Pemerintah Diminta Tidak Paksa Bank BUMN Merger
A
A
A
JAKARTA - Ketua Umum Himpunan Bank-bank Milik Negara (Himbara) Gatot Suwondo menegaskan, sebaiknya pemerintah tidak memaksa emapt bank BUMN untuk melakukan merger atau membentuk holding.
Karena, hal tersebut akan menguras waktu dan tenaga. Di sisi lain, pada kesempatan yang sama akan membuat bank asing mengambil pasar bank BUMN.
"Banyak hal yang harus di pertimbangkan sebelum marger. Kenapa rencana merger dikeluarkan saat keempatnya sedang untung?" kata Gatot di Kantor Pusat BNI, Jakarta, Kamis, (29/1/2015).
Gatot menyarankan, yang perlu di pertimbangkan lantaran keempat bank BUMN merupakan perusahaan terbuka. Sehingga tidak mungkin mengabaikan pemilik saham minoritas.
"Investor keempat bank BUMN itu ada yang investor institusi dan ritel yang mengharapkan setiap Rp1 yang ditanamkan, maka seminggu kemudian akan menjadi Rp5," jelasnya.
Selain itu, dengan adanya merger maka akan ada bank BUMB yang diakuisisi dan mengakusisisi.
"Umumnya, jika bank yang diakuisisi nilai sahamnya akan naik. Sedangkan bank yang melakukan akuisisi akan mengalami penurunan harga. Kondisi demikian menjadi tidak nyaman bagi investor," pungkasnya.
Karena, hal tersebut akan menguras waktu dan tenaga. Di sisi lain, pada kesempatan yang sama akan membuat bank asing mengambil pasar bank BUMN.
"Banyak hal yang harus di pertimbangkan sebelum marger. Kenapa rencana merger dikeluarkan saat keempatnya sedang untung?" kata Gatot di Kantor Pusat BNI, Jakarta, Kamis, (29/1/2015).
Gatot menyarankan, yang perlu di pertimbangkan lantaran keempat bank BUMN merupakan perusahaan terbuka. Sehingga tidak mungkin mengabaikan pemilik saham minoritas.
"Investor keempat bank BUMN itu ada yang investor institusi dan ritel yang mengharapkan setiap Rp1 yang ditanamkan, maka seminggu kemudian akan menjadi Rp5," jelasnya.
Selain itu, dengan adanya merger maka akan ada bank BUMB yang diakuisisi dan mengakusisisi.
"Umumnya, jika bank yang diakuisisi nilai sahamnya akan naik. Sedangkan bank yang melakukan akuisisi akan mengalami penurunan harga. Kondisi demikian menjadi tidak nyaman bagi investor," pungkasnya.
(izz)