Laba Bersih BHP Billiton Turun 47,4%

Rabu, 25 Februari 2015 - 09:58 WIB
Laba Bersih BHP Billiton...
Laba Bersih BHP Billiton Turun 47,4%
A A A
SYDNEY - Raksasa pertambangan global BHP Billiton kemarin menyatakan laba bersih semester II/2014 turun hampir setengah menjadi USD4,26 miliar.

Penurunan terjadi akibat melemahnya harga komoditas. Kondisi ini membuat perusahaan itu menegaskan kembali rencana pemisahan aset-aset non-inti. “Terjadi penurunan 47,4% dalam enam bulan hingga 31 Desember, dibandingkan laba bersih USD8,1 miliar pada semester I/2014, dengan pendapatan turun 11,9% menjadi USD29,9 miliar,” ungkap pernyataan BHP Billiton, dikutip kantor berita AFP . Laba, tidak termasuk penurunan nilai aset, turun 31% menjadi USD5,35 miliar, sedikit lebih baik dibandingkan proyeksi analis.

Hal itu dibantu kenaikan harga saham lebih dari 2% menjadi 32,94 dolar Australia pada awal perdagangan kemarin. Perusahaan tambang terbesar dunia itu tertekan akibat penurunan harga untuk dua komoditas utamanya yakni bijih besi dan minyak, dengan 23% penurunan belanja modal dan eksplorasi yang membantu menutupi beberapa kerugian.

Meski demikian, perusahaan menaikkan dividen interim sebesar 5,1% menjadi 62 sen dolar Australia. Chief Executive Officer (CEO) BHP Billiton Andrew Mackenzie menyatakan, perusahaan telah mengantisipasi penurunan harga komoditas dengan mengurangi belanja dan mengurangi investasi dalam beberapa tahun terakhir.

“Kendati terjadi penurunan tajam pada harga komoditas utama kami selama enam bulan terakhir, keuntungangruptetap sehat, dana kas meningkat dan kami memperkuat neraca keuangan kami,” katanya. Mackenzie menambahkan, utang bersih berkurang menjadi USD24,9 miliar.

“Kami mulai menyiapkan periode penurunan harga yang lebih rendah hampir tiga tahun silam dengan meningkatkan fokus kami pada efisiensi dan mengurangi investasi kami. Sejak saat itu kami mengalami peningkatan produktivitas tahunan mendekati USD10 miliar dan mengurangi belanja modal hingga hampir 40%,” tuturnya.

Pihak BHP menjelaskan, ada kinerja yang bagus di berbagai portofolio dengan membukukan rekor untuk delapan operasional. Meski demikian, pencapaian itu tertutupi penurunan harga saat permintaan lebih sedikit dibandingkan suplai yang melimpah untuk beberapa komoditas. Bijih besi merupakan produk unggulan BHP dan produksinya dari operasional Western Australian naik 15% dalam setengah tahun menjadi 124 juta ton.

Kendati demikian, peningkatan produksi itu terjadi saat ekonomi China melemah dan permintaan turun akibat lemahnya sektor properti di Negeri Panda. Mackenzie mengungkapkan, BHP telah menyiapkan diri menghadapi melemahnya harga bijih besi di pasar global. Harga bijih besi turun hampir 50% sepanjang tahun lalu. “Kami dengan cepat menyesuaikan tujuan kami menjadi suplier dengan biaya terendah untuk China,” ujarnya.

Produksi minyak meningkat 9% dan output batubara naik 21%, tapi produksi tembaga turun 2% dan aluminium, mangan, dan nikel secara umum tidak berubah. Pada Agustus BHP mengumumkan rencana memisahkan sejumlah bisnisnya, termasuk aluminium, mangan, perak, dan operasional batubara serta nikel, menjadi perusahaan yang disebut South32.

Langkah ini akan membuat perusahaan itu lebih fokus pada bisnis inti yakni bijih besi, tembaga, minyak, batu bara, dan kalium karbonat, dengan perusahaan baru yang didaftarkan di Sydney, London, dan Johannesburg, dengan kantor pusat di Perth, Australia.

Syarifudin
(ars)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0829 seconds (0.1#10.140)