Reformasi Struktural Perbaiki Defisit Transaksi Berjalan
A
A
A
JAKARTA - Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo mengatakan, reformasi struktural akan dapat memperbaiki defisit transaksi berjalan.
Pihaknya berharap, reformasi struktural mampu meningkatkan kapasitas produksi barang-barang ekspor agar memiliki nilai tambah.
Menurutnya, dengan hal ini, defisit transaksi berjalan dapat ditekan akibat dorongan dari surplus perdagangan.
"Bank Indonesia memperkirakan bahwa current account deficit (CAD) pada 2015 ini akan berada di kisaran 2,5%-3%, dan memastikan bahwa defisit transaksi berjalan akan lebih rendah dibanding tahun lalu," ujarnya dalam Mandiri Investment Forum 2015 di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, Selasa (27/1/2015).
Agus mengimbau untuk terus mengoptimalisasi sejumlah program reformasi struktural karena akan mampu mendorong target pertumbuhan ekonomi tahun ini.
"Pertumbuhan ekonomi 2015 sesuai yang diasumsikan BI berkisar 5,4%-5,8% dengan tingkat inflasi 4% plus minus 1%," jelasnya.
Sedangkan untuk tren perlambatan ekonomi dunia, Agus mengatakan harus segera direspons pemerintah dengan fokus menyelesaikan berbagai tantangan di dalam negeri.
"Kalau perlambatan ekonomi di dalam negeri dipicu lemahnya struktur industri nasional," pungkasnya.
Pihaknya berharap, reformasi struktural mampu meningkatkan kapasitas produksi barang-barang ekspor agar memiliki nilai tambah.
Menurutnya, dengan hal ini, defisit transaksi berjalan dapat ditekan akibat dorongan dari surplus perdagangan.
"Bank Indonesia memperkirakan bahwa current account deficit (CAD) pada 2015 ini akan berada di kisaran 2,5%-3%, dan memastikan bahwa defisit transaksi berjalan akan lebih rendah dibanding tahun lalu," ujarnya dalam Mandiri Investment Forum 2015 di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, Selasa (27/1/2015).
Agus mengimbau untuk terus mengoptimalisasi sejumlah program reformasi struktural karena akan mampu mendorong target pertumbuhan ekonomi tahun ini.
"Pertumbuhan ekonomi 2015 sesuai yang diasumsikan BI berkisar 5,4%-5,8% dengan tingkat inflasi 4% plus minus 1%," jelasnya.
Sedangkan untuk tren perlambatan ekonomi dunia, Agus mengatakan harus segera direspons pemerintah dengan fokus menyelesaikan berbagai tantangan di dalam negeri.
"Kalau perlambatan ekonomi di dalam negeri dipicu lemahnya struktur industri nasional," pungkasnya.
(izz)