Impor China Bulan Januari Merosot 19,9%

Senin, 09 Februari 2015 - 13:58 WIB
Impor China Bulan Januari Merosot 19,9%
Impor China Bulan Januari Merosot 19,9%
A A A
SHANGHAI - Kinerja perdagangan China di awal tahun menunjukkan pelemahan. Ekspor Negeri Panda tercatat turun 3,3% dibanding tahun sebelumnya, sementara impor merosot hingga 19,9%, lebih buruk dari perkiraan para analis sebelumnya.

Jajak pendapat para analis yang digelar Reuters sebelumnya memperkirakan, ekspor masih akan tumbuh 6,3% dan impor hanya melambat 3%, berdasarkan kinerja perdagangan bulan Desember yang lebih baik daripada perkiraan sebelumnya. Jajak pendapat itu juga memperkirakan, China akan membukukan surplus perdagangan sebesar USD48,9 miliar.

Sementara, realisasi surplus perdagangan mencapai USD60 miliar akibat anjloknya impor. Kinerja perdagangan yang relatif buruk di awal tahun dinilai menunjukkan semakin melemahnya ekonomi China. Penurunan impor tersebut tercatat sebagai yang tertajam sejak Mei 2009, ketika pabrik-pabrik di China memangkas stok akibat krisis finansial global. Sementara, ekspor belum pernah menunjukkan kinerja negatif sejak Maret 2014.

Melemahnya kinerja perdagangan di awal tahun menambah kekhawatiran mengenai pelambatan ekonomi di China. Pemerintah China diperkirakan bakal menurunkan target pertumbuhan ekonomi menjadi sekitar 7%, setelah tahun lalu membukukan pertumbuhan 7,4%. Buruknya data impor dinilai sangat mengkhawatirkan, meski dengan memperhitungkan faktor liburan tahun baru China.

Tahun lalu tahun baru China jatuh pada bulan Januari sehingga aktivitas produksi di pabrik- pabrik maupun pasar finansial melambat. Namun, tahun ini liburan jatuh di akhir Februari, sehingga selama Januari bisnis seharusnya berjalan seperti biasa. “Jadi, data (perdagangan) ini agak aneh. Data impor menunjukkan pelambatan yang substansial pada sektor industri. Kuartal pertama kelihatannya bakal sangat buruk,” ungkap Andrew Polk, ekonom Conference Board di Beijing seperti dikutip Reuters.

Investor berharap, pengumuman mengenai stimulus belanja domestik dan langkah pelonggaran kebijakan moneter, termasuk reduksi pada kewajiban cadangan perbankan, akan mengembalikan kepercayaan dan mendongkrak permintaan bagi sektor manufaktur China yang tengah kesulitan.

Kendati demikian, banyak analis percaya langkah-langkah yang telah diambil sejauh ini untuk mendongkrak likuiditas yuan tidak cukup untuk menalangi lonjakan modal keluar. Impor China terus turun setiap bulan sejak Oktober, merefleksikan lemahnya permintaan domestik.

Para pejabat Pemerintah China memperkirakan pelonggaran moneter di Eropa akan mendongkrak permintaan barang-barang dari negara tersebut. Penguatan ekonomi AS pun diyakini akan mendongkrak kinerja ekspor.

Namun, data yang ada menunjukkan bahwa meski ekspor ke AS naik 4,8% (year on year/yoy) menjadi USD35 miliar, ekspor ke Uni Eropa turun 4,6% menjadi USD33 miliar pada periode yang sama. Ekspor ke Hong Kong, Korea Selatan dan Jepang juga melambat. Ekspor ke Jepang bahkan merosot hingga lebih dari 20%.

M Faizal
(ftr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7218 seconds (0.1#10.140)