Pertamina Kaji Ulang Alokasi Belanja Modal Hulu-Hilir
A
A
A
JAKARTA - PT Pertamina (Persero) akan mengkaji kembali belanja modal di sektor hulu dan hilir, seiring merosotnya harga minyak mentah dunia.
"Awal Februari kami siapkan revisi belanja 2015. Ke depan (pembagian) jadi 50:50 antara hulu dan hilir," kata Direktur Utama PT Pertamina Dwi Soetjipto di Jakarta, Jumat (30/1/2015).
Dia mengatakan, Pertamina akan memangkas alokasi anggaran di sektor hulu yang saat ini mencapai USD5 miliar sampai USD7 miliar menjadi USD3 miliar sampai USD5 miliar, untuk dialihkan ke sektor hilir.
Saat ini, alokasi anggaran di sektor hulu mencapai 70%, sedangkan di hilir hanya 30% dari seluruh total belanja modal.
Dia mengatakan, peningkatan belanja modal di sektor hilir ditujukan untuk meningkatkan infrastruktur seperti kilang bahan bakar minyak (BBM).
Salah satu fokus Pertamina adalah memgembangkan program kilang BBM Refining Development Master Plan Program (RDMP). Selain itu, juga akan mengembangkan kilang baru dengan program New Grass Road.
Diperkirakan pembangunan di sektor hilir ini merogoh kocek hingga USD25 miliar, dengan estimasi 10 tahun ke depan. Program ini di antaranya peningkatan Kilang Balongan, Cilacap, Balikpapan, Dumai, dan Plaju.
Melalui RDMP ini, lanjut dia, Pertamina dapat meningkatkan kapasitas pengolahan minyak mentah dari saat ini 820.000 barel per hari (bph) menjadi 1,68 juta bph.
Selain itu, kemampuan pengolahan kilang yang sebelumnya didominasi untuk memproduksi BBM dengan jenis RON 88 atau jenis premium ditingkatkan menjadi RON 92.
Dwi meyakini, peralihan alokasi belanja modal ini tidak mengganggu kegiatan bisnis sektor hulu. Padahal dalam waktu dekat Pertamina akan diberi mandat untuk mengelola Blok Mahakam, Kalimantan Timur. "Tidak menggangu investasi di hilir," pungkasnya.
"Awal Februari kami siapkan revisi belanja 2015. Ke depan (pembagian) jadi 50:50 antara hulu dan hilir," kata Direktur Utama PT Pertamina Dwi Soetjipto di Jakarta, Jumat (30/1/2015).
Dia mengatakan, Pertamina akan memangkas alokasi anggaran di sektor hulu yang saat ini mencapai USD5 miliar sampai USD7 miliar menjadi USD3 miliar sampai USD5 miliar, untuk dialihkan ke sektor hilir.
Saat ini, alokasi anggaran di sektor hulu mencapai 70%, sedangkan di hilir hanya 30% dari seluruh total belanja modal.
Dia mengatakan, peningkatan belanja modal di sektor hilir ditujukan untuk meningkatkan infrastruktur seperti kilang bahan bakar minyak (BBM).
Salah satu fokus Pertamina adalah memgembangkan program kilang BBM Refining Development Master Plan Program (RDMP). Selain itu, juga akan mengembangkan kilang baru dengan program New Grass Road.
Diperkirakan pembangunan di sektor hilir ini merogoh kocek hingga USD25 miliar, dengan estimasi 10 tahun ke depan. Program ini di antaranya peningkatan Kilang Balongan, Cilacap, Balikpapan, Dumai, dan Plaju.
Melalui RDMP ini, lanjut dia, Pertamina dapat meningkatkan kapasitas pengolahan minyak mentah dari saat ini 820.000 barel per hari (bph) menjadi 1,68 juta bph.
Selain itu, kemampuan pengolahan kilang yang sebelumnya didominasi untuk memproduksi BBM dengan jenis RON 88 atau jenis premium ditingkatkan menjadi RON 92.
Dwi meyakini, peralihan alokasi belanja modal ini tidak mengganggu kegiatan bisnis sektor hulu. Padahal dalam waktu dekat Pertamina akan diberi mandat untuk mengelola Blok Mahakam, Kalimantan Timur. "Tidak menggangu investasi di hilir," pungkasnya.
(izz)