Ekonomi Lemah, Belanja Teknologi Suram
A
A
A
LAS VEGAS - Outlook belanja teknologi global suram setelah mengalami pertumbuhan yang hampir flat pada 2014.
Perekonomian global yang masih lemah mengakibatkan proyeksi output belanja teknologi semakin sulit. Data yang dirilis dalam International Consumer Electronics Show di Las Vegas itu menunjukkan pertumbuhan belanja teknologi global hanya 1% pada 2014 sebesar USD1,024 triliun. Analis Consumer Electronics Association (CEA) Steve Koenig menyatakan, kondisi ekonomi dunia memaksa mereka menunda proyeksi untuk 2015.
“Kami memiliki gambaran belanja teknologi global yang sangat beragam,” ungkapnya, dikutip kantor berita AFP. Pasar digerakkan oleh permintaan yang kuat untuk produk baru seperti tablet dan smartphone di negara-negara berkembang di Asia dan Amerika Utara. “Gambaran itu dibayangi stagnasi ekonomi di zona euro dan Jepang, serta lemahnya proyeksi di negara-negara berkembang seperti Brasil,” tutur Koenig.
Rusia juga sedang menghadapi sanksi ekonomi yang dapat mengurangi belanja teknologi. Asosiasi itu memprediksi penurunan belanja teknologi hingga 5% di Eropa dan Amerika Latin, serta tetap tidak jelas apakah negara-negara lain di dunia akan mengalami hal yang sama. Koenig mengungkapkan, penjualan smartphone dan tablet tumbuh di level yang sehat di China dan negara-negara berkembang lainnya. Permintaan untuk televisi baru didorong oleh siklus peningkatan menuju layar definisi tinggi.
Pada saat bersamaan, belanja dibatasi oleh penurunan harga untuk perangkat mobile baru. “Banjir perangkat murah telah terjadi di pasar,” ujarnya, menyebut dominasi produsen smartphone asal China seperti Xiaomi yang naik ke peringkat manufaktur besar. Proyeksi CEA untuk penjualan smartphone tumbuh 19% tahun ini menjadi USD1,5 miliar unit, tapi pendapatan diperkirakan tumbuh hanya 9% menjadi USD406,7 miliar saat harga turun.
“Di sektor tablet, pertumbuhan unit diperkirakan mencapai 20% pada 2015 tapi pendapatan akan turun sekitar 8% menjadi USD61,9 miliar,” kata Koenig saat mengumumkan proyeksinya. Sebelumnya dilaporkan, raksasa komputer China, Lenovo, melampaui proyeksi dengan mengumumkan peningkatan laba bersih 19% pada periode Juli-September.
Produsen komputer pribadi (personal computer /PC) terbesar di dunia itu melaporkan laba USD262 juta pada periode tersebut. “Pendapatan untuk kuartal itu juga naik 7% menjadi USD10,5 miliar, meskipun itu di bawah proyeksi,” papar pernyataanLenovo, dikutipBBC.
Pada Oktober, Lenovo menyelesaikan akuisisi divisi Motorola Mobility dari Google, yang memberikan kontrol atas unit Moto dan handset merek Droid, serta 3.500 pegawai baru, termasuk 2.800 pegawai di Amerika Serikat (AS). “Akuisisi merek Motorola dan portofolio smartphone inovatif Motorola seperti Moto X, Moto G, Moto E dan seri DROIDTM, memosisikan Lenovo sebagai produsen smartphone terbesar ketiga dunia,” ungkap Lenovo.
Lenovo juga membeli bisnis server low-end IBM pada awal tahun 2014. Perusahaan yang berbasis di Beijing itu menjadi produsen PC terlaris di dunia setelah mengambil alih bisnis PC milik IBM pada 2005.
Syarifudin
Perekonomian global yang masih lemah mengakibatkan proyeksi output belanja teknologi semakin sulit. Data yang dirilis dalam International Consumer Electronics Show di Las Vegas itu menunjukkan pertumbuhan belanja teknologi global hanya 1% pada 2014 sebesar USD1,024 triliun. Analis Consumer Electronics Association (CEA) Steve Koenig menyatakan, kondisi ekonomi dunia memaksa mereka menunda proyeksi untuk 2015.
“Kami memiliki gambaran belanja teknologi global yang sangat beragam,” ungkapnya, dikutip kantor berita AFP. Pasar digerakkan oleh permintaan yang kuat untuk produk baru seperti tablet dan smartphone di negara-negara berkembang di Asia dan Amerika Utara. “Gambaran itu dibayangi stagnasi ekonomi di zona euro dan Jepang, serta lemahnya proyeksi di negara-negara berkembang seperti Brasil,” tutur Koenig.
Rusia juga sedang menghadapi sanksi ekonomi yang dapat mengurangi belanja teknologi. Asosiasi itu memprediksi penurunan belanja teknologi hingga 5% di Eropa dan Amerika Latin, serta tetap tidak jelas apakah negara-negara lain di dunia akan mengalami hal yang sama. Koenig mengungkapkan, penjualan smartphone dan tablet tumbuh di level yang sehat di China dan negara-negara berkembang lainnya. Permintaan untuk televisi baru didorong oleh siklus peningkatan menuju layar definisi tinggi.
Pada saat bersamaan, belanja dibatasi oleh penurunan harga untuk perangkat mobile baru. “Banjir perangkat murah telah terjadi di pasar,” ujarnya, menyebut dominasi produsen smartphone asal China seperti Xiaomi yang naik ke peringkat manufaktur besar. Proyeksi CEA untuk penjualan smartphone tumbuh 19% tahun ini menjadi USD1,5 miliar unit, tapi pendapatan diperkirakan tumbuh hanya 9% menjadi USD406,7 miliar saat harga turun.
“Di sektor tablet, pertumbuhan unit diperkirakan mencapai 20% pada 2015 tapi pendapatan akan turun sekitar 8% menjadi USD61,9 miliar,” kata Koenig saat mengumumkan proyeksinya. Sebelumnya dilaporkan, raksasa komputer China, Lenovo, melampaui proyeksi dengan mengumumkan peningkatan laba bersih 19% pada periode Juli-September.
Produsen komputer pribadi (personal computer /PC) terbesar di dunia itu melaporkan laba USD262 juta pada periode tersebut. “Pendapatan untuk kuartal itu juga naik 7% menjadi USD10,5 miliar, meskipun itu di bawah proyeksi,” papar pernyataanLenovo, dikutipBBC.
Pada Oktober, Lenovo menyelesaikan akuisisi divisi Motorola Mobility dari Google, yang memberikan kontrol atas unit Moto dan handset merek Droid, serta 3.500 pegawai baru, termasuk 2.800 pegawai di Amerika Serikat (AS). “Akuisisi merek Motorola dan portofolio smartphone inovatif Motorola seperti Moto X, Moto G, Moto E dan seri DROIDTM, memosisikan Lenovo sebagai produsen smartphone terbesar ketiga dunia,” ungkap Lenovo.
Lenovo juga membeli bisnis server low-end IBM pada awal tahun 2014. Perusahaan yang berbasis di Beijing itu menjadi produsen PC terlaris di dunia setelah mengambil alih bisnis PC milik IBM pada 2005.
Syarifudin
(ars)