Ekonomi Memburuk, Thailand Pangkas Suku Bunga

Kamis, 12 Maret 2015 - 10:12 WIB
Ekonomi Memburuk, Thailand Pangkas Suku Bunga
Ekonomi Memburuk, Thailand Pangkas Suku Bunga
A A A
BANGKOK - Bank Sentral Thailand memangkas suku bunga untuk mendorong perekonomian.

Bank Sentral Thailand menjelaskan, anggota dewan kebijakan melakukan voting dengan hasil empat suara mendukung banding tiga suara menolak untuk memangkas suku bunga menjadi 1,75% dari 2,0%. Pengurangan suku bunga ini merupakan yang pertama sejak Maret, saat pemulihan ekonomi di negara itu lebih lemah dibandingkan proyeksi.

Ini juga menjadi bank sentral regional terbaru, termasuk China dan India, yang menurunkan suku bunga untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. ”Komite memutuskan bahwa outlook pemulihan ekonomi Thailand lebih lemah dibandingkan proyeksi. Stimulus fiskal akan memerlukan waktu untuk membuahkan hasil, sementara inflasi diproyeksikan tetap rendah selama periode tertentu,” papar pernyataan Bank Sentral Thailand, dikutip kantor berita AFP .

Baht Thailand turun menjadi 32,86 terhadap dolar setelah pengumuman tersebut. Ini merupakan level terendah sejak pertengahan Januari lalu. Pertumbuhan ekonomi Thailand melemah tajam pada 2014 mencapai level terendah dalam tiga tahun, saat krisis politik mempengaruhi harga produk pertanian dan melemahkan ekspor.

Produk domestik bruto (PDB) tumbuh 0,7% tahun lalu, turun dari 2,9% pada 2013. Pengambilalihan kekuasaan oleh militer Thailand menghentikan unjuk rasa jalanan selama berbulan- bulan menentang pemerintahan Perdana Menteri (PM) Yingluck Shinawatra.

Meski kudeta militer menghentikan unjuk rasa, janji junta memulihkan perekonomian belum membuahkan hasil. Junta berjanji memompa miliaran dolar dalam perekonomian, terutama melalui skema infrastruktur. Sayangnya, dana yang dijanjikan pemerintah belum juga dikucurkan.

Krisis politik yang berkelanjutan justru yang terjadi, ditambah permintaan global yang melemah dan turunnya harga produk ekspor utama Thailand seperti karet dan beras. Kondisi ini memupus harapan bahwa pemerintah akan mengucurkan dana dalam jumlah besar untuk mendorong perekonomian.

Bulan lalu pemimpin junta Prayut Chan-O-Cha memperkirakan bahwa ekonomi Thailand akan tumbuh antara 3% dan 4% pada tahun ini. Sementara, bursa Asia turun ke level terendah dalam dua bulan saat pasar khawatir dengan rencana Bank Sentral Amerika Serikat (Federal Reserve/Fed) menaikkan suku bunga lebih awal.

Prediksi ini juga mengakibatkan dolar menguat terhadap euro ke level tertinggi dalam 12 tahun. Indeks saham Asia Pasifik, MSCI, turun 0,4% setelah menyentuh level terendah sejak Januari. Indeks Nikkei turun 0,1%. Saham Australia dan Korea Selatan (Korsel) pun masingmasing turun 1,1% dan 0,7%.

Sejumlah aset berisiko di AS dan negara lain mendapat tekanan setelah data tenaga kerja AS meningkatkan perkiraan bahwa Fed dapat menaikkan suku bunga pada Juni. Prospek ini sebelumnya tidak diperkirakan pada beberapa pekan lalu.

Langkah investor menghindari aset-aset berisiko mengakibatkan indeks S&P 500 turun ke level terendah dalam dua bulan dan bursa saham di negara-negara berkembang melemah ke level terendah sejak Januari.

Syarifudin
(ftr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8332 seconds (0.1#10.140)