Pertamina Siapkan Rp315 T untuk Mahakam
A
A
A
JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said mengungkapkan, PT Pertamina (Persero) menyiapkan dana sekitar USD25,2 miliar (sekitar Rp315 triliun) untuk mengelola Blok Mahakam, selama 20 tahun pasca-2017.
Pertamina secara resmi telah mempresentasikan proposal kesanggupan mengelola blok migas di Kalimantan Timur tersebut pada Sabtu (7/3) di Kementerian BUMN. Hadir dalam presentasi proposal kesiapan pengelolaan blok tersebut antara lain Menko Perekonomian Sofyan Djalil, Menko Kemaritiman Indroyono Soesilo, Menteri ESDM Sudirman Said, Menteri BUMN Rini Soemarno, Wamenkeu Mardiasmo, Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi, dan Dirut Pertamina Dwi Soetjipto.
“Setelah Pertamina mempresentasikan proposal kesiapannya mengelola Mahakam, pemerintah berkeyakinan Pertamina mampu mengelola blok tersebut,” ujar Siudirman dalam keterangan di Jakarta kemarin.
Sebagai informasi, Blok Mahakam yang dikelola oleh Total E&P Indonesie sejak 1967 akan habis masa kontraknya pada 2017. Sesuai Pasal 28 ayat 9 dan 10 Peraturan Pemerintah Nomor 35/2004 tentang Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi, Pertamina dapat mengajukan pengelolaan blok habis kontrak kepada menteri ESDM.
Menteri ESDM bisa menyetujui permohonan itu sepanjang Pertamina 100% dimiliki negara. “Sesuai aturan, begitu blok habis kontrak, kalau mau melanjutkan Pertamina harus memberikan proposal untuk dipertimbangkan pemerintah. Setelah mendengar presentasi Pertamina dan ada tanya jawab, di-challenge dan ditanya berbagai hal, maka pemerintah merasa yakin Pertamina memiliki kesiapan untuk menjadi operator Mahakam sesudah selesai kontrak dengan Total,” ungkap Sudirman.
Sejak November 2014 kementeriannya sudah menyampaikan keinginan memberikan pengelolaan Mahakam ke Pertamina. Selanjutnya, pada periode November 2014 sampai Februari 2015 dilakukan dialog secara berkala antara Kementerian ESDM, Pertamina, dan Total agar transisi sampai 2017 dapat berjalan baik.
“Pemerintah akan terus menjadi fasilitator agar masa transisi berjalan baik. Saya yakin keduanya akan bertemu pada satu titik kompromi yang produktif karena saling membutuhkan. Saya juga yakin Total punya kepentingan yang lebih luas untuk terus berada di Indonesia mengembangkan blok lain,” tuturnya.
Pemerintah selanjutnya menyerahkan kepada Pertamina apakah akan bermitra kembali dengan Total atau tidak. Pekan depan pemerintah akan mengundang Pertamina dan Total untuk memastikan proses transisi berlangsung dengan baik.
Tahun lalu, Total E&P Indonesie mengestimasi produksi gas dari blok Mahakam sebesar 1,7 miliar kaki kubik per hari atau sama seperti produksi gas pada 2013. Produksi gas alam cair (liquefied natural gas /LNG), termasuk kondensat, di sana diperkirakan mencapai 63.000 barel per hari (bph), turun dibanding realisasi 2013 sebesar 67.000 bph.
Manajemen Pertamina sebelumnya mengestimasikan kebutuhan awal untuk melanjutkan operasional Blok Mahakam di Kutai, Kalimantan Timur mencapai USD1 miliar.
Ant
Pertamina secara resmi telah mempresentasikan proposal kesanggupan mengelola blok migas di Kalimantan Timur tersebut pada Sabtu (7/3) di Kementerian BUMN. Hadir dalam presentasi proposal kesiapan pengelolaan blok tersebut antara lain Menko Perekonomian Sofyan Djalil, Menko Kemaritiman Indroyono Soesilo, Menteri ESDM Sudirman Said, Menteri BUMN Rini Soemarno, Wamenkeu Mardiasmo, Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi, dan Dirut Pertamina Dwi Soetjipto.
“Setelah Pertamina mempresentasikan proposal kesiapannya mengelola Mahakam, pemerintah berkeyakinan Pertamina mampu mengelola blok tersebut,” ujar Siudirman dalam keterangan di Jakarta kemarin.
Sebagai informasi, Blok Mahakam yang dikelola oleh Total E&P Indonesie sejak 1967 akan habis masa kontraknya pada 2017. Sesuai Pasal 28 ayat 9 dan 10 Peraturan Pemerintah Nomor 35/2004 tentang Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi, Pertamina dapat mengajukan pengelolaan blok habis kontrak kepada menteri ESDM.
Menteri ESDM bisa menyetujui permohonan itu sepanjang Pertamina 100% dimiliki negara. “Sesuai aturan, begitu blok habis kontrak, kalau mau melanjutkan Pertamina harus memberikan proposal untuk dipertimbangkan pemerintah. Setelah mendengar presentasi Pertamina dan ada tanya jawab, di-challenge dan ditanya berbagai hal, maka pemerintah merasa yakin Pertamina memiliki kesiapan untuk menjadi operator Mahakam sesudah selesai kontrak dengan Total,” ungkap Sudirman.
Sejak November 2014 kementeriannya sudah menyampaikan keinginan memberikan pengelolaan Mahakam ke Pertamina. Selanjutnya, pada periode November 2014 sampai Februari 2015 dilakukan dialog secara berkala antara Kementerian ESDM, Pertamina, dan Total agar transisi sampai 2017 dapat berjalan baik.
“Pemerintah akan terus menjadi fasilitator agar masa transisi berjalan baik. Saya yakin keduanya akan bertemu pada satu titik kompromi yang produktif karena saling membutuhkan. Saya juga yakin Total punya kepentingan yang lebih luas untuk terus berada di Indonesia mengembangkan blok lain,” tuturnya.
Pemerintah selanjutnya menyerahkan kepada Pertamina apakah akan bermitra kembali dengan Total atau tidak. Pekan depan pemerintah akan mengundang Pertamina dan Total untuk memastikan proses transisi berlangsung dengan baik.
Tahun lalu, Total E&P Indonesie mengestimasi produksi gas dari blok Mahakam sebesar 1,7 miliar kaki kubik per hari atau sama seperti produksi gas pada 2013. Produksi gas alam cair (liquefied natural gas /LNG), termasuk kondensat, di sana diperkirakan mencapai 63.000 barel per hari (bph), turun dibanding realisasi 2013 sebesar 67.000 bph.
Manajemen Pertamina sebelumnya mengestimasikan kebutuhan awal untuk melanjutkan operasional Blok Mahakam di Kutai, Kalimantan Timur mencapai USD1 miliar.
Ant
(ftr)