham," pungkas Ilham.
Perusahaan yang sebagian besar sahamnya dimiliki mantan presiden RI BJ Habibie ini akan mulai memproduksi pesawat komersial R80 awal 2019.
"Kami akan membuat pesawat kecil awal 2019, ukurannya tidak sebesar Boeing. Pesawat ini mampu mengangkut 80-90 penumpang," ungkap Komisaris PT RAI Ilham Habibie kepada wartawan, belum lama ini.
Pihaknya membidik Bandara Pangandaran yang tergolong bandara kecil untuk kemudian menghubungkannya dengan BIJB di Majalengka.
"R80 akan memiliki peran sebagai penghubung BIJB dan Pangandaran, diharapkan frekuensi penerbangannya tinggi," katanya.
Hingga kini pihaknya telah mendapat pesanan sebanyak 145 pesawat dari tiga maskapai nasional. Rinciannya 100 pesawat untuk Nam Air (anak perusahaan Sriwijaya Air), 20 pesawat untuk Kalstar dan 25 pesawat untuk Trigana Air.
"Pesawat ini dibanderol dengan harga sekitar USD22-25 juta per unit," ungkap dia.
Ilham menjelaskan, pesawat ini tergolong kelas kecil karena walaupun mampu menempuh jarak maskimal hingga 1.000 Km, pesawat ini dikhusukan untuk jarak dekat di bawah 400 Km.
"Pesawat kecil sangat cocok untuk Indonesia yang belum memiliki sistem transportasi darat terpadu," katanya.
Menurutnya, moda transportasi ini terbilang lebih efektif karena waktu tempuh yang lebih cepat jika dibandingkan dengan mobil ataupun kereta api.
Dia mencontohkan waktu tempuh transportasi darat dari Surabaya ke Banyuwangi mencapai 8 jam. Sementara dengan menggunakan pesawat hanya 45 menit.
"Pesawat kecil juga sangat cocok untuk transportasi antar pulau. Pesawat untuk angkut orang, sedangkan kapal laut untuk barang," imbuhnya.
Selain memproduksi pesawat komersial, pihaknya juga berencana membuat pesawat untuk keperluan militer. Namun mungkin baru bisa terlaksana di atas 2020.
Menyinggung kemungkinan Initial Public Offering (IPO), dia mengaku bahwa RAI belum berencana melakukannya. Pasalnya, banyak instrumen keuangan yang bisa dipilih.
"Tapi soal mana yang cocok, jangan tanyakan ke saya karena saya buka ahli keuangan. Namun begitu, tidak menutup kemungkinan kami melantai di bursa saham," pungkas Ilham.
(izz)