Yunani Upayakan Renegosiasi Utang

Selasa, 03 Februari 2015 - 14:32 WIB
Yunani Upayakan Renegosiasi Utang
Yunani Upayakan Renegosiasi Utang
A A A
LONDON - Menteri Keuangan Yunani Yanis Varoufakis kemarin bertemu Menteri Keuangan Inggris George Osborne untuk meminta dukungan renegosiasi dana talangan (bailout) USD270 miliar.

Upaya renegosiasi utang itu ditentang keras oleh Jerman. Pertemuan itu dilakukan setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama memperingatkan, memberlakukan program penghematan yang ketat terhadap Yunani dapat merugikan para kreditor. “Anda tidak dapat menekan negaranegara yang sedang depresi. Pada beberapa poin, perlu strategi pertumbuhan bagi mereka untuk membayar utangnya agar mengurangi sejumlah defisit,” kata Obama pada “Fareed Zakaria GPS” di CNN, dikutip kantor berita AFP.

Pemerintahan baru Yunani yang antipenghematan menolak bekerja sama dengan para pengawas bailout internasional terkait reformasi fiskal yang sangat berat. Sebaliknya, Varoufakis menginginkan akses langsung pada tiga kreditor Yunani yakni Dana Moneter Internasional (IMF), Uni Eropa (UE), dan Bank Sentral Eropa (ECB). Pertemuannya di London dilakukan setelah singgah di Paris pada Minggu (1/2) lalu.

Saat itu dia mengatakan, dia ingin mencapai kesepakatan utang baru dalam beberapa bulan untuk mengakhiri kecanduan utang yang dialami negaranya. Varoufakis juga menjelaskan, Yunani tidak menginginkan utang baru 7,2 miliar euro dari trio kreditor tersebut. “Ini bukan berarti kami tidak ingin uang, kami putus asa. Pemerintahan ini ingin mengakhiri kecanduan ini,” ujarnya.

Dia menambahkan, Yunani tidak ingin terus menerus berutang. Rencana merevisi kesepakatan utang itu ditentang oleh Jerman. Varoufakis menegaskan, jika Yunani dapat menyelesaikan proposal pada akhir bulan, diharapkan kesepakatan dengan mitra internasional akan tercapai enam pekan kemudian. “Akan sangat bijaksana memiliki kontrak baru dengan Yunani dan semua negara pada akhir Mei,” katanya.

Varoufakis meminta waktu untuk mengajukan solusi realistik yang akan dilihat pihak lain sebagai sesuatu yang menguntungkan bagi Eropa. Pernyataan itu diungkapkan setelah Perdana Menteri Yunani Alexis Tsipras berupaya menenangkan pasar dengan mengatakan dia tidak ingin menentang komitmen pada UE dan IMF.

“Tidak pernah menjadi niat kami untuk bertindak secara sepihak atas utang Yunani,” ujarnya. Meski demikian, dia menjelaskan, Yunani memerlukan lebih banyak kelonggaran untuk mengatasi berbagai akar masalah dalam perekonomian seperti pengelakan pajak, korupsi, dan beragam kebijakan yang menguntungkan kelompok kaya.

“Kami perlu waktu untuk bernapas dan menciptakan program pemulihan jangka menengah kami sendiri,” tutur Tsipras yang akan mengunjungi Cyprus dalam perjalanan luar negeri pertama sejak memenangkan pemilu. Tsipras juga telah menghubungi Kepala ECB Mario Draghi pada Sabtu (31/1), mengagendakan pertemuan dengan Perdana Menteri (PM) Italia Matteo Renzi, Presiden Prancis Francois Hollande, dan Presiden Komisi Eropa Jean-Claude Juncker pekan ini.

Varoufakis menyatakan di Paris, dia juga ingin ke Jerman yang telah mengucurkan sebagian besar utang pada Yunani dan menolak keras rencana Athens. “Sangat penting bagi kami bertemu. Jerman merupakan basis kekuatan Eropa,” ujarnya merujuk pada Menteri Keuangan Jerman Wolfgang Schaeuble. Meski demikian, Kementerian Keuangan Jerman menyatakan belum menerima permintaan resmi dari Yunani untuk kunjungan tersebut.

Kanselir Jerman Angela Merkel akhir pekan lalu menegaskan tidak akan ada penghapusan utang baru. “Sudah ada penghapusan utang sukarela oleh para kreditor privat, perbankan juga telah memangkas miliaran dari utang Yunani,” paparnya. “Saya tidak membayangkan pembatalan utang baru.” Portugal dan Finlandia juga menentang penghapusan utang.

Meskipun ada restrukturisasi pada 2012, Yunani masih terlilit utang lebih dari 315 miliar euro, lebih dari 175% produk domestik bruto (PDB), rekor tertinggi di UE. Meski demikian, dalam sepekan kekuasaan, pemerintah menghapus privatisasi dua pelabuhan utama Yunani dan perusahaan listrik negara, serta mengumumkan peningkatan gaji minimal.

Varoufakis berpendapat bailout hanya menambah utang untuk menutup pinjaman lama daripada memperbaiki perekonomian. “Kami mempertanyakan bailout tidak hanya karena itu tidak bagus bagi Yunani, tapi kami juga menganggapnya sangat buruk bagi seluruh Eropa,” katanya.

Syarifudin
(bbg)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6113 seconds (0.1#10.140)