Penurunan Harga Minyak Perkuat Ekonomi Jerman
A
A
A
BERLIN - Pemerintah Jerman memperkirakan rendahnya harga minyak mendorong pertumbuhan di negara ekonomi terbesar di Eropa tersebut antara 0,2% dan 0,3% pada tahun depan.
Majalah Der Spiegel mengungkapkan laporan itu kemarin mengutip memo Kementerian Ekonomi Jerman. Harga minyak turun sekitar 45% mencapai sekitar USD60 per barel sejak Juni. “Kementerian memperkirakan harga minyak tetap di level rendah dalam jangka panjang dan memperkirakan harga hanya akan naik sekitar USD80 per barel pada 2018,” ungkap laporan majalah Der Spiegel , dikutip kantor berita Reuters.
Memo itu juga menyebutkan, Jerman akan membayar sekitar 12 juta euro lebih sedikit untuk negara-negara penghasil minyak, dibandingkan pada 2014, sebanyak pengurangan 25%. Kementerian Ekonomi Jerman menolak berkomentar tentang laporan tersebut. Pemerintah Jerman memperkirakan ekonomi tumbuh 1,3% tahun depan setelah proyeksi pertumbuhan 1,2% tahun ini.
Organisasi negara-negara pengekspor minyak (OPEC) memperkirakan harga minyak dunia menguat antara USD70 dan USD80 per barel pada akhir tahun depan. Bulan lalu Jerman dan Prancis meluncurkan rencana reformasi ekonomi bersama. Dalam rencana itu, Paris akan membekukan gaji selama tiga tahun dan Berlin menaikkan investasi publik.
“Prancis akan membuat sejumlah kebijakan tenaga kerja baru, termasuk 35 jam kerja per pekan, fleksibilitas yang lebih besar di berbagai sektor, dan membekukan gaji selama tiga tahun untuk membuat perusahaan lebih kompetitif,” ungkap laporan Der Spiegel . Sesuai proposal itu, Jerman akan meningkatkan belanja infrastruktur hingga dua kali lipat menjadi USD25 miliar pada 2018 dan akan mengubah aturan imigrasi serta mendorong perempuan memasuki dunia kerja.
“Rencana untuk dua negara ekonomi terbesar di Eropa itu akan disajikan di Paris oleh Menteri Ekonomi Jerman Sigmar Gabriel dan Menteri Ekonomi Prancis Emmanuel Macron pada Kamis (27/11) mendatang,” demikian laporan Der Spiegel .
Proposal itu berdasarkan studi yang didukung pemerintah oleh Kepala Jacques Delors Institute Henrik Enderlein di Berlin dan Kepala Strategi Ekonomi Perdana Menteri Prancis Minister Manuel Valls, Jean Pisani-Ferry. Rencana itu akan dikompromikan antara Berlin dan Paris. Saat ini Jerman melakukan disiplin fiskal untuk merespons krisis ekonomi yang menerjang Uni Eropa.
Adapun Prancis sedang menghadapi tingginya pengangguran dan membengkaknya defisit anggaran serta mendorong untuk meningkatkan stimulus. Sementara ancaman makin meningkat untuk dapat memulihkan ekonomi Eropa yang terus melemah.
Syarifudin
Majalah Der Spiegel mengungkapkan laporan itu kemarin mengutip memo Kementerian Ekonomi Jerman. Harga minyak turun sekitar 45% mencapai sekitar USD60 per barel sejak Juni. “Kementerian memperkirakan harga minyak tetap di level rendah dalam jangka panjang dan memperkirakan harga hanya akan naik sekitar USD80 per barel pada 2018,” ungkap laporan majalah Der Spiegel , dikutip kantor berita Reuters.
Memo itu juga menyebutkan, Jerman akan membayar sekitar 12 juta euro lebih sedikit untuk negara-negara penghasil minyak, dibandingkan pada 2014, sebanyak pengurangan 25%. Kementerian Ekonomi Jerman menolak berkomentar tentang laporan tersebut. Pemerintah Jerman memperkirakan ekonomi tumbuh 1,3% tahun depan setelah proyeksi pertumbuhan 1,2% tahun ini.
Organisasi negara-negara pengekspor minyak (OPEC) memperkirakan harga minyak dunia menguat antara USD70 dan USD80 per barel pada akhir tahun depan. Bulan lalu Jerman dan Prancis meluncurkan rencana reformasi ekonomi bersama. Dalam rencana itu, Paris akan membekukan gaji selama tiga tahun dan Berlin menaikkan investasi publik.
“Prancis akan membuat sejumlah kebijakan tenaga kerja baru, termasuk 35 jam kerja per pekan, fleksibilitas yang lebih besar di berbagai sektor, dan membekukan gaji selama tiga tahun untuk membuat perusahaan lebih kompetitif,” ungkap laporan Der Spiegel . Sesuai proposal itu, Jerman akan meningkatkan belanja infrastruktur hingga dua kali lipat menjadi USD25 miliar pada 2018 dan akan mengubah aturan imigrasi serta mendorong perempuan memasuki dunia kerja.
“Rencana untuk dua negara ekonomi terbesar di Eropa itu akan disajikan di Paris oleh Menteri Ekonomi Jerman Sigmar Gabriel dan Menteri Ekonomi Prancis Emmanuel Macron pada Kamis (27/11) mendatang,” demikian laporan Der Spiegel .
Proposal itu berdasarkan studi yang didukung pemerintah oleh Kepala Jacques Delors Institute Henrik Enderlein di Berlin dan Kepala Strategi Ekonomi Perdana Menteri Prancis Minister Manuel Valls, Jean Pisani-Ferry. Rencana itu akan dikompromikan antara Berlin dan Paris. Saat ini Jerman melakukan disiplin fiskal untuk merespons krisis ekonomi yang menerjang Uni Eropa.
Adapun Prancis sedang menghadapi tingginya pengangguran dan membengkaknya defisit anggaran serta mendorong untuk meningkatkan stimulus. Sementara ancaman makin meningkat untuk dapat memulihkan ekonomi Eropa yang terus melemah.
Syarifudin
(ars)