Susi Endus Kelicikan Pemilik Kapal Asing
A
A
A
JAKARTA - Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengendus adanya kelicikan yang dilakukan pemilik kapal asing saat izin tangkapnya dimoratorium.
Dia mengatakan, pengusaha tersebut saat ini lebih memilih untuk memarkirkan atau docking kapal mereka, sambil menunggu moratorium izin kapal baru dicabut.
"Sekarang ramai kapal tangkapan sama docking. Saya tahu mereka itu pura-pura sambil nunggu moratorium. Nunggu moratorium habis, paling mereka lupa. Akalnya banyak mereka, saya juga tidak akan lupa mereka dan moratorium," kisahnya di Kantor Kemendag, Jakarta, Selasa (27/1/2015).
Dia berjanji, pihaknya tidak akan lagi sembarangan memberi izin kepada kapal penangkap ikan di Indonesia, kendati nantinya moratorium telah dicabut agar sumber daya laut yang ada di Tanah Air tetap terjaga.
"Target kita agar masyarakat Indonesia mudah dapat kakap, bawal putih. Jangan lagi ikan ikan ini jadi barang mewah," imbuh dia.
Susi menyebut, penangkapan liar dan ekspor yang tidak terlapor membuat jumlah ikan menjadi sedikit di laut. Akibatnya, harga ikan pun meroket dan tidak terjangkau masyarakat.
"Walaupun orang elit Jakarta mampu beli bawal putih, tapi itu mahal dan ukuran tipis, kalau ekspor murah. Di sini, ikan bawal putih Rp1 juta per kg, siapa yang mau makan? Kalau ekspor orang luar negeri cuma beli separuh kita, itu Rp500 ribu per kg," tandasnya.
Dia mengatakan, pengusaha tersebut saat ini lebih memilih untuk memarkirkan atau docking kapal mereka, sambil menunggu moratorium izin kapal baru dicabut.
"Sekarang ramai kapal tangkapan sama docking. Saya tahu mereka itu pura-pura sambil nunggu moratorium. Nunggu moratorium habis, paling mereka lupa. Akalnya banyak mereka, saya juga tidak akan lupa mereka dan moratorium," kisahnya di Kantor Kemendag, Jakarta, Selasa (27/1/2015).
Dia berjanji, pihaknya tidak akan lagi sembarangan memberi izin kepada kapal penangkap ikan di Indonesia, kendati nantinya moratorium telah dicabut agar sumber daya laut yang ada di Tanah Air tetap terjaga.
"Target kita agar masyarakat Indonesia mudah dapat kakap, bawal putih. Jangan lagi ikan ikan ini jadi barang mewah," imbuh dia.
Susi menyebut, penangkapan liar dan ekspor yang tidak terlapor membuat jumlah ikan menjadi sedikit di laut. Akibatnya, harga ikan pun meroket dan tidak terjangkau masyarakat.
"Walaupun orang elit Jakarta mampu beli bawal putih, tapi itu mahal dan ukuran tipis, kalau ekspor murah. Di sini, ikan bawal putih Rp1 juta per kg, siapa yang mau makan? Kalau ekspor orang luar negeri cuma beli separuh kita, itu Rp500 ribu per kg," tandasnya.
(rna)