Penjualan Mobil Diprediksi Stagnan
A
A
A
JAKARTA - Penjualan mobil pada 2015 diproyeksikan stagnan di angka 1,2 juta unit. Turunnya daya beli masyarakat, terutama di kuartal pertama tahun ini, diperkirakan menekan penjualan.
Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menyebutkan, sejumlah faktor yang menyebabkan stagnasi penjualan mobil tahun ini antara lain adalah melemahnya pertumbuhan ekonomi yang berimbas pada turunnya daya beli masyarakat serta peningkatan suku bunga kredit.
“Pasar untuk 2015 kelihatannya masih stagnan. Penjualan diperkirakan sama dengan tahun lalu yaitu 1,2 juta unit,” ungkap Ketua Umum Gaikindo Sudirman MR di sela-sela jumpa pers terkait penyelenggaraan Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) di Jakarta kemarin.
Di sisi lain, penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) rupanya belum bisa mendongkrak minat masyarakat membeli mobil. Angka sementara dari anggota Gaikindo menyebutkan, pada Januari terjadi penurunan penjualan mobil yaitu hanya sekitar 83.000 unit.
Melihat kondisi ini, Sudirman memperkirakan penjualan mobil di kuartal pertama secara keseluruhan akan menurun. “Harapannya pertumbuhan ekonomi membaik di kuartal II dan seterusnya sehingga daya beli naik dan akhirnya penjualan bisa mencapai 1,2 juta unit seperti tahun lalu,” tuturnya.
Senada dengannya, Ketua Gaikindo Johnny Darmawan memperkirakan pasar automotif akan stagnan dalam tiga bulan pertama 2015. Menurutnya, banyak faktor yang bisa memengaruhi penjualan. Selain daya beli masyarakat yang menurun dan pembatasan kredit kendaraan, imej mobil sebagai biang kemacetan juga tidak kondusif bagi penjualan.
“Isu bahan bakar yang dulunya dominan (pengaruhnya), dalam dua tahun terakhir ini sudah enggak ada lagi pengaruhnya,” ucapnya. Pertumbuhan pasar automotif sangat bergantung pada pertumbuhan ekonomi secara nasional. Saat ekonomi tumbuh dengan baik, rata-rata 5,6-5,7% selama enam tahun berturut-turut, automotif pun tumbuh rata-rata 24,3%.
Berdasar catatan Gaikindo, pertumbuhan penjualan mobil sebesar 23,4% terjadi selama periode 2006-2013. Penjualan mulai kembali turun saat pertumbuhan ekonomi melambat. Tercatat, penjualan domestik pada 2013 sebanyak 1.229.809 unit atau naik 10,29% dibanding 2012. Namun, penjualan pada 2014 hanya sebesar 1.208.019 unit atau turun 1,8% dibanding 2013. “Penurunan ini antara lain karena kenaikan harga BBM, situasi politik, dan kenaikan suku bunga bank,” sebut Sudirman.
Sementara itu, produksi 2013 mencapai 1.209.543 unit dan meningkat menjadi 1.298.523 unit pada 2014. Kenaikan sebesar 7,6% ini karena ada peningkatan ekspor mobil completely build up (CBU). Angka ekspor kendaraan jadi CBU pada 2013 tercatat sebesar 170.958 unit dan meningkat 32.000 unit menjadi sebesar 202.273 unit pada 2014.
Sudirman menambahkan, kapasitas produksi 2014 akan meningkat menjadi 1.998.131 unit per tahun. Peningkatan ini didukung oleh selesainya investasi dari lima perusahaan anggota Gaikindo dalam rangka perluasan pabrik. Menurut Sudirman, pada 2014 terjadi peningkatan ekspor.
Peningkatan ini antara lain disumbang oleh ekspor mobil murah dan hemat energi (low cost green car /LCGC) Toyota ke Filipina yang jumlah totalnya sekitar 9.000-10.000 unit. Tahun ini tidak ada penambahan negara baru tujuan ekspor sehingga sangat bergantung pasar yang ada di negara tujuan ekspor. “Saat ini negara tujuan ekspor kita sudah mencapai 85 negara di Asia, Timur Tengah, Afrika, dan Amerika Selatan,” sebutnya.
Sebagai catatan tahun lalu terdapat tujuh merek yang melakukan ekspor yaitu Daihatsu, Toyota, Suzuki, Nissan, Honda, Chevrolet, Hyundai, dan Hino. Untuk ekspor mobil, tahun ini Gaikindo menargetkan bisa menembus angka 200.000 unit.
Sebelumnya Co-Chairman I Gaikindo Jongkie D Sugiarto mengatakan, untuk meningkatkan ekspor, Indonesia harus bisa dijadikan basis produksi bagi mobil jenis MPV dan sedan. Untuk itu, pasar sedan di Indonesia pun perlu dikembangkan agar produsen mau menanamkan modal lebih banyak untuk memproduksi mobil jenis ini di dalam negeri.
“Untuk mendapatkan harga yang murah tentu PPnBM harus dikurangi. Ini tidak hanya untuk meningkatkan pasar domestik, tetapi dengan nanti ada produksi, kita berpeluang besar untuk mengekspor,” ungkapnya.
Inda Susanti
Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menyebutkan, sejumlah faktor yang menyebabkan stagnasi penjualan mobil tahun ini antara lain adalah melemahnya pertumbuhan ekonomi yang berimbas pada turunnya daya beli masyarakat serta peningkatan suku bunga kredit.
“Pasar untuk 2015 kelihatannya masih stagnan. Penjualan diperkirakan sama dengan tahun lalu yaitu 1,2 juta unit,” ungkap Ketua Umum Gaikindo Sudirman MR di sela-sela jumpa pers terkait penyelenggaraan Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) di Jakarta kemarin.
Di sisi lain, penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) rupanya belum bisa mendongkrak minat masyarakat membeli mobil. Angka sementara dari anggota Gaikindo menyebutkan, pada Januari terjadi penurunan penjualan mobil yaitu hanya sekitar 83.000 unit.
Melihat kondisi ini, Sudirman memperkirakan penjualan mobil di kuartal pertama secara keseluruhan akan menurun. “Harapannya pertumbuhan ekonomi membaik di kuartal II dan seterusnya sehingga daya beli naik dan akhirnya penjualan bisa mencapai 1,2 juta unit seperti tahun lalu,” tuturnya.
Senada dengannya, Ketua Gaikindo Johnny Darmawan memperkirakan pasar automotif akan stagnan dalam tiga bulan pertama 2015. Menurutnya, banyak faktor yang bisa memengaruhi penjualan. Selain daya beli masyarakat yang menurun dan pembatasan kredit kendaraan, imej mobil sebagai biang kemacetan juga tidak kondusif bagi penjualan.
“Isu bahan bakar yang dulunya dominan (pengaruhnya), dalam dua tahun terakhir ini sudah enggak ada lagi pengaruhnya,” ucapnya. Pertumbuhan pasar automotif sangat bergantung pada pertumbuhan ekonomi secara nasional. Saat ekonomi tumbuh dengan baik, rata-rata 5,6-5,7% selama enam tahun berturut-turut, automotif pun tumbuh rata-rata 24,3%.
Berdasar catatan Gaikindo, pertumbuhan penjualan mobil sebesar 23,4% terjadi selama periode 2006-2013. Penjualan mulai kembali turun saat pertumbuhan ekonomi melambat. Tercatat, penjualan domestik pada 2013 sebanyak 1.229.809 unit atau naik 10,29% dibanding 2012. Namun, penjualan pada 2014 hanya sebesar 1.208.019 unit atau turun 1,8% dibanding 2013. “Penurunan ini antara lain karena kenaikan harga BBM, situasi politik, dan kenaikan suku bunga bank,” sebut Sudirman.
Sementara itu, produksi 2013 mencapai 1.209.543 unit dan meningkat menjadi 1.298.523 unit pada 2014. Kenaikan sebesar 7,6% ini karena ada peningkatan ekspor mobil completely build up (CBU). Angka ekspor kendaraan jadi CBU pada 2013 tercatat sebesar 170.958 unit dan meningkat 32.000 unit menjadi sebesar 202.273 unit pada 2014.
Sudirman menambahkan, kapasitas produksi 2014 akan meningkat menjadi 1.998.131 unit per tahun. Peningkatan ini didukung oleh selesainya investasi dari lima perusahaan anggota Gaikindo dalam rangka perluasan pabrik. Menurut Sudirman, pada 2014 terjadi peningkatan ekspor.
Peningkatan ini antara lain disumbang oleh ekspor mobil murah dan hemat energi (low cost green car /LCGC) Toyota ke Filipina yang jumlah totalnya sekitar 9.000-10.000 unit. Tahun ini tidak ada penambahan negara baru tujuan ekspor sehingga sangat bergantung pasar yang ada di negara tujuan ekspor. “Saat ini negara tujuan ekspor kita sudah mencapai 85 negara di Asia, Timur Tengah, Afrika, dan Amerika Selatan,” sebutnya.
Sebagai catatan tahun lalu terdapat tujuh merek yang melakukan ekspor yaitu Daihatsu, Toyota, Suzuki, Nissan, Honda, Chevrolet, Hyundai, dan Hino. Untuk ekspor mobil, tahun ini Gaikindo menargetkan bisa menembus angka 200.000 unit.
Sebelumnya Co-Chairman I Gaikindo Jongkie D Sugiarto mengatakan, untuk meningkatkan ekspor, Indonesia harus bisa dijadikan basis produksi bagi mobil jenis MPV dan sedan. Untuk itu, pasar sedan di Indonesia pun perlu dikembangkan agar produsen mau menanamkan modal lebih banyak untuk memproduksi mobil jenis ini di dalam negeri.
“Untuk mendapatkan harga yang murah tentu PPnBM harus dikurangi. Ini tidak hanya untuk meningkatkan pasar domestik, tetapi dengan nanti ada produksi, kita berpeluang besar untuk mengekspor,” ungkapnya.
Inda Susanti
(ftr)