Bank BUMN Sebaiknya Konsolidasi Strategis

Rabu, 11 Februari 2015 - 12:14 WIB
Bank BUMN Sebaiknya Konsolidasi Strategis
Bank BUMN Sebaiknya Konsolidasi Strategis
A A A
JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) meminta wacana merger dua bank BUMN harus dikaji lebih dulu. Otoritas justru menyarankan dua bank BUMN, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, untuk konsolidasi strategis yang lebih realistis.

Deputi Komisioner Pengawasan Perbankan III OJK Irwan Lubis mengatakan, harus ada kajian sebelum melontarkan rencana merger dua bank BUMN tersebut. Sebaiknya saat ini terlebih dahulu fokus terhadap konsolidasi strategis. “Tidak harus merger dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN. Lebih bagus fokus dulu konsolidasi strategis dan melihat kemungkinan efisiensi,” kata Irwan dalam jumpa pers di Jakarta kemarin.

Dia mengatakan, konsolidasi strategis tersebut untuk meningkatkan daya saing masing- masing perbankan melalui berbagai efisiensi. Antarbank BUMN bisa bekerja sama dalam pengembangan teknologi informasi (TI), infrastruktur, sumber daya manusia, penyediaan mesin EDC, ATM, sampai mengintegrasikan pusat-pusat pelatihan sehingga standar perbankan dalam negeri sama di MEA.

”Dipetakan dulu saja. Untuk MEA nanti bagaimana mereka meningkatkan daya saing melalui efisiensi,” ungkapnya. Irwan menilai, konsolidasi strategis ini justru akan menguntungkan pada masingmasing perbankan. Misalnya bagaimana bank BUMN menciptakan efisiensi seperti di ebanking, bagaimana EDC dan ATM digunakan secara bersama, mungkin juga support likuiditas dan masuk kredit sindikasi, dan strategi SDM.

Dalam penyederhanaan bank nasional, Irwan menyebutkan, pihaknya punya rencana tersendiri. Bank-bank yang tidak terlalu baik ada peluang digabungkan dalam rangka memperbaiki struktur perbankan dalam negeri. ”Paling penting bagaimana bank-bank kita itu harus lebih siap terutama dari aspek persaingan usaha. Efisiensi diperbaiki dan modal diperkuat,” katanya.

Sejauh ini, Irwan menambahkan, bank-bank dalam negeri tetap bisa bersaing dengan bank asing yang beroperasi di Indonesia. Tidak perlu ada kekhawatiran soal serbuan keuangan asing di MEA 2020.”Mereka sudah lama di sini, buktinya bank lokal baikbaik saja,” ujarnya.

Ini senada dengan Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) Serikat Pekerja (SP) Bank Negara Indonesia (BNI) Agus Setia Permana yang mengatakan wacana merger antarbank BUMN harus melalui kajian yang mendalam dari seluruh stakeholder, termasuk melibatkan serikat pekerja. Ini tidak terlepas dari biaya yang akan dikeluarkan seperti biaya pesangon, biaya perizinan, dan biaya-biaya overhead lain.

“Merger tidak selalu menciptakan efisiensi walaupun terjadi peningkatan nilai aset setelah merger. Namun, pangsa pasar bank hasil merger dapat dimungkinkan menyusut mengingat akan terjadi penyesuaian pada jaringan bisnis bank yang membutuhkan waktu, tenaga, dan perizinan,” tutur Agus beberapa waktu lalu.

Ditambah lagi, lanjut dia, proses merger memakan waktu yang cukup lama karena masing- masing pihak perlu melakukan konsolidasi, negosiasi baik terkait aspek permodalan, human resources, asset management, maupun aspek legal lainnya.

”Tanpa mengecilkan arti pentingnya merger antara bank-bank BUMN, namun keberadaan BNI tetap dibutuhkan oleh Bangsa Indonesia sebagai salah satu aset anak negeri yang orisinal, historis, dan tangguh,” ungkapnya.

Hafid Fuad
(ftr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6570 seconds (0.1#10.140)