Ekonomi Jepang Keluar dari Resesi
A
A
A
TOKYO - Jepang keluar dari resesi pada kuartal IV/2014, tapi ekonomi negara itu tumbuh di level terendah dibandingkan proyeksi. Data awal menunjukkan ekonomi Jepang tumbuh 2,2% pada kuartal IV/2014, dibandingkan proyeksi peningkatan 3,7%.
Pertumbuhan itu terjadi pada kuartal keempat setelah ekonomi menyusut selama dua kuartal sebelumnya. Jepang telah pulih dari kebijakan kenaikan pajak penjualan yang mengurangi belanja konsumen. Ekonomi tumbuh 0,6% pada periode itu dari kuartal sebelumnya atau di bawah proyeksi tumbuh 0,9%.
Data itu menunjukkan pemulihan ekonomi yang masih rawan saat sentimen konsumen tetap lemah meski Perdana Menteri (PM) Jepang Shinzo Abe menunda kenaikan pajak penjualan sesuai jadwal pada Oktober tahun ini. Konsumsi privat yang mencakup sekitar 60% perekonomian, tumbuh 0,3% pada kuartal IV/2014, kurang dari proyeksi ekonom tumbuh 0,7%.
”Meski ekonomi menguat lagi untuk pertama kali pada kuartal III/2014, data menunjukkan pemulihan yang lemah dari penurunan yang terjadi akibat kenaikan pajak penjualan pada April tahun lalu,” ungkap Yuichi Kodata, kepala ekonom Meiji Yasuda Life Insurance Company, dikutip kantor berita AFP.
”Pemulihan permintaan domestik lebih lemah dibandingkan konsensus pasar, khususnya belanja modal. Korporasi mengkhawatirkan tentang outlook untuk ekonomi dan belanja modal mereka sebenarnya jauh di bawah rencana mereka.” Menurut Kodata, pemulihan ekspor lebih lemah dibandingkan penurunan tajam yen, yang berada di balik lambannya pemulihan belanja modal perusahaan.
”Data ini tidak cukup lemah untuk mendorong Bank Sentral Jepang memperlunak kebijakan segera dan bank sentral diperkirakan menunggu dan melihat dampak dari kebijakan yang diterapkan Oktober lalu,” tuturnya. Kepala Ekonom Dai-Ichi Life Research Institute Yoshiki Shinke menyatakan, pemulihan ekonomi sedang terjadi, tetapi pertumbuhan lebih lemah dibandingkan perkiraan, khususnyadalamkonsumsi domestik.
”Dalam hal konsumsi, dampak negatif kenaikan pajak penjualan terus terjadi dan perusahaan-perusahaan belum proaktif tentang belanja modal. Ini pemulihan, tapi di jalur lambat,” katanya. ”Pada Januari-Maret, saya pikir tetap ada ketidakpastian tentang konsumsi dan apakah konsumen akan melonggarkan ikat pinggang saat penurunan harga gas dan kenaikan gaji.
Sepertinya kenaikan ini tidak akan terganggu, tapi perlu kewaspadaan atas ketidakpastian dalam konsumsi,” paparnya. Kepala Ekonom Norinchukin Research Institute Takeshi Minami menjelaskan, ada beberapa data mengecewakan. ”Ada banyak perkiraan untuk konsumsiyanglebihtinggi, tapitetap tidak banyak berubah dari Juli- September.
Belanja modal tetap lemah dan meski perusahaanperusahaan memproyeksikan rencana belanja modal yang lebih besar. Ini tidak menuju aksi. Situasi tetap lemah dan perusahaan- perusahaan jelas menunda investasi,” ungkapnya. ”Sudah enam bulan sejak kenaikan pajak, tapi kami tidak melihat pemulihan. Ini mungkin sulit melihat perubahan nyata hingga kita memasuki tahun baru,” imbuhnya.
Direktur Riset Ekonomi NLI Research Institute Taro Saito menambahkan, konsumsi privat dan belanja modal yang diperkirakan mendorong pertumbuhan pada Oktober-Desember, menjadi lebih lemah dibandingkan perkiraan. ”EkonomiJepangsecara keseluruhan menuju pemulihan, tapi kurang kuat karena penyusutan duakuartalberturut-turut,” katanya.
”Data menunjukkan dampak negatif dari kenaikan pajak pada April lalu terus berlanjut. Kami perkirakan ekonomi akan tumbuhJanuari-Maretsaat benefit dari harga minyak yang lebih rendah akan terlihat lebih banyak pada kuartal saat ini dibandingkan kuartal sebelumnya. Belanja konsumen dan belanja modal juga akan meningkat.”
”Bank Sentral Jepang diperkirakan mempertahankan kebijakan moneter tidak berubah untuk sementara sambil melihat dampak kebijakan terbaru, tapi mereka mungkin mengadopsi langkah baru sekitar musim panas saat kita akan melihat sinyal lebih jelas tentang pergerakan lemah inflasi konsumen,” ungkapnya.
Syarifudin
Pertumbuhan itu terjadi pada kuartal keempat setelah ekonomi menyusut selama dua kuartal sebelumnya. Jepang telah pulih dari kebijakan kenaikan pajak penjualan yang mengurangi belanja konsumen. Ekonomi tumbuh 0,6% pada periode itu dari kuartal sebelumnya atau di bawah proyeksi tumbuh 0,9%.
Data itu menunjukkan pemulihan ekonomi yang masih rawan saat sentimen konsumen tetap lemah meski Perdana Menteri (PM) Jepang Shinzo Abe menunda kenaikan pajak penjualan sesuai jadwal pada Oktober tahun ini. Konsumsi privat yang mencakup sekitar 60% perekonomian, tumbuh 0,3% pada kuartal IV/2014, kurang dari proyeksi ekonom tumbuh 0,7%.
”Meski ekonomi menguat lagi untuk pertama kali pada kuartal III/2014, data menunjukkan pemulihan yang lemah dari penurunan yang terjadi akibat kenaikan pajak penjualan pada April tahun lalu,” ungkap Yuichi Kodata, kepala ekonom Meiji Yasuda Life Insurance Company, dikutip kantor berita AFP.
”Pemulihan permintaan domestik lebih lemah dibandingkan konsensus pasar, khususnya belanja modal. Korporasi mengkhawatirkan tentang outlook untuk ekonomi dan belanja modal mereka sebenarnya jauh di bawah rencana mereka.” Menurut Kodata, pemulihan ekspor lebih lemah dibandingkan penurunan tajam yen, yang berada di balik lambannya pemulihan belanja modal perusahaan.
”Data ini tidak cukup lemah untuk mendorong Bank Sentral Jepang memperlunak kebijakan segera dan bank sentral diperkirakan menunggu dan melihat dampak dari kebijakan yang diterapkan Oktober lalu,” tuturnya. Kepala Ekonom Dai-Ichi Life Research Institute Yoshiki Shinke menyatakan, pemulihan ekonomi sedang terjadi, tetapi pertumbuhan lebih lemah dibandingkan perkiraan, khususnyadalamkonsumsi domestik.
”Dalam hal konsumsi, dampak negatif kenaikan pajak penjualan terus terjadi dan perusahaan-perusahaan belum proaktif tentang belanja modal. Ini pemulihan, tapi di jalur lambat,” katanya. ”Pada Januari-Maret, saya pikir tetap ada ketidakpastian tentang konsumsi dan apakah konsumen akan melonggarkan ikat pinggang saat penurunan harga gas dan kenaikan gaji.
Sepertinya kenaikan ini tidak akan terganggu, tapi perlu kewaspadaan atas ketidakpastian dalam konsumsi,” paparnya. Kepala Ekonom Norinchukin Research Institute Takeshi Minami menjelaskan, ada beberapa data mengecewakan. ”Ada banyak perkiraan untuk konsumsiyanglebihtinggi, tapitetap tidak banyak berubah dari Juli- September.
Belanja modal tetap lemah dan meski perusahaanperusahaan memproyeksikan rencana belanja modal yang lebih besar. Ini tidak menuju aksi. Situasi tetap lemah dan perusahaan- perusahaan jelas menunda investasi,” ungkapnya. ”Sudah enam bulan sejak kenaikan pajak, tapi kami tidak melihat pemulihan. Ini mungkin sulit melihat perubahan nyata hingga kita memasuki tahun baru,” imbuhnya.
Direktur Riset Ekonomi NLI Research Institute Taro Saito menambahkan, konsumsi privat dan belanja modal yang diperkirakan mendorong pertumbuhan pada Oktober-Desember, menjadi lebih lemah dibandingkan perkiraan. ”EkonomiJepangsecara keseluruhan menuju pemulihan, tapi kurang kuat karena penyusutan duakuartalberturut-turut,” katanya.
”Data menunjukkan dampak negatif dari kenaikan pajak pada April lalu terus berlanjut. Kami perkirakan ekonomi akan tumbuhJanuari-Maretsaat benefit dari harga minyak yang lebih rendah akan terlihat lebih banyak pada kuartal saat ini dibandingkan kuartal sebelumnya. Belanja konsumen dan belanja modal juga akan meningkat.”
”Bank Sentral Jepang diperkirakan mempertahankan kebijakan moneter tidak berubah untuk sementara sambil melihat dampak kebijakan terbaru, tapi mereka mungkin mengadopsi langkah baru sekitar musim panas saat kita akan melihat sinyal lebih jelas tentang pergerakan lemah inflasi konsumen,” ungkapnya.
Syarifudin
(bbg)