BI Prediksi Februari Deflasi 0,2%
A
A
A
JAKARTA - Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo memprediksi pada Februari 2015 akan terjadi deflasi sebesar 0,2%. Terkendalinya inflasi di Februari lantaran koordinasi yang baik antara pemerintah pusat dan daerah.
"Kita sambut baik perkembangan ekonomi dalam negeri. BI menjaga nilai tukar inflasi, kita menyambut baik di mana pemerintah daerah ikut mengendalikan inflasi. Januari kita deflasi, Februari ini kemungkinan terjadi deflasi lagi. Kita sambut baik, biaya transport ada pengendalian, artinya imbauan Kemenhub dan pemerintah direspon baik oleh pemerintah daerah," katanya di Kantor OJK, Jakarta, Jumat (27/2/2015).
Menurutnya, BI nyaman dan konfiden dalam mengendalikan inflasi 4% atau di bawah 4%. Untuk itu, semuanya harus berupaya sepanjang tahun untuk menjaga kondisi ini. Jika era Indonesia dengan inflasi yang tinggi bisa dilalui maka ke depan akan terus mengendalikan inflasi.
"Dulu, kita pernah inflasi sekitar 11%-17% di 2012. Kalau kita jaga reformasi struktural di bawah 5%, maka ke depan akan terus di bawah 5%. Ditambah akhir tahun lalu, pemerintah melakukan reformasi energi, dengan fix subsidy," tutur dia.
Kendati demikian, potensi kenaikan harga minyak dunia bisa menjadi batu sandungan untuk terus menjaga inflasi di bawah 5% ."Tantangannya ini harga minyak murah, namun jika minyak naik, kita harus konsisten dengan fix subsidy. Jika inflasi terus konsisten, kita bisa sama dengan negara ASEAN lain yang cendrung lebih stabil," imbuh Agus.
Selain potensi kenaikan harga minyak dunia, pemerintah juga perlu mewaspadai kenaikan harga beras dan pajak sektor kelistrikan. Namun, dia meyakini bahwa pemerintah akan terus berkoordinasi dengan pemerintah pusat dan daerah untuk mengendalikan inflasi sesuai target 4% plus minus 1 di 2015 dan 2016.
"Pemerintah secara baik merespon ke Pemda, beras membaik dengan penguatan, Maret-April akan ada panen raya. Kita melihat upaya pemerintah melalui berkoordinasi dengan Pemda untuk menjaga fundamental ekonomi. Ini harus diteruskan," pungkas dia.
"Kita sambut baik perkembangan ekonomi dalam negeri. BI menjaga nilai tukar inflasi, kita menyambut baik di mana pemerintah daerah ikut mengendalikan inflasi. Januari kita deflasi, Februari ini kemungkinan terjadi deflasi lagi. Kita sambut baik, biaya transport ada pengendalian, artinya imbauan Kemenhub dan pemerintah direspon baik oleh pemerintah daerah," katanya di Kantor OJK, Jakarta, Jumat (27/2/2015).
Menurutnya, BI nyaman dan konfiden dalam mengendalikan inflasi 4% atau di bawah 4%. Untuk itu, semuanya harus berupaya sepanjang tahun untuk menjaga kondisi ini. Jika era Indonesia dengan inflasi yang tinggi bisa dilalui maka ke depan akan terus mengendalikan inflasi.
"Dulu, kita pernah inflasi sekitar 11%-17% di 2012. Kalau kita jaga reformasi struktural di bawah 5%, maka ke depan akan terus di bawah 5%. Ditambah akhir tahun lalu, pemerintah melakukan reformasi energi, dengan fix subsidy," tutur dia.
Kendati demikian, potensi kenaikan harga minyak dunia bisa menjadi batu sandungan untuk terus menjaga inflasi di bawah 5% ."Tantangannya ini harga minyak murah, namun jika minyak naik, kita harus konsisten dengan fix subsidy. Jika inflasi terus konsisten, kita bisa sama dengan negara ASEAN lain yang cendrung lebih stabil," imbuh Agus.
Selain potensi kenaikan harga minyak dunia, pemerintah juga perlu mewaspadai kenaikan harga beras dan pajak sektor kelistrikan. Namun, dia meyakini bahwa pemerintah akan terus berkoordinasi dengan pemerintah pusat dan daerah untuk mengendalikan inflasi sesuai target 4% plus minus 1 di 2015 dan 2016.
"Pemerintah secara baik merespon ke Pemda, beras membaik dengan penguatan, Maret-April akan ada panen raya. Kita melihat upaya pemerintah melalui berkoordinasi dengan Pemda untuk menjaga fundamental ekonomi. Ini harus diteruskan," pungkas dia.
(izz)