Penurunan Harga BBM Dinilai Hanya Pencitraan Pemerintah
A
A
A
JAKARTA - Langkah pemerintah untuk kembali menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi dinilai hanya pencitraan.
Wakil Ketua Komisi VI DPR Azam Azman Natawijana menuturkan, keputusan pemerintah yang kerap menaikturunkan harga BBM subsidi hanya langkah pencitraan, dengan dalih untuk pembangunan infrastruktur.
"Artinya, tampak bahwa waktu menaikkan kemarin pemerintah hanya pencitraan. Padahal jelas di Undang-undang (UU), dan asumsi parameter di APBN tidak mendukung itu (naikkan harga BBM)," ujarnya kepada Sindonews, Rabu (31/12/2014).
Menurutnya, pemerintah seolah berjaga dengan tameng bahwa pengurangan subsidi untuk dialihkan kepada pembangunan infrastruktur. Akhirnya, baru sebulan harga BBM subsidi dinaikkan, pemerintah kini kembali menurunkannya.
"Jadi, pengambilan keputusan yang gegabah, tidak mempertimbangkan faktor dan parameter. Pemerintah malu sendiri. Jadi apa artinya, baru sekian bulan sudah naik turun. Tidak mempertimbangkan dengan cermat, itu tidak bagus," tutur dia.
Seperti diberitakan sebelumnya, pemerintah melalui Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said mengumumkan penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi jenis premium atau RON 88 menjadi Rp7.600/liter dari Rp8.500/liter.
Sementara solar diturunkan dari sebelumnya Rp7.500/liter menjadi Rp7.250/liter, serta minyak tanah (kerosene) menjadi Rp2.500/liter.
(Baca: Pemerintah Cabut Subsidi BBM Premium)
Wakil Ketua Komisi VI DPR Azam Azman Natawijana menuturkan, keputusan pemerintah yang kerap menaikturunkan harga BBM subsidi hanya langkah pencitraan, dengan dalih untuk pembangunan infrastruktur.
"Artinya, tampak bahwa waktu menaikkan kemarin pemerintah hanya pencitraan. Padahal jelas di Undang-undang (UU), dan asumsi parameter di APBN tidak mendukung itu (naikkan harga BBM)," ujarnya kepada Sindonews, Rabu (31/12/2014).
Menurutnya, pemerintah seolah berjaga dengan tameng bahwa pengurangan subsidi untuk dialihkan kepada pembangunan infrastruktur. Akhirnya, baru sebulan harga BBM subsidi dinaikkan, pemerintah kini kembali menurunkannya.
"Jadi, pengambilan keputusan yang gegabah, tidak mempertimbangkan faktor dan parameter. Pemerintah malu sendiri. Jadi apa artinya, baru sekian bulan sudah naik turun. Tidak mempertimbangkan dengan cermat, itu tidak bagus," tutur dia.
Seperti diberitakan sebelumnya, pemerintah melalui Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said mengumumkan penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi jenis premium atau RON 88 menjadi Rp7.600/liter dari Rp8.500/liter.
Sementara solar diturunkan dari sebelumnya Rp7.500/liter menjadi Rp7.250/liter, serta minyak tanah (kerosene) menjadi Rp2.500/liter.
(Baca: Pemerintah Cabut Subsidi BBM Premium)
(izz)