Penurunan BM Impor Bahan Baku Plastik Dikaji
A
A
A
JAKARTA - Menteri Perindustrian Saleh Husin akan mengkaji penurunan bea masuk impor bahan baku plastik dari 10% menjadi 5%, seperti yang diajukan Asosiasi Plastik Hilir Indonesia (Aphindo) kepada Kementerian Perindustrian (Kemenperin).
“Saya tidak dapat langsung memutuskan menurunkan bea masuk impor bahan baku plastik menjadi 5%. Kita perlu duduk bersama untuk membicarakannya,” kata Menperin Saleh Husin saat kunjungan kerja ke PT Dynaplast di Bekasi pekan lalu.
Menperin mengatakan, selain untuk membangun industri hilir plastik, pihaknya juga mempertimbangkan kondisi industri hulu plastik nasional jika bea masuk impor tersebut benar-benar diturunkan. “Kami Kemenperin sangat terbuka untuk membicarakan hal ini secara bersama-sama. Karena, kami ingin industri hulu dan hilir sama-sama baik dan berkembang,” ujar Menperin.
Sementara, Ketua Aphindo Cokro Gunawan mengatakan, penurunan bea masuk impor tersebut seyogianya dapat meningkatkan daya saing industri hilir plastik karena pasokan di dalam negeri masih kurang. “Bea masuk 10% memang untuk memproteksi industri hulu plastik, sehingga dapat meningkatkan kapasitas produksinya namun hingga sekarang belum ada peningkatan,” ujar Cokro.
Menurut Cokro, dengan bea masuk impor 5%, industri hilir dapat berdaya saing di tengah gempuran impor produk plastik dari luar negeri, sementara industri hulu dapat tetap terlindungi. Aphindo juga meminta kepada pemerintah agar melarang penggunaan mata uang asing untuk transaksi di dalam negeri khususnya untuk bahan baku resin dan listrik swasta.
Alasannya, penggunaan mata uang asing dalam jumlah besar dan berjangka lama akan menimbulkan tekanan terhadap rupiah.
Oktiani endarwati
“Saya tidak dapat langsung memutuskan menurunkan bea masuk impor bahan baku plastik menjadi 5%. Kita perlu duduk bersama untuk membicarakannya,” kata Menperin Saleh Husin saat kunjungan kerja ke PT Dynaplast di Bekasi pekan lalu.
Menperin mengatakan, selain untuk membangun industri hilir plastik, pihaknya juga mempertimbangkan kondisi industri hulu plastik nasional jika bea masuk impor tersebut benar-benar diturunkan. “Kami Kemenperin sangat terbuka untuk membicarakan hal ini secara bersama-sama. Karena, kami ingin industri hulu dan hilir sama-sama baik dan berkembang,” ujar Menperin.
Sementara, Ketua Aphindo Cokro Gunawan mengatakan, penurunan bea masuk impor tersebut seyogianya dapat meningkatkan daya saing industri hilir plastik karena pasokan di dalam negeri masih kurang. “Bea masuk 10% memang untuk memproteksi industri hulu plastik, sehingga dapat meningkatkan kapasitas produksinya namun hingga sekarang belum ada peningkatan,” ujar Cokro.
Menurut Cokro, dengan bea masuk impor 5%, industri hilir dapat berdaya saing di tengah gempuran impor produk plastik dari luar negeri, sementara industri hulu dapat tetap terlindungi. Aphindo juga meminta kepada pemerintah agar melarang penggunaan mata uang asing untuk transaksi di dalam negeri khususnya untuk bahan baku resin dan listrik swasta.
Alasannya, penggunaan mata uang asing dalam jumlah besar dan berjangka lama akan menimbulkan tekanan terhadap rupiah.
Oktiani endarwati
(ftr)