Inflasi Inggris Terendah sejak Mei 2000

Rabu, 14 Januari 2015 - 13:06 WIB
Inflasi Inggris Terendah sejak Mei 2000
Inflasi Inggris Terendah sejak Mei 2000
A A A
LONDON - Indeks harga konsumen di Inggris pada Desember tahun lalu hanya sebesar 0,5%. Ini adalah level terendah sejak Mei 2000. Indeks harga konsumen yang merupakan acuan inflasi tersebut diperkirakan terus turun sehingga memberikan kepada bank sentral untuk menurunkan suku bunga acuan.

“Dibandingkan dengan November yang mencapai 1%, inflasi bulan lalu memang lebih rendah,” ujar Kantor Statistik Nasional Inggris (ONS) dalam pernyataan resminya dikutip AFP kemarin. Menurut ONS, inflasi di Negeri Ratu Elizabeth itu sejalan dengan turunnya hargaharga komoditas dunia seperti minyak mentah. Level inflasi Inggris pada Desember juga lebih rendah dibanding perkiraan analis yang memprediksi di kisaran 0,7%.

Data inflasi tersebut membuat nilai tukar mata uang poundsterling terhadap dolar AS turun ke level terendah dalam 18 bulan. Pemicu inflasi di Inggris lebih pada faktor keengganan konsumen dalam berbelanja kendati harga harga-harga ritel di negara itu melemah. Hal ini karena konsumen Inggris kehilangan daya beli setelah bertahun- tahun tidak mendapatkan pertumbuhan upah yang sesuai harapan. Menurut ONS, faktor utama penyebab rendahnya inflasi adalah turunnya harga bensin dan tagihan listrik, dibanding bulan sebelumnya.

Sejumlah ekonom menyatakan bahwa kondisi tersebut bisa saja menyebabkan deflasi berkelanjutan meski tidak akan seperti yang terjadi di Jepang. “Namun, kami meragukan inflasi telah mencapai titik terendah,” ujar Paul Hollingsworth, ekonom Capital Economics. Dia bahkan memperkirakan inflasi untuk bulan ini bisa mencapai 0,2%, atau bahkan negatif.

Namun, survei firma riset Britons menyatakan konsumen Inggris saat ini hanya menunda pembelian sehingga inflasi di negara itu akan bisa mencapai level 2% sesuai target Bank Sentral Inggris. GubernurBankSentralInggris Mark Carney bulan lalu menjelaskan, jatuhnya harga minyak merupakan jalan bagi yang baik bagi perekonomian Inggris. Menurutnya, harga minyak yang rendah hanya akan berdampak jangka pendekpada inflasi.

Di bagian lain, Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (Organisation for Economic Co-operation and Development/OECD) menyatakan, indikator-indikator saat ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi stabil terjadi di sebagian besar ekonomi-ekonomi utama pada kuartal mendatang, termasuk di zona euro. “Momentum pertumbuhan stabil diantisipasi untuk Amerika Serikat dan Kanada,” ujar OECD.

Hanya, ujar lembaga itu, aktivitas ekonomi secara keseluruhan di negara-negara anggota OECD berlainan bergantung pada kondisi dalam negerinya. OECD memberikan perhatian khusus pada perubahan positif yang terjadi di Jepang. Namun di sisi lain, Jerman dianggap masih akan diperkirakan cenderung melambat.

Yanto kusdiantono
(bbg)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5579 seconds (0.1#10.140)