Ekspor-Impor Mulai Ideal

Rabu, 04 Februari 2015 - 11:29 WIB
Ekspor-Impor Mulai Ideal
Ekspor-Impor Mulai Ideal
A A A
JAKARTA - Kendati masih mencatatkan defisit sepanjang 2014, Kementerian Perdagangan (Kemendag) berpandangan kinerja perdagangan sudah menunjukkan kondisi ideal antara ekspor dan impor, terutama di sektor nonmigas.

Sebagaimana laporan Badan Pusat Statistik (BPS), perdagangan nonmigas selama 2014 mencatat surplus sebesar USD11,2 miliar atau meningkat dibandingkan periode yang sama tahun 2013 yang tercatat sebesar USD8,5 miliar.

Peningkatan surplus perdagangan ditopang oleh turunnya impor nonmigas sebesar 4,7%, lebih besar dibandingkan penurunan ekspor nonmigas sebesar 2,6%. Sesuai harapan pemerintah untuk meningkatkan ekspor produk industri, kinerja ekspor nonmigas selama 2014 memang didominasi sektor industri dengan kontribusi mencapai 66,6%.

“Dalam lima tahun ke depan kita menginginkan komposisi ekspor kita 65% merupakan barang industri dan sisanya 35% barang primer (komoditas),” ujar Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kemendag Partogi Pangaribuan dalam jumpa pers di Jakarta, kemarin. Beberapa produk industri yang mengalami kenaikan ekspor signifikan sepanjang 2014 antara lain perhiasan/permata (68,9%), bahan kimia organik (14,4%), kendaraan dan bagiannya (14,1%), dan alas kaki (6,4%).

Pada periode yang sama sektor pertanian turut mengalami peningkatan sebesar 1%, dengan kenaikan terjadi pada produk buah-buahan (56,7%), produk hewani (9,8%), serta ikan dan udang (8,5%). Secara total ekspor Indonesia pada 2014mencapaiUSD176,29 miliar atau menurun 3,43% dibanding 2013. Penurunan juga terjadi pada impor tahun 2014 yaitu sebesar 4,5% dibanding 2013, dengan nilai total impor mencapai USD178,2 miliar.

Partogi menambahkan, struktur impor masih didominasi bahan baku/penolong sebesar 76,4%. Menurutnya, pemerintah berupaya menekan impor tapi tidak bisa menghambat impor barang modal dan bahan baku/penolong yang ditujukan untuk menggerakkan industri dalam negeri terutama industri substitusi impor. Sejalan dengan itu, pemerintah juga lebih selektif menerima investasi masuk.

“Kita sudah mengarah ke substitusi impor. Tentunya secara bertahap. Kita berkomitmen yang diimpor itu yang betul-betul dibutuhkan. Kalau impor barang baku dan modal itu pasti (butuh), tapi kita lihat angka impor gula pun berkurang. Jadi, saya rasa perdagangan kita sudah ideal antara ekspor dan impor,” tuturnya. Pada 2014 bahan baku/penolong yang impornya mengalami penurunan signifikan di antaranya gula (turun 21,0%), besi dan baja (turun 12,6%), serta perangkat optik (turun 12%).

Impor barang modal yang menurun antara lain mesin-mesin (turun 5,3%), peralatan listrik (turun 5,4%), serta kendaraan dan bagiannya (turun 21,0%). Adapun, barang konsumsi yang impornya turun signifikan antara lain kapal terbang dan bagiannya (turun 62,1%), kendaraan bermotor (turun 30,8%),dan makanan olahan (turun 7%).

Sementara berdasarkan negara asal impor, sebagian besar impor dari negara mitra dagang utama mengalami penurunan antara lain dari Jepang, Amerika Serikat, dan Malaysia. Sementara, ekspor yang menurun tajam pada 2014, di antaranya sektor pertambangan sebesar 26,7%, diakibatkan penurunan ekspor pada produk bijih, kerak, dan abu logam.

Menteri Perdagangan (Mendag) Rachmat Gobel mengatakan, pelemahan kinerja ekspor selama 2014 tidak hanya dialami oleh Indonesia melainkan juga beberapa negara lain seperti Jepang, Brasil, dan Argentina. Perdagangan nonmigas dengan India, Amerika Serikat, Filipina, Belanda, dan Uni Emirat Arab menyumbang surplus perdagangan nonmigas selama 2014 dengan kontribusi mencapai USD24,7 miliar.

Sementara, China, Thailand, Jepang, Korea Selatan, dan Australia menyebabkan defisit terbesar yang jumlahnya mencapai USD 21,6 miliar.

Inda susanti
(ftr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3731 seconds (0.1#10.140)