Freeport Finalisasi Lokasi Smelter
A
A
A
JAKARTA - PT Freeport Indonesia menegaskan lokasi pabrik pengolahan dan pemurnian mineral (smelter) di Gresik, Jawa Timur, dalam tahap finalisasi.
Rencananya dua pekan ke depan atau pekan ketiga Januari ini sudah ada kepastian. Presiden Direktur Freeport Indonesia Rozik B Sutjipto mengatakan lokasi smelter yang akan dipilihnya dekat dengan PT Petrokimia Gresik. Namun, hal tersebut masih dirundingkan dengan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
“Kalau jadi di lahan Petro benar demikian, karena deal-nya dengan BUMN,” kata Rozik di Jakarta kemarin. Dia menjelaskan perseroan tidak bisa membeli lahan tersebut lantaran milik BUMN. Karena itu, perusahaannya terus melakukan pembahasan bersama Kementerian BUMN, akan tetapi Rozik enggan menjelaskan lebih lanjut mengenai pembahasan yang dimaksud.
“BUMN tidak bisa jual aset negara. Pembicaraan belum final,” kilahnya. Roziq mengatakan, pemilihan lokasi smelter dilakukan bersama antara Freeport McMoran Copper & Gold Inc dan Freeport Indonesia. Tim gabungan itu mengkaji tiga lokasi di Gresik, yakni sekitar pabrik Petrokimia Gresik, sekitar Pelindo- Aneka Kimia Raya dan Sedayu.
Adapun kajian lokasi smelter mempertimbangkan beberapa unsur pendukung seperti ketersediaan pasokan listrik, infrastruktur penunjang seperti pelabuhan serta keberadaan pabrik petrokimia untuk menyerap asam sulfat yang dihasilkan smelter. “Keputusan final baru akan ditentukan di Minggu kedua atau ketiga Januari ini,” katanya. Rozig juga menegaskan bahwa pembangunan smelter ini tidak berdampak signifikan terhadap penambahan investasi. Smelter yang berlokasi di Gresik, Jawa Timur, ini menelan investasi sekitar USD2,3 miliar.
“Investasi hampir sama karena teknologi berbeda,” ujarnya. Direktur Pembinaan dan Pengusahaan Mineral Kementerian ESDM Edi Prasodjo mengatakan Freeport sudah menentukan lokasi pabrik pengolahan dan pemurnian mineral di dalam negeri, namun Freeport tidak membeli lahan tersebut. Lokasi smelter itu berada di dekat PT Petrokimia Gresik.
“Freeport sudah tentukan lokasi di dekat Petrokimia Gresik. Mereka enggak beli tanah, tapi sudah ada kerja sama dengan pemilik tanah,” kata Edi. Meski demikian, Edi enggan membeberkan lebih lanjut mengenai bentuk kerja sama itu. Edy juga tidak membeberkan luas lahan yang akan didirikan smelter.
“Saya akan cek dulu ke tim ya. Yang jelas mereka sudah ada lokasi, di Petrokimia Gresik,” ujarnya. Sebelumnya, Direktur JenderalMineraldanBatubaraKementerian ESDM Sukhyar mengatakan akan mencabut izin ekspor PT Freeport Indonesia jika perusahaan Amerika Serikat ini tidak segera membangun smelter mineral hasil tambangnya.
Pemerintah memberikan batas waktu paling lambat 26 Januari 2015 kepada Freeport untuk mulai membangun fasilitas tersebut. “Setidaknya ada progres dulu. Bila pada Januari tidak ada kemajuan, surat izin ekspor tidak diperpanjang,” ancamnya.
Sebagaimana diketahui, Freeport telah menyampaikan kepada Kementerian ESDM mengenai perubahan kapasitas smelter yang dibangun. Pasalnya Freeport memiliki rekanan baru, yakni Mitsubishi– semula Freeport bekerja sama dengan Outotech.
Nanang wijayanto
Rencananya dua pekan ke depan atau pekan ketiga Januari ini sudah ada kepastian. Presiden Direktur Freeport Indonesia Rozik B Sutjipto mengatakan lokasi smelter yang akan dipilihnya dekat dengan PT Petrokimia Gresik. Namun, hal tersebut masih dirundingkan dengan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
“Kalau jadi di lahan Petro benar demikian, karena deal-nya dengan BUMN,” kata Rozik di Jakarta kemarin. Dia menjelaskan perseroan tidak bisa membeli lahan tersebut lantaran milik BUMN. Karena itu, perusahaannya terus melakukan pembahasan bersama Kementerian BUMN, akan tetapi Rozik enggan menjelaskan lebih lanjut mengenai pembahasan yang dimaksud.
“BUMN tidak bisa jual aset negara. Pembicaraan belum final,” kilahnya. Roziq mengatakan, pemilihan lokasi smelter dilakukan bersama antara Freeport McMoran Copper & Gold Inc dan Freeport Indonesia. Tim gabungan itu mengkaji tiga lokasi di Gresik, yakni sekitar pabrik Petrokimia Gresik, sekitar Pelindo- Aneka Kimia Raya dan Sedayu.
Adapun kajian lokasi smelter mempertimbangkan beberapa unsur pendukung seperti ketersediaan pasokan listrik, infrastruktur penunjang seperti pelabuhan serta keberadaan pabrik petrokimia untuk menyerap asam sulfat yang dihasilkan smelter. “Keputusan final baru akan ditentukan di Minggu kedua atau ketiga Januari ini,” katanya. Rozig juga menegaskan bahwa pembangunan smelter ini tidak berdampak signifikan terhadap penambahan investasi. Smelter yang berlokasi di Gresik, Jawa Timur, ini menelan investasi sekitar USD2,3 miliar.
“Investasi hampir sama karena teknologi berbeda,” ujarnya. Direktur Pembinaan dan Pengusahaan Mineral Kementerian ESDM Edi Prasodjo mengatakan Freeport sudah menentukan lokasi pabrik pengolahan dan pemurnian mineral di dalam negeri, namun Freeport tidak membeli lahan tersebut. Lokasi smelter itu berada di dekat PT Petrokimia Gresik.
“Freeport sudah tentukan lokasi di dekat Petrokimia Gresik. Mereka enggak beli tanah, tapi sudah ada kerja sama dengan pemilik tanah,” kata Edi. Meski demikian, Edi enggan membeberkan lebih lanjut mengenai bentuk kerja sama itu. Edy juga tidak membeberkan luas lahan yang akan didirikan smelter.
“Saya akan cek dulu ke tim ya. Yang jelas mereka sudah ada lokasi, di Petrokimia Gresik,” ujarnya. Sebelumnya, Direktur JenderalMineraldanBatubaraKementerian ESDM Sukhyar mengatakan akan mencabut izin ekspor PT Freeport Indonesia jika perusahaan Amerika Serikat ini tidak segera membangun smelter mineral hasil tambangnya.
Pemerintah memberikan batas waktu paling lambat 26 Januari 2015 kepada Freeport untuk mulai membangun fasilitas tersebut. “Setidaknya ada progres dulu. Bila pada Januari tidak ada kemajuan, surat izin ekspor tidak diperpanjang,” ancamnya.
Sebagaimana diketahui, Freeport telah menyampaikan kepada Kementerian ESDM mengenai perubahan kapasitas smelter yang dibangun. Pasalnya Freeport memiliki rekanan baru, yakni Mitsubishi– semula Freeport bekerja sama dengan Outotech.
Nanang wijayanto
(ars)